" Assalamualaikum nak " sapa ayah mendekati pemuda yang menatapnya dengan tatapan bingung. Inikah orang tuanya ?, pertanyaan itu yang muncul di benak sang pemuda. Ia tak menyahut salam ayah,hanya menatap nanar lelaki yang tersenyum ramah padanya. Ia bingung dengan keadaan nya saat ini. Terlalu sulit untuk di pahami,memorinya benar-benar kosong.
'' Saya Farhan,ayah Alfiani. Kamu ingat nama kamu ?'' tanya ayah, beliau sudah tahu keadaan lelaki di hadapannya. Tadi beliau sudah menemui dokter setelah Alfiani mengatakan beliau di tunggu dokter di ruangan nya .
Pemuda di hadapannya tampak menggeleng,dengan wajah bingung. Ayah menghela nafas sedikit panjang. Di ruang rawat tinggal dua lelaki berbeda generasi ini dan ibu yang memilih diam mengamati. Alfiani dan Salwa pergi ke kantin untuk mencari makanan.
'' Saya tidak ingat apa-apa.'' ucap pemuda itu dengan tatapan menerawang. Hatinya terasa hampa,begitu membingungkan .
'' Ya sudah,mulai saat ini nama kamu Faiq,Faiq Faizhurrahman. Sampai kamu mengingat identitas mu, sementara pakai nama itu. Sampai kamu sembuh,aku ayah kamu. Dia...." ayah menunjuk ibu,Faiq mengikuti dengan tatapan matanya. Ibu tersenyum lembut dan mendekati dua lelaki itu.
" Dua ibu kamu Aini " lanjut Ayah,Faiq seakan menyimpan semua informasi dengan baik di memori kosongnya.
" Saya Aini,anggap saja aku ibu kamu " ucap Aini,wajah Ibu yang memang selalu meneduhkan seakan memberi sebuah perlindungan untuk Faiq. Faiq tersenyum dan mengangguk pada dua orang asing di hadapannya.
" Nama saya Faiq,dan kalian ayah dan ibuku ?" sebuah pertanyaan ya g terdengar seperti meyakinkan diri sendiri.
" Yah,kamu Faiq dan kami orang tuamu,Ibu dan Ayah punya dua anak Alfiani yang tadi di sini,yang berkerudung biru. Dan Fariz yang menunggu kamu dari kemarin di sini. Tapi sekarang dia sedang bekerja " jelas Ayah yang coba di cerna dengan baik oleh Faiq.
Faiq yang pada dasarnya memiliki otak yang cerdas,cepat menyerap segala yang diucapkan ayah.
" Jadi ayah tidak tahu aku ini siapa dan dari mana ?" tanya Faiq,ayah menggeleng.
" Ayah sudah coba cari info tapi belum tahu siapa kamu. Tapi percayalah Alloh akan menyembuhkan kamu. Kamu akan mengingat lagi semuanya. Sampai saat itu tiba,kami adalah anak kami, jangan terlalu dipikirkan. Yang penting kita selalu berdoa dan berusaha untuk kesembuhan kamu " tutur ayah bijak. Beliau tadi sudah mendengar langsung dari dokter, kemungkinan untuk sembuh itu ada meski harus perlahan-lahan. Faiq tersenyum,ada kelegaan di hatinya. Meski ia tak tahu siapa dirinya dari mana asalnya. Namun saat ia tak tahu harus bagaimana,ada orang baik yang menawarkan diri menjadi keluarga nya.
" Terima kasih,sudah menolong dan merawat saya " lirih Faiq.
" Sama-sama,sudah seharusnya kita sesama saling tolong menolong. Sekarang kamu istirahat,Ayah dan Ibu ada acara. Nanti Alfiani dan Salwa yang akan menemani kamu sampai Fariz kembali. " pamit Ayah,kalau tidak ada acara hari itu Ayah yang akan menemaninya,tapi ia sudah terlanjur membuat janji hati itu.
" Ayah dan Ibu pamit, Assalamualaikum " ucap Ayah seraya berdiri.
" Wa'alaikumussalam " reflek bibirnya menyahut salam itu. Jauh di dasar Slam bawah sadarnya ia merasa familiar dengan kata-kata itu. Meski banyak hal yang ia lupakan,tapi ternyata ada sekilas yang masih tertinggal di alam bawah sadarnya.
" Yah,Bu !" panggil Faiq hati-hati,saat pasangan suami istri itu melangkah menuju pintu. Keduanya berbalik menatap Faiq.
" Hati-hati " lirih Faiq dengan seulas senyum,Ayah dan Ibu tersenyum kemudian mengangguk.
" Iya,kamu juga istirahat yang baik ". Pemuda itu tersenyum dan mengikuti langkah kaki kedua orang tua angkatnya dengan tatapan mata. Sampai mereka menghilang di balik pintu. Ada gundah yang menyelinap di hatinya.
Tentang diri yang sama sekali tak ia kenali. Saat semua terasa asing, mata coba ia pejamkan. Namu banyak tanya yang berseliweran di otaknya. Tanya yang tak mampu ia jawab. Hanya menimbulkan rasa sakit di kepalanya. Hingga akhirnya ia terlelap, mungkin pengaruh obat yang tadi di berikan perawat setelah ayah menemui dokter dan mengatakan pasien sakit kepala.
Hingga dua gadis berjilbab itu masuk ke ruang rawat, Faiq masih terlelap. Sejenak Alfiani menatap wajah tampan yang terlelap namun masih menyisakan kerutan di kening. Seakan berpikir dalam tidurnya.
" Kasihan ya Al, keluarga nya pasti khawatir banget " ucap Salwa yang ternyata juga sedang menatap wajah tampan yang sedang terlelap itu.
" Iya,gak kebayang gimana khawatir nya mereka. Apalagi kita juga gak bisa kasih kabar. Gak ada identitasnya " jawab Alfiani prihatin.
Dua gadis itu duduk di kursi yabg terletak agak jauh dari Faiq. Mereka duduk berdampingan, hingga suara lenguhan Faiq yang terbangun dari tidurnya membuat mereka sontak menatap kearah tempat tidur pasien. Tampak Faiq menoleh kearah meja di sebelahnya dan menatap gelas yang ada di sana.
'' Mau minum mas ?'' tanya Alfiani yang melihat pergerakan lelaki itu.
'' Iya,bisa minta tolong '' Alfiani mengangguk dan mendekati lelaki yang terbaring lemah dengan wajah yang masih pucat. Alfiani mengambil gelas dengan sedotan mendekatkan pada Faiq yang langsung meminumnya.
Alfiani merasa canggung,namun ia niatkan atas nama kemanusiaan. Bukan Alfiani tak pernah berdekatan dengan lelaki. Di tempat kuliah ia juga punya teman lelaki namun ia tak pernah sedekat ini sampai memberi minuman. Biasanya ia akan pergi ramai-ramai dengan temannya. Ia memang gadis yang cukup taat dengan ajaran agamanya,namun ia masih bergaul dengan lawan jenis. Selama ia tidak berduaan dan mampu menjaga serta membawa diri dengan baik.
" Terima kasih " ucap Faiq dengan mata tertuju pada gadis yang menunduk itu. Alfiani mengangguk saja,ia masih merasa sungkan dengan asing lelaki di hadapannya ini.
Tak lama suara pintu terbuka, seorang suster masuk membawa nampan berisi makan siang pasien.
" Siang Mbak,mas " sapa ramah suster cantik itu.
" Siang Sus" sahut Alfiani dengan seulas senyum.
" Bagaimana mas ada keluhan ?" tanya suster setelah meletakkan nampan di atas nakas.
" Suka pusing Sus" sahut Faiq.
" sabar ya mas,dan jangan terlalu memaksa untuk mengingat. Pelan-pelan saja " ucap Suster seraya mengecek infus. Faiq hanya bisa mengangguk.
" Jangan lupa di makan ya mas makan siangnya. Mari,saya tinggal dulu " pamit Suster.
" Iya Sus terima kasih " jawab Alfiani.
" Mau makan sekarang mas ?" tanya Alfiani yang sadar lelaki itu masih susah untuk makan sendiri.
" Boleh " sahut Faiq.
"Sal !" panggil Alfiani pada Salwa yang asyik dengan ponselnya.
" Apa ? "
" Sini,kupasin buah kek biar nanti bisa langsung di makan " ucap Alfiani yang sebenarnya ingin di temani sahabatnya di dekat lelaki itu. Salwa yabg paham kecanggungan sahabatnya berdiri menghampiri.
" Oke sini aku kupasin buah,mas nya makan suapin Alfi ya " ucap Salwa yang langsung mengambil apel yang tergeletak di atas meja
" Faiq,kata ayah namaku Faiq " ucap Faiq yang di panggil mas nya oleh Salwa.
" Oke mas Faiq " ucap Salwa seraya tersenyum. Alfiani ikut tersenyum sembari menyiapkan makan siang Faiq. Tanpa di sadari Alfi,Faiq memperhatikan senyum yang terlihat begitu manis. Dan seakan menghipnotis orang yang menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
lie2k
semoga cpt inget ya
2023-03-12
1