Bab 4-Pertemuan Dengan Keluarga Talisha

Akhirnya Talisha menjawab, "Baiklah, aku setuju kita menikah!"

Ezaz dan Dena tersenyum puas.

"Kapan kita akan menikah?" tanyanya menatap pria itu.

"Sepekan lagi."

"Kenapa secepat itu?" Talisha tampak terkejut.

"Ya, biar semua berita yang beredar mereda dan kau bisa menjalankan karirmu dengan leluasa," jawab Ezaz.

Talisha pun mengangguk paham.

Ezaz lalu menghubungi seseorang, "Kemarilah!" ia lalu menutup teleponnya.

Tak lama kemudian, pria muda usianya di atas Ezaz datang dengan membawa beberapa berkas. Lalu meletakkannya di atas meja.

"Jelaskan padanya, Dika!" titahnya pada pria itu.

"Baik, Tuan!" pria itu sedikit menunduk lalu berjalan mendekati Talisha. Lalu menyodorkan kertas, "Silahkan di baca, Nona!" perintahnya.

Talisha mulai membacanya lalu mendongakkan wajahnya menatap Ezaz. "Ini sangat merugikan aku!" protesnya.

"Bagian mana yang membuat kau merasa rugi?" tanya Ezaz.

"Pihak kedua tak boleh meminta cerai kecuali pihak pertama yang memintanya."

"Ya, karena semua keputusan harus aku yang menentukan!" Ezaz berkata dengan senyuman sinis.

"Bagaimana jika kau melakukan kekerasan padaku?" tanya Talisha.

"Itu terserah padaku karena kau sudah menandatanganinya," jawabnya.

"Aku tidak bisa, ini tak adil!" Talisha protes.

"Baiklah, kalau begitu. Tak ada penawaran ulang!" ujar Ezaz.

"Nona, Tuan Ezaz tidak akan melakukannya. Percaya padaku!" Dika menyakinkannya.

"Bagaimana kau bisa yakin?" Kali ini tatapan Talisha mengarah pada asistennya Ezaz.

"Karena saya sudah bekerja cukup lama dengannya."

"Bagaimana jika dia melakukannya? Apa kau bisa menjaminnya?" Talisha melontarkan pertanyaan menantang.

"Aku siap membantumu, Lisha. Jika Tuan Ezaz berani berbuat kasar padamu!" Dena kali ini berbicara.

"Bagaimana kau bisa menolongku?" menatap wajah sahabatnya.

"Ternyata kau sangat cerewet dan teliti, Talisha!" celetuk Ezaz.

"Ya, aku harus tahu agar ku tak merasa dirugikan," ujarnya.

Ezaz lantas berdiri, "Jangan banyak bertanya lagi, karena ku tak suka kau meragukan aku!"

"Cepat tanda tangan itu, Lisha. Sebelum Tuan Ezaz berubah pikiran!" desak Dena.

"Tapi, aku belum yakin!" ujarnya.

"Satu!" Ezaz mulai menghitung.

"Silahkan ditandatangani, Nona!" perintah Dika dengan lembut.

Talisha masih enggan membubuhkan tanda tangan dirinya di kertas itu.

"Dua!" tetap menghitung.

"Lisha, cepat tanda tangan!" Dena terus memaksa. "Kehidupanmu akan lebih baik dari ini!" lanjutnya.

"Tiga, selesai!" ucap Ezaz.

Dika mengambil kertas itu kembali namun ditarik Talisha.

"Aku akan menandatanganinya!"

Dena tersenyum puas.

Dika kembali meletakkan kertas dihadapan wanita itu.

Talisha mulai membubuhkan tinta di surat perjanjian itu.

"Terima kasih, Nona." Dika menyusun kertas-kertas itu menjadi satu tempat.

"Katakan pada kedua orang tuamu, aku akan datang melamarmu dua hari lagi," Ezaz pun berlalu.

Talisha menghela nafas pasrah.

...----------------...

Keesokan harinya, Talisha seorang diri datang ke rumah orang tua kandungnya yang kini ditempati orang tua sambungnya.

Lidya dan Ghea yang asyik menikmati teh di teras depan rumah terkejut dengan kehadirannya. Kedua wanita itu berdiri lalu tersenyum.

"Lisha!" sapa Lidya berjalan mendekati putri sambungnya dan memeluknya.

Talisha hanya diam dan tersenyum tipis.

"Apa kabar putriku? Tiga bulan ini kamu tidak mengabariku," Lidya meraup wajah Lisha dengan kedua telapak tangannya. "Aku sangat merindukanmu!" lanjutnya.

Ghea yang berdiri dan melihat dari kejauhan hanya tersenyum sinis.

Talisha menepis tangan mama tirinya. "Tak perlu berbasa-basi, aku ke sini hanya ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian!" ia berjalan ke dalam rumah.

Lidya menyusul Talisha begitu juga dengan Ghea.

Talisha duduk di kursi tamu dengan menyilangkan kakinya sambil mengedarkan pandangannya. "Ternyata banyak berubah, fotoku dan papa juga tak tampak. Apa kalian sudah membuangnya?" menyindir.

Lidya mendekati putrinya dan duduk disebelahnya. "Fotomu dan papa masih ada, kami tidak membuangnya."

"Baguslah kalau begitu, foto-foto kenangan aku dengan kedua orang tuaku nanti akan ku bawa setelah menikah," ujar Talisha.

"Menikah? Kamu akan menikah dengan siapa? Kenapa tidak mengenalkannya kepada kami?" cecar Lidya.

"Pria mana yang kau jerat, Kak?" Ghea bertanya dengan nada sinis.

"Pastinya dia pria kaya raya yang akan mampu menjamin kebahagiaan diriku," jawab Talisha.

"Kapan kamu akan menikah?" tanya Lidya.

"Minggu depan, Ma. Dua hari lagi dia akan menemui kalian, beri tahu suami Mama tentang hal ini," Talisha berdiri.

"Kenapa mendadak seperti ini, Nak?" tanya Lidya.

"Apa dia pria yang mengajakmu tidur di hotel?" sindir Ghea lagi.

"Itu bukan urusanmu, dengan siapa aku menikah kau tidak perlu tahu!" Talisha menjawab dengan sinis.

Ghea terdiam.

Talisha pun pergi meninggalkan kediaman kedua orang tuanya yang kini dikuasai orang tua sambungnya.

Di dalam mobil, Talisha memijit pelipisnya. "Apapun yang terjadi kepadaku kalian juga takkan pernah peduli!"

Talisha melajukan kendaraannya menuju kediamannya, sesampainya ia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa meraih remote televisi dan menyalakannya.

Dena muncul dari arah dapur, wanita itu membawa segelas jus jeruk untuk sahabatnya.

Talisha meraihnya dan menyeruputnya hingga tak tersisa.

"Apa keluargamu tidak memberikan minuman untukmu?" sindirnya.

"Aku berbicara dengan mereka tak sampai setengah jam," jawab Talisha.

"Apa tanggapan mereka tentang kau yang akan segera menikah?"

"Mereka hanya terkejut saja, mungkin dalam hati bahagia," Talisha menjawab dengan mata fokus menatap layar televisi.

"Baguslah jika memang begitu. Oh ya, Tuan Ezaz sudah memilih tempat pertemuan keluargamu dan dia," ujar Dena.

"Kau saja yang mengurusnya, aku malas untuk mengaturnya."

"Kau tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya mulai acara lamaran hingga pernikahan kalian," Dena tampak semangat.

Talisha menatap wajah sahabatnya. "Kau sebenarnya manajerku atau Wedding Organizer?"

"Keduanya," jawab Dena tersenyum.

"Kau ini selalu saja semangat jika menyangkut urusanku," ujar Talisha.

"Ya, karena kau sahabatku. Jadi, apapun yang terbaik untukmu akan ku lakukan," ungkapnya.

"Terima kasih!" Talisha tersenyum tipis.

...----------------...

Dua hari kemudian...

Ezaz dan Dika datang ke sebuah restoran yang memang memesan khusus tempat itu.

Talisha datang bersama keluarganya tak ketinggalan kakeknya. Tidak banyak yang menghadiri acaranya karena memang Ezaz memintanya.

Kakek Talisha menatap tajam calon suami cucunya, ia duduk saling berhadapan. "Apa kau yakin dengan Talisha?" tanpa basa-basi.

"Ya," jawabnya santai.

"Di mana keluargamu?" bertanya lagi.

"Mereka sedang di luar negeri," jawab Ezaz lagi.

"Kek, sudah cukup bertanya sekarang kita mulai saja acaranya," bisik Talisha.

Papa sambung Talisha menatap wajah Ezaz, pria mengingatkan dirinya dengan seseorang.

Ezaz yang tahu calon mertuanya memperhatikannya, menarik sudut bibirnya.

Obrolan kedua belah pihak berjalan lancar, Kakek berusaha untuk mengundurkan jadwal pernikahan namun Talisha menolaknya dengan alasan tak mau berlama-lama. Padahal kenyataannya berbalik.

Satu setengah jam berlalu akhirnya keluarga Talisha pun berpamitan pulang kecuali Dena.

"Tinggalkan kami berdua!" pinta Ezaz kepada asistennya dan manajer Talisha.

Kedua orang itu pun menuruti perkataan Ezaz dan pergi keluar ruangan.

Kini tinggal Talisha dan Ezaz berdua saling berhadapan.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Kau akan menjadi istriku, jadi semua gerak-gerikmu harus mendapatkan izin dariku."

"Ya, aku tahu tugasnya sebagai seorang istri."

"Ingat, pernikahan ini tidak seperti pernikahan pada umumnya. Jangan pernah mengurusi urusanku!"

"Aku juga tidak tertarik mengurusi urusan dirimu!"

"Tetapi urusan dirimu akan menjadi urusan aku!"

"Ya, aku akan ikuti semua peraturan darimu!"

"Satu lagi, selama pernikahan keluargamu tak boleh ikut campur," Ezaz mengingatnya lagi.

"Mereka juga takkan peduli," ujarnya santai.

"Tetapi kakekmu masih peduli?"

"Ya, cuma dia yang peduli."

Ezaz terdiam.

"Tidak ada lagi yang dibicarakan, aku mau pulang," ujar Talisha.

"Ya, kau boleh pulang!"

Talisha meraih tasnya lalu berdiri tanpa mengucapkan kata-kata, ia pun berjalan meninggalkan calon suaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!