Alfiani dan Salwa keluar dari ruang rawat saat dokter memeriksa keadaan lelaki yang baru tersadar. Tak ada kata yang terucap dari bibir lelaki itu. Tatapan matanya tampak kosong. Namun tatapan matanya seakan mengikuti pergerakan Alfiani,sampai Alfiani dan Salwa menghilang di balik pintu.
'' Ini gimana ya Sal,apa aku telpon Mas Fariz aja ya ?,atau Ayah ?. Nanti kalau ada apa-apa gimana ?,kita kan gak ngerti '' ucap Alfiani dengan nada khawatir.
'' Mungkin telpon ayah kamu aja dulu Al,kan mas Fariz bilang lagi ada kerjaan penting.
'' Iya kali ya,aku telpon ayah dulu''
Alfiani mengambil ponsel dari dalam tas tangannya. Mencari kontak sang ayah dan mendialnya .
'' Assalamualaikum Yah !'' sapa Alfiani setelah telpon diangkat oleh ayah di seberang sana.
'' Wa'alaikumussalam Nduk,ada apa ?'' tanya Ayah.
'' Ini yah,orangnya sudah sadar. Ayah bisa tolong ke sini ?,takut nanti ada apa-apa. Mas Fariz ada kerjaan penting katanya.''
''Iya,Ayah ke sana. Kalau dokter nanya bilang saja wali dari pasien dalam perjalanan.''
" Baik Yah''
'' Y sudah Ayah tutup telponnya, assalamualaikum ''
'' Wa'alaikumussalam''
Alfiani mengakhiri panggilan, memasukkan kembali ponsel ke dalam tasnya. Kemudian ia ikut duduk di samping Salwa di kursi tunggu. Tak berapa lama,tampak perawat keluar ruangan dengan wajah serius. Salwa dan Alfiani hanya diam mengamati. Tak berselang lama sang perawat kembali lagi dengan sesuatu di tangannya.
'' Duh jangan-jangan ada yang gak beres Al'' ucap Salwa. Karena sudah cukup lama dokter berada di dalam.
'' Berdoa saja Sal, semoga baik-baik saja'' ucap Alfiani yang memang sedari tadi tak berhenti berdzikir tanpa suara.
'' Amin,semoga aja gak ada apa-apa. Mana kita belum tahu info keluarga dia lagi. Gak kebayang jadi keluarga dia usah hilang kontak dari kemarin'' ucap Salwa. Sudah pasti keluarga yang sudah kehilangan kontak hampir dua hari sangat cemas .
Bahkan di tempat lain yang masih berada di satu kota yang sama. Yudis sudah kelimpungan mencari sahabatnya. Tak ada kabar sama sekali bahkan ia sudah mendapat telpon dari tempat rental mobil. Karena yang merental atas nama dirinya. Dan hanya untuk satu hari saja.
'' Gimana Mas ada kabar ?'' tanya Yudis pada teman yang bekerja di Polda.
'' Belum ada laporan yang masuk,kita sudah mencoba melacak mobil yang di kendarai temen kamu tapi belum ada hasil. Kita sudah mencoba melacak lewat cctv di jalan tapi belum juga menemukan. Apa mas Yudis sudah mencari ke daerah tempat yang akan di tuju? '' Tanya lelaki berseragam polisi itu.
'' Sudah,dan pemilik tempat mengatakan kalau kemarin Andreas tak datang. Aku jadi khawatir. Pasti ada sesuatu yang tidak beres''.
ucap Yudis yang hati itu menyambangi kantor polisi untuk menemui temannya yang kemarin ia mintai tolong secara khusus. Bukan dalam bentuk laporan orang hilang.
'' Apa Kamu cukup mengenal dia ?, mungkin saja ini modus penipuan,dia membawa lari mobil yang kamu rental kan?'' ucap lelaki itu dengan nada kecurigaan. Yudis tertawa mendengar kecurigaan temannya itu .
'' Hahaha.... dia terlalu kaya buat nipu.'' Dan Yudis menceritakan latar belakang sahabatnya. Kesimpulannya,pasti bukan penipuan,selain Andreas yang memang CEO muda yang cukup sukses. Orang tua Andreas adalah pengusaha besar. Yang namanya tak di ragukan dalam bidang bisnis. Namun sang anak ingin merintis usaha sendiri sebelum di haruskan terjun di perusahaan keluarga yang kini masih di pegang sang Ayah.
Kembali di klinik,dimana lelaki yang tak lain adalah teman Yudis itu di rawat. Lelaki yang sebenarnya bernama Andreas namun belum ada yang tahu.
Dokter keluar dari ruangan,masih diiringi perawat yang setiap mendampingi. Alfiani dan Salwa beranjak dari kursi dan berdiri .
'' Keluarga pasien ?'' tanya Dokter lelaki setengah baya yang tampak gagah dan berwibawa dalam balutan jas dokter.
'' Saya yang kemarin menemukan pasien dok. Belum ada yang tau tentang keluarganya. Tapi sebagai wali pasien ayah saya sedang dalam perjalanan '' terang Alfiani yang mengerti bahwa dokter hendak menyampaikan keadaan pasien. Tapi Alfiani merasa lebih baik ayah saja yang berbicara pada dokter .
'' Oh,baik nanti kalau ayah kamu sudah sampai, saya tunggu di ruangan saya. ''
'' Baik dok '' sahut Alfiani seraya mengangguk.
'' Kalau begitu saya permisi'' pamit pak dokter diiringi langkah para perawat.
'' Silahkan dok''
Tinggal Alfiani dan Salwa,mereka saling pandang.
'' Masuk gak ?'' tanya Salwa,bingung jika berada di ruangan dengan lelaki yang tak mereka kenal. Meski tak sendiri namun pasti akan canggung.
'' Gimana ya ?,tapi jadian juga ya,udah sadar tapi gak ada temen '' bimbang Alfiani.
'' Ya udah yuk masuk aja !'' ajak Salwa menarik pelan tangan sahabatnya.
Mereka memasuki ruangan saat pintu terbuka. Sepasang mata lelaki itu langsung menatap kearah dua gadis berjilbab yang terasa asing untuknya.
'' Kalian siapa ? '' tanya lelaki itu yang mengikuti langkah dua dara cantik itu dengan tatapan matanya. Alfiani tampak mengangguk kan kepala sejenak kemudian menundukkan pandangan. Setelahnya ia dan Salwa berdiri tak jauh dari pasien.
'' Saya Alfiani Mas,yang menemukan mas kemarin. Ini sahabatnya saya Salwa '' Alfiani memperkenalkan dirinya dan juga Salwa. Lelaki biru tampak mengernyit.
'' Menemukan saya ?,saya kenapa ?'' tanya pemuda yang ternyata tak mengingat kejadian yang dialaminya.
'' Hah ?'' Alfiani kaget mendapati pertanyaan dari pemuda itu. Ia menatap sejenak lelaki yang tampak muram dengan tatapan menerawang.
'' Mas hanyut di sungai'' terang Alfiani.
'' Hanyut ?,kamu tahu siapa saya tidak ?'' tanya pemuda itu dengan suara lirih . Alfiani menggeleng.
'' Saya tidak ingat apa-apa '' ucap lelaki itu dengan nada putus asa. Alfiani dan Salwa saling pandang. Keduanya seakan berbicara lewat sorot mata masing-masing.
'' Jadi Mas tidak mengingat apapun ?'' Salwa akhirnya bersuara lelaki itu menggeleng.
'' Termasuk nama Mas sendiri ?'' lanjut Salwa. Dan lagi-lagi jawabannya adalah gelengan. Kedua gadis itu menatap prihatin pada lelaki yang kini tampak termenung. Ternyata lelaki itu amnesia.
Keadaan ruangan kembali sunyi,dua gadis itu memilih duduk di kursi yang di pinggiran agar tak terlalu dekat dengan pasien. Lelaki itu kini berusaha memejamkan diri,bukan tidur. Namun seakan memaksa ingatannya untuk kembali.
'' Aaawwhhh Sssst'' desisnya. Rasa pusing menyapa. Tak ada yang ia ingat, sedikit saja tentang dirinya sama sekali tak ia ingat.
'' Mas, Kenapa ?'' tanya Alfiani.
''Sssttt.'' bukan jawaban btamu hanya suara desisan dari pemuda tersebut dengan sebelah tangan yang tidak terpasang infus memegangi kepalanya.
'' Sakit '' geram lelaki itu tanpa membuka mata. Tangannya masih berada di kepala. Bukan hanya memegang tapi kini tangannya terlihat seperti meremas rambutnya.
Alfiani dan Salwa saling pandang. Mereka tampak prihatin melihat keadaan yang dialami pemuda itu.
'' Aku coba bilang ke dokter dulu '' ucap Salwa . Dua gadis yang sedang kebingungan itu terlihat lega. Saat sebuah ketukan di pintu ruangan yang membuat Salwa mengurungkan niat memanggil dokter. Ayah masuk bersama ibu diiringi salam yang mereka jawab dengan sumringah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Dian Lee
yup
2023-02-07
0