Pagi itu Panji masih tertidur pulas denagn senyum merekah yang tak bisa di ungkapkan dengan kata - kata lagi. Ia berhasil menaklukkan Maura berkali -kali. Ternyata memang benar, Panji sangat kuat dan perkasa.
Obat perangsang sekaligus minuman yang membuatnya mabuk itu telah emmbuat Maura sejak tadi menagis sesegukan. Ia menangis karena banyak hal, selain keperawanannya yang di renggut dengan paksa karena di jual. Lalu, daerah intimnya begitu ngilu dan terasa sangat sakit. Bercak darah keperawanan itu nampak jelas di kasur kamar hotel.
Suara isak tangis Maura begitu jelas terdengar hingga mengganggu tidur Panji. Kedua bola matanya membuka, ia mulai sadar setelah seluruh pandangannya menyapu ke arah seluruh ruangan serba putih itu.
Tubuhnya terasa pegal dan kepalanya begitu terasa berat. Ia terbagun dan duduk tegak menatap gadis belia yang ada di sampingnya. Keduanya masih dalam keadaan polos dan tubuhnya hanya tertutupi oleh selimut saja.
Panji menatap lekat ke arah gadis yang terus menunduk dan menangis dan sesekali gadis itu meremat - remat selimut tebal yang menutupi sebagian tubuh mulusnya itu. Ia mencoba menanyakan apa yang telah terjadi. Panji sendiri berusaha mengingat semua kejadian sejak malam. Kenapa pagi ini ia bisa berda di tempat ini?
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Panji pelan. Ia sendiri masih pening merasakan sakit di kepalanya karena pengaruh obat aneh yang di berikan oleh Brian.
"Ma - Maafkan aku, Tuan. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Aku hanya ingin pulang sekarang," jawab Maura sendu.
Pekerjaannya telah selesai. Melayani Panji Ksatria hingga ia merasa puas.
"Pulang? Rumahmu dimana? Lagi pula, bagaimana kamu bisa di tempat ini dan satu kamar bersamaku?" tanya Panji penasaran. Suaranya masih pelan dan belum tersulut emosi tinggi.
"Entahlah?" jawab Maura singkat.
BRAK!!
Suara pintu begitu keras di dobrak dari arah depan.
"Oh Bagus ... Malah asyik - asyik di sini dengan perempuan malam?" ucap Brian dengan membawa se -kompi anak buahnya yang sengaja ingin menjatuhkan Panji di hadapan khalyak orang.
Maura menoleh ke arah pintu kamar. Ia melihat Brian dan juga Tyo, Ayah tirinya yang terlihat tertawa puas.
Panji pun menoleh kaget ke arah pintu kamar. Ia tak percaya hal ini akan terjadi.
Panji mencari pakaian dalamnya dan langsung di pakainya.
"Ada apa ini?" teriak Panji keras dengan pinggang yang dililit olehhanduk yang ada di dekatnya tadi.
"Ku pikir kamu lelaki baik dan sempurna, Panji? Ternytaa seleramu hanya perempuan malam seperti dia," ucap Brian dengan begitu tegas.
"Lalu? Apa masalahmu? Jika seleraku seorang perempuan malam?" tanya Panji ketus. Ia sendiri tak paham dengan kejadian pagi ini dan tiba - tiba harus menghadapi Brian yang bisa masuk ke kamarnya. Bukankah akses masuk kamar itu sangat privasi sekali?
Brian hanya tersenyum smirk. senyum penuh kelicikan.
"Kau bisa kehilangan tendermu. Klienu akan merasa terganggu dengan ini semua," ucap Brian penuh percaya diri.
"Jadi? Ini semua ulahmu?" tanya Panji keras.
Brian menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku? Dia anakku. Aku harus membawanya pulang," ucap Tyo yang langsung maju ke depan.
"Dia? Anakmu? Kenapa bisa ada di kamarku?" tanya Panji keras dengan wajah penuh amarah dan rasa tak suka.
"Kamu yang salah kamar. Ia seharusnya melayani Bos besar, tapi malah melayani lelaki hidung belang sepertimu. Kau tahu? Dia masih perawan!!" ucap Tyo dengan sengaja ingin memeras Panji.
"Ini urusanmu Bung. Aku harus segera pergi. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Brian pelan sambil menepuk bahu Tyo dan menyuruh semua anak buahnya itu untuk mundur dan pergi dari kamar hotel ini.
Panji menatap tajam ke arah punggung Brian dengan kepalan tangan yang sangat kuat ia pun berlari memukul telak bahu Brian. Ia tahu tentu ini salah satu cara licik Brian utuk menjatuhkan nama baiknya.
BUGH ..
"Argh ..." teriak Brian kesakitan.
"Brengsek ..." desis Panji yang masih bisa mengontrol emosinya.
"Awas kamu Panji. Aku balas semua yang kamu lakukan ini," ucap Brian bengis.
Brian dan beberapa anak buahnya pun keluar dari kamar hotel itu sambil membantu Brian yang agak kesulitan berjalan.
"Lalu? Anda tidak keluar dari kamar ini?" teriak Panji kasar kepada Tyo.
"Tapi ... Dia memang Maura anak saya." jawab Tyo masih santai dan tenang.
"Kalau begitu bawa anak anda!! Aku tidak butuh!!" teriak Panji yang semakin tersulut emosi.
"Aku akan pergi dengan anakku, asal kau bayar dia yang telah menemani Anda semalam ini," ucap Tyo dengan wajah yang membuat Panji seketika muak.
"Anda tahu? Saya juga korban di sini. Siapa yang dengan sengaja telah memasukkan perempuan itu ke kamar ini. Tentu Anda tahu pelakunya?" ucap Panji keras sambil mengangkat kerah Tyo yang di angkat hingga lelaki tua itu sedikit berjinjit.
Tyo hanya diam. Ia tidak tahu, ini bakal terjadi. Panji lebih terlihat menyeramkan dari pada Brian.
"Maura anak gadisku. Dia masih perawan Tuan. Aku tidak bohong," ucap Tyo melirik ke arah Maura yang sejak tadi menunduk.
Saat ini, Maura benar - benar benci dengan Tyo, Ayah tirinya. Tidak ada pembelaan sama sekali untuknya. Hidupnya seperti di gantung dan di peras untuk mencari uang. Mungkin setelah ini, Ayah tirinya itu lebih berani menjual Maura ke rumah bordir untuk menemani lelaki hidung belang.
Ucapan lirih dan terdengar ketakutan dari bibir Tyo pun membuat Panji melirik ke arah Maura yang seolah tak mau lagi melihat Tyo, ayah tirinya.
Panji melepaskan eratan pada kerah baju Tyo dan menyuruh lelaki itu pergi dari kamar hotelnya dengan sangat kasar.
"Pergi atau aku panggilkan polisi? Sudah mengganggu privasiku di sini dan pencemaran nama baik," ucap Panji dengan suara lantang dan tegas hingga membuat Tyo ketakutan.
"Ba -baik. Aku akan pergi. Aku akan menunggu Maura di lobby setlah Anda selesai memakainya," ucap Tyo yang masih sempat - sempatnya bernegosiasi dnegan Panji. Hal ini yang membuat Panji sangat marah.
"Pergi kamu!!!" suaranya lantang dan begitu kasar dengan tatapan tajam nyalang ke arah dua bola mata lelaki tua yang nampak licik itu.
Tyo pun langsung beringsut dan berlari ke arah luar kamar hotel itu. Ada rasa gugup dan takut bukan main melihat tatapan Pani yang begitu keji seolah akan memakannya hidup-hidup. Ia pun langsung mengunci pintu kamar hotel itu. Kini giliran Maura yang harus menjawab semua pertanyaannya.
'Cih ... Jebakan konyol yang pernah kau buat, Brian.' umpat Panji di dalam hatinya.
Langkah kaki Panji pelan menghampiri Maura yang tak berkutik sama sekali.
"Ada apa sebenarnya? Ceritakan padaku!!" ucap Panji yang sudah duduk di tepi ranjang tepat di depan Maura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Lela Lela
Harus bettanggung jawab kamu panji enak aja
2022-12-19
0
Lela Lela
Panji bawa maura kasian . ayah tiri ny kejam
2022-12-19
0