Melirik jam di pergelangan tangannya, Azahra menghentikan kegiatannya di kamar. Nyatanya, sudah waktunya dia shalat Ashar. Mengambil wudhu, wanita itu memulai shalat. Usai shalat, Azahra ke dapur untuk memasak.
"Ya Allah, aku lupa beli ikan" gumam Azahra seraya melihat isi kulkas. "Ya udah, nanti malam makan telur aja sama sayur" sambungnya bergumam.
Dengan telaten, Azahra mengeluarkan sayur yang mau dimasak, mencuci lalu memotongnya sebagaimana mestinya.
Di ruang keluarga, Qonita melirik Kulsum yang bersantai di sofa. Sejak siang tadi, Kulsum hanya memainkan ponselnya. Bahkan dia tak berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Sementara Assagaf sibuk menyusun materi yang akan dipresentasikan besok di depan kelas.
"Kul, kok kamu nggak bantuin Zahra masak" tegur Assagaf.
"Emang harus?" Kulsum balik bertanya tanpa menatap lawan bicaranya.
Assagaf mengucap istighfar dalam hati. Sementara Zul yang sibuk memprint out makalah, menatap Kulsum yang sibuk dengan gawai nya.
"Ya haruslah, Kul. Kau sudah diberi tumpangan, makan pun juga harus dimasakin" Qonita menjawab.
"Kul, kamu bantuin Zahrah gih" titah Zul.
Kulsum mendengus kesal. Namun enggan untuk beranjak dari tempat ternyaman nya. Melihat tingkah Kulsum, Qonita hanya menggeleng kepala. Begitu juga dengan Assagaf.
....
Berhubung tugas belum kelar dikerjakan sementara waktu makan malam sudah di depan mata. Azahra mengajak Zul, Kulsum dan kedua teman suaminya. Qonita dan Assagaf sempat menolak namun karena Azahra memaksa, kedua insan manusia itu akhirnya mengiyakan.
Di meja makan, Azahra sempat bercanda gurau dengan Zul, Assagaf dan Qonita. Tidak terkecuali dengan Kulsum yang tidak suka berbicara saat sedang makan.
"Aku duluan ya" ucap Kulsum setelah menghabiskan makanan. Tanpa mengangkat piring, bahkan tanpa mendengar tanggapan, wanita itu beranjak dari kursi lalu ke sofa.
"Zul, kok kamu belum putusin dia sih" ucap Qonita kesal.
Zul menarik senyum. "Aku tahu dia malas, tapi mau bagaimana lagi, hatiku telah berlabuh padanya"
"Ck! Dasar bodoh!" Qonita semakin kesal.
Assagaf hanya diam. Jujur, pria itu menyukai Azahra sejak pertemuan kemarin. Andai Azahra belum menikah, Assagaf akan mengajaknya taaruf. Saat dia melihat Zul berlaku seperti saat ini, Assagaf kesal namun dia tak patut untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain.
Setelah semuanya makan, Azahra dibantu Qonita membersihkan meja juga piring kotor. Keduanya terlihat akrab walau baru dua hari saling kenal. Saat pekerjaan selesai dikerjakan, Qonita kembali bergabung dengan yang lain sementara Azahra masuk ke kamar mempacking pesanan yang akan diantar besok pagi.
Pukul 10 malam, sebagian pesanan customer belum di packing oleh Azahra. Sementara gadis itu telah mengantuk berat. Lelah, wanita itu merebahkan diri di atas karpet bulu lantai.
Di luar kamar, Assagaf dan Qonita pamit pulang. Keduanya keluar rumah diantar oleh Zul seorang. Sementara Kulsum masih saja sibuk dengan gawai nya.
"Zul, tindakanmu salah" Qonita mengingatkan sebelum naik di atas motor.
"Iya, aku tahu. Nanti baru aku pikirin lagi" kata Zul.
"Jangan kelamaan, kasihan sepupumu" timpal Assagaf menyebut kata sepupu agar Kulsum tak menaruh curiga.
"Iya, bro. Makasih ya ... kalian sering ingatin aku. Tapi untuk saat ini, aku masih belum bisa meninggalkan Kulsum"
Assagaf dan Qonita hanya bisa menghela napas panjang. Tak ingin semakin kesal, Assagaf segera meninggalkan Zul. Sepeninggal Qonita dan Assagaf, Zul mengunci pagar utama, pintu utama lalu menghampiri Kulsum, kekasihnya.
Zul mengambil tempat di samping Kulsum. Jujur, dia pun bingung. Di satu sisi, dia mencintai Kulsum, di sisi lain, dia suami orang. Belum kelar berpikir, Kulsum mulai bermanja.
Dengan santainya, gadis itu berbantal paha Zul. Menatap pria yang dicintainya, dia bahagia bisa dekat dengannya. Jarang-jarang dia bisa tidur berbantal paha sang kekasih. "Sayang, makasih ya. Kamu udah mau ngertiin aku" ucapnya.
Zul menarik senyum, seraya mengelus pelan rambut sang kekasih. "Sama-sama. Nanti, kamu dan Azahra bagi tugas. Pagi, kamu yang siapkan sarapan. Untuk makan malam, biar Azahra yang menyiapkannya"
Kulsum mengerucutkan bibirnya. "Tapi aku malas bangun pagi-pagi" rengek nya.
"Ya sudah, kamu memasak untuk makan malam saja" ucap Zul.
Lagi lagi Kulsum cemberut. "Kan kamu tahu sendiri, teman-teman kita suka ngajak aku keluar"
Zul tak tahu harus bagaimana lagi. Tidak mungkin dia membiarkan Azahra melayani Kulsum. Zul belum sepenuhnya tahu sifat Azahra seperti apa. Apakah wanita itu bisa marah? Atau dia tipe wanita penyabar yang seperti wanita-wanita hebat di Indosiar.
Pukul 11 malam, Kulsum masuk ke kamar begitu juga dengan Zul. Zul masuk di kamar dekat kamar Azahra. Sementara Kulsum di kamar dekat ruang tamu. Di dalam kamar, Zul gelisah. Dia ingin tidur di kamar sebelah bersama Azahra tapi ... bagaimana jika Kulsum mengetahui itu.
Mendengus kesal, Zul beranjak dari pembaringan. Pria itu membuka pintu dengan pelan, melirik kiri lalu ke kanan. Merasa aman, segera dia keluar dan tak lupa mengunci pintunya kembali. Dengan cepat namun tak menimbulkan bunyi, ia membuka pintu kamar Azahra yang kebetulan tidak terkunci. Menarik senyum, Zul menghampiri Azahra yang tidur tanpa melepas hijabnya.
"Pekerjaannya belum selesai dan dia sudah tidur" gumam Zul menatap Azahra di atas karpet. Dengan hati-hati, Zulfikar memindahkan sang istri di pembaringan.
"Terlihat kurus tapi berat sekali" lirih Zul menarik senyum.
Tangan nakal, yang tadinya mengelus rambut Kulsum. Kini, tangan itu mengelus wajah mulus Azahra. Hingga sang pemilik nama menggeliat berulang kali.
"Kakak, ayo tidur" ucap Zahra. Zul mengangguk. Segera merebahkan diri di samping sang istri.
...
Pagi menyapa, Azahra sudah siap dengan pakaian non formalnya. Di atas meja, sudah ada menu sarapan pagi di sana. Di lemari kaca, ada makanan yang niatnya untuk makan siang nanti.
Mengisi paket yang mau diantar ke customer dalam kresek merah besar, Azahra begitu semangat. Bagaimana tidak, keuntungan yang diterima hari ini mendekati tujuh ratus ribu. Sebagian dikasi ke Asna, sebagian untuk uang jajannya.
"Dek, mau ke mana?" tanya Zul berdiri di ambang pintu.
"Mau ngantar paket, Kak. Oh ya, menu sarapan pagi sudah ada. Makanan untuk makan siang nanti aku simpan di lemari kaca. Kakak bisa minta Mbak Kul untuk panaskan jika memang nggak mau makan makanan dingin" jelas Azahra menatap Zul sekilas.
"Emang kamu nggak makan siang di rumah?" tanya Zul.
Semua paket sudah terisi di dalam kresek besar merah. Azahra menatap Zul yang bertanya. "Insya Allah, kalau pekerjaan ku cepat kelarnya, aku makan di rumah. Tapi kalau belum, aku makan diluar sama teman aku, Asna" jelas Zahra.
"Sayang, sarapan pagi yuk" Kulsum tiba-tiba memeluk lengan Zul.
"Astaghfirullah" Azahra mengucap istighfar saat melihat baju tidur yang dikenakan Kulsum. Seksi, satu kata untuk baju tidur tersebut.
"Kak Zul, segera buat keputusan sebelum aku lapor Mama dan Papa" Azahra memperingati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
💓🌹Nai_Zalfa🌹😘💓
iya bener Zahra masih SMA tapi yg jgn polos2 bgt kali,mau2 nya jadi babu gitu.
2022-10-18
0
Bunga Ajja
janji gak indosiar!!?
2022-10-15
0
bunda Akram/Aqilah
1 kata buat laki2 seperti itu tinggalin biar tau rasa
2022-10-10
0