Daffin nampak sedang berbincang dengan papanya Abian. Mereka nampak serius sekali dengan pembicaraannya di ruangan kamarnya papanya.
"Jadi gimana pa? apa nggak apa-apa karena tidak sesuai dengan skenario awal kita." ucap Daffin bertanya kepada papanya mengenai apa yang terjadi tadi.
"Tidak masalah, semua sudah terjadi, papa yakin bahwa Alfa juga bukan pilihan yang jelek." jawab Abian.
"Kenapa Aya tidak mau dengan Azzam ya pa? padahal Azzam lelaki yang mapan dan gagah, semua kita juga tau dia juga baik."
"Papa nggak tau, mungkin memang bukan jalan jodohnya." jawab Abian.
"Lalu bagaimana dengan Daren?"
"Untuk sementara kamu tahan dulu, nanti setelah beberapa bulan baru di biarkan dia bebas, tapi tetap harus di pantau pergerakannya." jawab Abian.
"Baik pa, tapi tipe Daren ini tidak mudah menyerah."
"Ya, sebelum dia mendapatkan apa yang dia mau maka dia akan tetap mengincar Aya, Aya terlalu polos sehingga dia bisa di manfaatkan oleh lelaki itu begitu lama."
"Papa yakin pernikahan Aya dengan Alfa pa?" tanya Daffin agak ragu dengan pernikahan ini.
Daffin sangat paham karakter adiknya dan karakter Alfa. Alfa sangat tidak menyukai gadis manja seperti Aya. Walaupun Aya sudah hidup terpisah di luar negeri, akan tetapi dia tetap di manjakan lewat fasilitas milik keluarganya.
"Papa yakin bahwa suatu saat nanti Alfa bisa menerima Aya, seperti papa menerima mama kamu dulu, papa melihat karakter papa ada di Alfa saat muda."
Daffin paham maksud pembicaraan papanya. Dia juga tau bagaimana papanya merintis usaha di waktu muda sampai bertemu dengan mamanya.
"Mari keluar, nanti yang lain pada curiga." ajak papanya mengajak Daffin.
Ayah dan anak itu keluar dari kamar yang ditempati. Mereka berjalan menuju tempat resepsi berlangsung.
Sedangkan Alfa masih nampak kaku berdiri di sebelah Aya. Betapa malunya dia saat ini, semua orang tau bahwa dia hanyalah pengantin pengganti hari ini.
"Netizen Indonesia mana bisa di bohongin, mau bayar wartawan pun pasti bakal ketahuan, nasib anakmu Mak." gumamnya dalam hati.
Aya bingung menghadapi Alfa yang nampak memasang wajah kakunya.
"Ini manusia apa kulkas ya? kok dingin banget." gumam Ayah di dalam hatinya ketika melihat wajah Alfa.
Sejak tadi wajah lelaki ini tanpa tenang namun semakin dingin. Ekspresi lelaki yang berdiri di sampingnya itu tidak bisa ditebak saat ini.
"Gila, masa dia nggak bahagia gua nikahin, dia itu menikahi anak konglomerat kaya tapi kok wajahnya nggak bisa tebak." gumam Aya lagi.
"Saya yakin bahwa dalam hatinya Dia sangat bahagia, tapi dia pura-pura kalem aja di depan Papa dan bang Daffin." gumamnya lagi.
"Nggak mungkin asisten yang nggak senang menikah dengan Aku seorang wanita yang sangat cantik ini, apalagi posisinya aku adalah anak orang kaya."
Aya melihat sekilas ke wajah Alfa. Namun lelaki itu tidak bergeming sedikitpun. Sedangkan Aya semakin nggak karuan pikirannya karena tidak bisa menebak apa yang dirasakan oleh Alfa.
"Ihhhh, dia bahagia apa nggak ya?" ujarnya pelan semakin gundah gulana.
Ketika pikirannya kemana-mana, tiba - tiba nampak mamanya menghampirinya.
"Ai kamu kenapa? kok mama liat kamu kayak panik gitu?" tanya Dita kepada anaknya.
"Nggak apa-apa ma, ai hanya sedikit pusing aja." Jawab Aya.
"Ya udah sana istirahat, Alfa segera bawa istri kamu istirahat." ujar Dita.
"Loh kok sama dia ma?" tanya Aya.
"Panggil yang sopan Ai, mulai hari ini nak Alfa ini suami kamu, dan jelas sama nak Alfa toh dia suami kamu, apa kamu lupa?"
"Ya udah ma, Ai pergi istirahat dulu." Pamit Aya.
Ketika Aya dan Alfa berjalan meninggalkan pelaminan. Mata Shena langsung mengikuti kemana arah gerak pasutri itu.
Shena mulai melancarkan semua misinya. Dia tidak ingin semua gagal berantakan.
Sedangkan Daffin sejak tadi berdiri di sampingnya Mezza. Kedua pasangan itu semakin romantis semakin hari. Tidak ada yang sanggup memisahkan keduanya.
"Maaf kok bisa Aya memilih Alfa dibandingkan Azzam ya?" tanya Mezza masih bingung sejak kejadian tadi.
"Mas juga kurang tau juga sayang." jawab Daffin dengan lembut.
"Masa mas nggak tau?"
"Emang mas ini Tuhan yang bisa baca isi hati Aya sayang?"
"Baik, tapi kan mas bisa memprediksi kemana gitu." jawab Mezza agak kesal.
"Mungkin karena tipe papa ada di Alfa, itu yang membuat dia merasa nyaman." jawab Daffin asal.
"Jadi kemana si Daren itu? ini nggak mungkin mas nggak tau."
"Ya memang nggak tau, jika mas tau mungkin sudah mas tarik dia kesini." jawab Daffin.
"Masa mas nggak tau karakter calon adik iparnya, mas kan bisa mencari tau apa saja."
"Nggak juga, emang mas sehebat itu apa?"
"Iya hebat, ayolah mas kenapa Aya lebih memilih Alfa daripada Azzam sepupu aku?"lensa mengulangi pertanyaannya lagi.
"Mas nggak tau."
"Masa mas nggak tau adiknya sendiri." jawab Mezza bete sendiri.
"Mas memang tidak tau Aya seperti mas tau kamu sayang, jika tentang kamu maka mas hafal luar dan dalam." jawab Daffin sambil mengerlingkan matanya.
"Apaan sih mas, omongannya nggak pernah di saring." jawab Mezza.
"Kita malam ini nginep di sini juga kan?"
"Iya tapi sama anak-anak."
"Anak - anak titip Beby sister aja, atau titip neneknya." jawab Daffin dengan seribu idenya.
"Maunya kamu, emang kamu pikir neneknya nggak mau istirahat, udah waktu kecil ngasuh aku, sekarang cucunya pula." jawab Mezza.
"Kasih omata aja."
"Sama aja, dah buang jauh-jauh otak kamu yang kotor."
"Kan sama......"
Belum sampai ucapan Daffin akan tetapi tiba-tiba telinganya di jewer oleh mamanya.
"Apa kamu bilang tadi? kamu kira mama nggak denger apa ucapan kamu."
"Ucapan apa ma?" tanya Daffin pura - pura tidak paham.
"Kamu suruh istri kamu nitip anaknya kalian ke mama." jawab Dita.
"Kan katanya mau cucu yang rame ma, biar cepat jadi." jawab Daffin.
"Nggak usah jika menyusahkan orang lain."
"Iya ma, tadi juga cuma bercanda, mana mungkin anak - anak titip mama."
"Pandai sekali menjawab." pikir Mezza dalam hatinya sambil tersenyum.
Detik berganti menit, menit berganti Jam. Pesta pernikahan sudah selesai karena sudah malam. Masing-masing beristirahat di kamar yang sudah di sediakan.
Ketika yang lainnya makan malam bersama, berbeda dengan Aya dan Alfa. Mereka di suruh makan malam berdua di kamar. Sebelum mereka turun, makan malam sudah diantar oleh waiters ke kamar mereka.
Mereka berdua makan dalam keadaan canggung. Di lain sisi Alfa segan kepada adik bosnya. DI satu sisi Aya merasa bingung mau bicara apa. Karena sejak tadi mereka hanya diam dengan kesibukan masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ilah Alfiah
ya gimana netizen gak tau kalo nama yang ada di undangan siapa tapi duduk di pelaminan siapa ya begitulah seperti dunia nyata yang di gandeng siapa yang bersanding siapa ya jadi trending topik kan 🤣🤣🤣
2022-10-22
2
Ilah Alfiah
kan ada skenario yang tersusun di balik itu semua semoga ajah Aya jatuh cinta sama Alfa sebelum tau semua kebenaran nya
2022-10-19
0