Gemericik air mengalir di kran terdengar nyaring di pagi buta yang masih sunyi. Seorang gadis cantik tampak membungkuk membasuh bagian tubuh yang ditentukan dalam berwudhu. Seperti pagi-pagi biasanya sekitar pukul tiga dini hari. Alfiani melaksanakan sholat malam.
'' Sudah bangun nduk ?'' suara Ibu saat Alfiani telah menyelesaikan wudhunya. Alfiani menoleh kearah suara dan tersenyum manis pada sang ibu yang juga hendak mengambil air wudhu.
'' Sudah Bu, Ayah sudah bangun Bu ?'' tanya sang putri.
'' Sudah,kamu tunggu saja sebentar''.
'' Baik Bu,Alfi masuk dulu'' sang Ibu mengangguk, mengiyakan ucapan anaknya.
Alfiani masuk dalam mushola keluarga yang terletak di halaman belakang. Mushola kecil yang tampak bersih,dengan taman bunga di sekitarnya. Duduk setelah mengenakan mukenah. Tampak tangannya memegang tasbih dengan mulut yang berucap lirih mengagungkan nama Alloh.
Tak berselang lama Ibu masuk di susul Ayah. Ibadah sholat malam yang selalu mereka lakukan bersama-sama. Namun kali ini,tanpa Fariz yang masih menunggui lelaki yang mereka tolong kemarin.
Dengan khusu' mereka sholat berjamaah, menjalankan ibadah sholat Sunnah ,beberapa rakaat sholat Tahajjud diakhiri sholat witir. Menengadah memohon ampun atas segala khilaf yang mereka perbuat dalam sadar atau tidak sadar. Dan doa-doa untuk kebaikan lain terlantun indah di pimpin Ayah. Dan seseorang yang tak mereka tahu namanya pun terselip dalam doa,semoga di beri keselamatan dan segera tersadar.
Menunggu waktu subuh datang mereka membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Suara merdu Alfiani mengisi pagi yang sunyi. Ia yang memang pernah menjuarai lomba Tartil Al-Qur'an se kabupaten,sangat lancar dan terdengar jelas dalam pengucapan setiap ayat yang ia baca. Tajwidnya sangat bagus,tak salah banyak yang mengagumi dara cantik itu. Kepribadian yang baik seiring dengan kepintaran yang di milikinya.
Sampai kumandang Adzan subuh menggema. Mereka beranjak dari mushola kecil di rumah mereka. Ketiganya berjalan beriringan menuju masjid yang terletak di samping rumah. Ayah di percaya orang di desa itu untuk menjadi imam masjid desa.
Usai melaksanakan ibadah sholat wajib dua rakaat tersebut, mereka kembali ke rumah. Baru beberapa langkah Alfiani masuk ke dalam rumah. Nyaring suara ponselnya terdengar . Ia buru-buru masuk ke dalam kamar. Nama mas Fariz tampak di layar ponselnya.
" Assalamualaikum "
" Wa'alaikumussalam dek,udah pulang dari masjid ?" tanya sang kakak dengan nada lembut.
" Baru masuk rumah mas,ada apa ?" tanya Alfiani pada kakak yang berjarak hanya dua tahun dari dirinya.
" Kamu ada kuliah hari ini ?" pertanyaan di balas pertanyaan oleh Fariz.
" Gak ada,kenapa ?"
" Tolong anterin baju kerja Mas,mas gak bisa libur hari ini. Ada pekerjaan yang harus mas selesaikan. Terus kamu ajak Salwa atau Salsa ke sini. Sampai mas kembali tolong kamu jaga di sini. Takutnya nanti pas gak ada yang jaga dia sadar. Kasihan sendirian " ucap Fariz panjang lebar tanpa sedikitpun di sela oleh adiknya.
'' Harus jaga juga ya mas ?" tanya Alfiani yang merasa bimbang. Bagaimana ia harus menjaga seorang lelaki yang tak ada hubungan darah dengannya ?.
" Gak apa-apa Al,toh dia juga belum sadar. Dan kamunya juga ada yang nemenin,gak sendiri."
"Iya Mas"
" Jangan lupa sana tas kerja mas juga ya !"
" Iya, kalau gitu Alfi nyiapin dulu pakaian mas Fariz. Assalamualaikum " pungkas Alfiani.
" Iya wa'alaikumussalam " dan panggilan berakhir. Alfiani bergegas keluar dari kamarnya,hendak ke kamar sang kakak untuk menyiapkan keperluan kakaknya.
✨✨✨
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya Alfiani ditemani dengan Salma pergi menuju tempat di rawatnya lelaki tanpa identitas itu. Selain perlengkapan kerja kakaknya Alfiani juga membawa sebuah tas berisi makanan yang di siapkan ibu untuk sarapan anak-anaknya. Karena Alfi pun tak sempat sarapan,keburu siang dan Fariz akan terlambat sampai tempat kerjanya.
Dengan berboncengan sepeda motor yang di kendarai Salwa,kini mereka berdiri di klinik yang cukup besar. Hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam sampai di sana.
" Al,aku denger ada berita kecelakaan di dukuh atas,mungkin gak sih kalau dia ?" tanya Salwa yang kini berbagi bawaan dengan Alfiani. Berjalan bersisian menuju ruang rawat yang telah Fariz beri tahukan tadi lewat chat.
" Memangnya kecelakaannya di mana ?"
" Persis di hulu sungai,dan korban tidak di temukan hanya mobil yang sudah terjun bebas ke jurang ".
" Terus ada warga sana yang hilang gak ?"
" Gak sih,menurut berita yang aku denger sih,bukan orang sini."
Alfiani mangut-mangut, tak kembali bertanya pada sahabatnya itu.Mereka berjalan sampai di ruang rawat. Diketuknya daun pintu yang tampak tertutup.
" Assalamualaikum " ucap Alfiani dan Salwa bersamaan.
" Wa'alaikumussalam,masuk dek " sahut Fariz seraya membuka pintu untuk dua wanita di hadapannya. Alfi langsung menyerahkan barang bawaannya,sedang Salwa tampak menunduk. Ia tak pernah biasa saja jika berhadapan dengan lelaki tampan nan gagah itu.
" Masuk Sal " titah Mas Fariz yang melihat Salwa masih mematung di dekat pintu.
" Iya Mas" sahutnya gugup. Alfiani yang tahu sahabatnya itu menaruh hati pada sang Kakak tersenyum tipis seraya menyiapkan sarapan yang di bawahnya. Fariz segera berlalu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti dengan pakaian kerjanya.
Alfiani melirik sedikit kearah lelaki yang masih terpejam dengan beberapa alat terpasang di tubuhnya. Ganteng,satu kata yang tersirat di batinnya. Namun cepat- cepat ia beristighfar dan kembali menunduk memindahkan makanan dalam wadah yang ia bawa juga dari rumah.
Tak berselang lama,mereka sarapan bersama. Makan dalam diam dan setelah selesai Fariz langsung pamit pada adiknya dan juga Salwa.
" Hufhhh " Salwa menghela nafas lega saat ucapan salam pamit dari Fariz berakhir dengan menghilangnya sosok itu di balik pintu. Alfiani tertawa lirih sembari membereskan bekas makan mereka.
" Kenapa Sal ?"
" Ah gak tahu, pokonya selalu gini kalau deket sama mas mu itu " sahut Salwa yang membantu Alfiani memasukkan peralatan bekas makan mereka ke dalam kantong.
" Nikmati saja,itu anugerah dari Alloh ketika kita mengagumi seseorang. Yang penting kita bisa mengendalikan perasaan kita. Jangan kita yang di perbudak oleh rasa. Selalu sisipkan nama Mas Fariz di doa-doa mu Sal,siapa tahu Alloh memang menjadikan dia jodohmu. Aku seneng kalau seandainya kalian berjodoh". tutur Alfiani di akhiri sebuah senyum tulus yang terasa menentramkan bagi yang melihat senyum itu.
" Alfi,kamu emang sahabat terbaikku,makasih ya selalu mendukungku dan selalu ada buat aku " ucap Salwa sembari memeluk Alfiani. Dua gadis berjilbab itu saling berpelukan.
"Aku mau ambil wudhu dulu ya " pamit Alfiani setelah melepas pelukan sang sahabat. Salwa mengiyakan dan ia duduk di kursi yang ada di ruangan itu. Menatap sekilas pada lelaki yang masih saja terpejam.
Suara pintu kamar mandi terbuka,Alfiani keluar dengan wajah basahnya.
" Kita baca Al-Qur'an yuk,biar adem. Siapa tahu bisa jadi wasilah sadarnya dia " ucap Alfiani seraya mengambil Al-Qur'an kecil di dalam tasnya.
" Aduh aku lagi palang merah Al "
" Owh,ya udah aku aja " ucap Alfiani yang kemudian duduk dan mulai membaca Al-Qur'an dengan suara lirih namun terdengar indah karena Tartil dan bacaannya yang fasih.
" Euggghh " suara lenguhan membuat Salwa langsung menoleh pada sumber suara. Tampak mata yang terpejam itu sedikit mengerjap.
" Masya Alloh Al,dia... dia sadar". reflek Alfiani menoleh dan segera mengakhiri bacaan Al-Qur'an nya.
" Aku panggil dokter dulu " ucap Salwa sembari berjalan cepat meninggalkan Alfiani. Sejenak,keduanya saling tatap. Alfiani langsung menundukkan wajah. Mereka masih Saling diam,sampai dokter diikuti beberapa perawat masuk ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
lie2k
santai tp menarik
2023-03-12
1
Datijamil
cerita nya bagus dan menarik
2023-03-11
2
Dian Lee
semoga bagus baca selanjutnya
2023-02-07
0