Zulfikar mengerjap, meraba bagian kanan namun tak menemukan istrinya. Menarik diri sedikit bersandar pada head board, pria itu merentangkan tangan ke atas selama beberapa saat. Tatapannya teralihkan pada kertas kecil yang tertindih gelas kaca. Dengan rasa penasaran, Zul mengambilnya.
"Kak Zul, aku lihat Kakak tidurnya nyenyak sekali jadi aku nggak tega bila harus bangunin Kakak. Oh ya, aku udah berangkat sekolah. Maaf ya, nggak ada yang aku siapin di meja makan karena memang nggak ada bahan yang bisa dimasak. Nanti, sepulang sekolah baru aku singgah di pasar"
Zulfikar menarik senyum di kedua sudut bibirnya. Segera pria itu ke kamar mandi untuk membersihkan diri lebih dulu sebelum ke kampus. Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, ponselnya terdengar berdering.
"Zul, Kalsum kekasihmu menelepon ..."
"Zul, Kalsum kekasihmu menelepon ..."
Zulfikar yang sementara berada di depan kontrakan, pria itu mengambil tempat di kursi depan. Kemudian merogoh gawai nya dari saku celana jins yang dikenakannya saat ini. Dengan senyum indah yang mengembang, pria itu menjawab panggilan dari sang kekasih.
"Kamu dimana, Sayang?" tanya Zul.
"Aku di jalan dan nggak tahu mau ke mana"
Kedua kening Zul menukik naik. "Kenapa nggak ke kampus? Bukannya pagi ini ada jadwal kuliah"
"Aku tahu, tapi sekarang aku berada dalam masalah. Ibu kos menagih uang kos sementara aku nggak punya uang untuk membayarnya" ungkap Kulsum kesal.
Lagi lagi Zul mengerutkan kening. "Bukannya pekan lalu aku memberimu uang untuk membayar tagihan untuk bulan depan"
"Emm .. itu .. anu, Sayang. Uang itu sudah aku pakai untuk beli skincare. Soalnya skincare aku udah habis" lirih Kulsum.
Menghela napas panjang, Zul tak tahu harus bagaimana lagi. Selalu saja Skincare yang diutamakan oleh Kulsum. Tak bisakah wanita itu memikirkan Zul yang juga masih kuliah.
"Zul, aku dengar dari Qonita, kamu udah ngontrak rumah sama adik sepupu kamu. Bisa nggak aku numpang tinggal, sampai aku ada uang untuk sewa kosan lagi"
"Nanti baru kita lihat. Aku tanya adik sepupu aku dulu, karena dia anaknya nggak suka lihat orang pacaran. Apalagi bermesraan di depannya" jawab Zul.
Di tempat lain, Azahra tengah serius memperhatikan guru menerangkan di depan. Dia harus fokus dan benar-benar memperhatikan. Baginya akan rugi bila dia hanya ke sekolah lalu pulang tanpa membawa ilmu.
"Materi hari ini sampai disini. Jangan lupa belajar untuk kuis pekan depan"
"Baik, Bu ..." jawab semua siswa dan siswi bersamaan.
Jam pertama usai, Azahra mengambil ponselnya dari dalam tas. Mengerutkan kening saat melihat panggilan dari Zulfikar, suaminya. Tanpa berpikir panjang, Azahra menelepon balik. Sekali telepon, panggilan langsung dijawab, beda dengan semalam.
"Assalamualaikum, Kak. Ada apa?" tanya Azahra langsung pada inti.
"Anu, Dek. Umm ... Boleh nggak, Kulsum tinggal sama kita?"
Jleb!! Azahra terdiam. Haruskah dia menolaknya atau mengiyakan.
"Dek .."
Azahra masih tak bergeming.
"Azahra, boleh nggak?"
'Ya sudah, terserah Kakak saja. Boleh dulu ya, Kak. Assalamualaikum"
Asna yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya, gadis itu mengelus pundak sang sahabat saat melihat Azahra menenggelamkan wajah di meja. Asna yakin, ada sesuatu yang Azahra simpan darinya. Tapi, dia tak ingin mendesak Zahra. Dia yakin, Azahra sedang mencari waktu yang tepat untuk memberitahunya.
"Yang sabar ya. Apapun itu masalahnya, aku yakin, kamu pasti bisa melaluinya" ucap Asna.
Azahra membenarkan cara duduknya. Daripada stres, mending dia mengajak Asna belajar seperti biasa. Hingga Ibu guru Ifka Jannah yang mengajar di jam kedua memberi salam sebelum masuk kelas.
Semua siswa dan siswi mengeluarkan buku Bahasa Indonesia. Bahasa kita, namun sulit bagi Azahra untuk memahaminya. Entahlah, Azahra merasa lebih baik dia belajar bahasa Inggris. Tapi, dia orang Indonesia, dia harus tahu bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Mata pelajaran kedua dimulai, semua siswa dan siswi begitu fokus dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Hingga proses belajar diakhiri saat bel jam istirahat terdengar menggema.
Guru Ifka, guru Bahasa Indonesia meninggalkan kelas. Setelah kepergiannya, semua siswa mulai bersorak. Mereka yang lapar dan haus, segera ke kantin. Mereka yang bandel, segera ke belakang kelas dan tak lupa membawa rokok juga korek api. Dan mereka yang malas keluar kelas, masih setia di dalam dengan mencari topik yang bagus dibahas.
Sementara Azahra mencari tempat duduk yang nyaman, yang bisa membuat pikirannya tenang. Duduk di bawah pohon ditemani Asna, Azahra memandang teman-temannya yang berlalu lalang.
"Na, nggak punya orang tua itu sakit ya" lirih Azahra.
Asna, anak broken home. Dia pernah berada di titik paling rendah. Dihadapkan dengan pilihan yang sulit, hingga dia mengambil jalan tengah, memilih tinggal dengan nenek dari Ayahnya yang kebetulan sudah rentang sakit-sakitan.
"Kenapa? Bukannya kamu masih punya Ayah. Ayah kamu juga sudah menikah lagi, kamu punya Ibu sekarang"
"Iya, tapi mereka tinggal di Luar Negeri" ungkap Zahra sedih.
Asna bersandar bahu pada Azahra. Memandang kearah yang sama, keduanya termenung sesaat.
"Kau tahu, aku merindukan Ibu dan juga Ayah ku. Tapi ... keduanya telah memiliki keluarga masing-masing. Kau tahu, tak sekalipun mereka menghubungiku, apalagi menjenguk aku dan Nenek. Setiap kali Nenek bertanya, kapan Ayah pulang, aku bingung untuk menjawab. Hingga pada akhirnya aku berbohong agar Nenek nggak kecewa"
Menghela napas panjang, Asna menghembuskan nya dengan pelan. "Dan tadi pagi, beras kami habis. Nenek memintaku menghubungi Ayah, tapi beliau nggak jawab panggilan dariku"
Asna yang kuat, nyatanya juga rapuh. Di kedua matanya, terdapat genangan air sana. Segera wanita itu menyekanya.
"Nyatanya, masih ada orang yang ujiannya lebih sulit dibandingkan ujian ku. Ya Allah, ampuni aku yang sering mengeluh" batin Azahra.
"Na" panggil Azahra.
Si pemilik nama menolah. "Kenapa? Kamu mau curhat, curhat aja. Rahasia aman kok" cengir Asna.
"Nanti aja baru aku curhat. Sekarang aku mau ajak kamu kerja sama" terang Azahra serius. "Kan aku jualan online. Nah, nanti sore barang ku masuk. Berhubung besok hari minggu, gimana kalau kamu ikut aku ngantar paket di customer aku. Nanti untungnya kita bagi dua" sambung Azahra serius.
"Dan tadi kamu bilang nggak ada beras kan. Ini bukannya aku kasihani kamu, aku hanya mau jadi sahabat yang berguna berhubung aku lagi ada. Aku punya uang 1 juta sekarang, aku pinjamin ke kamu. Nanti kamu beli beras, selebihnya kamu gunakan untuk jualan pulsa"
"Gimana, kamu mau nggak?"
Bila tadi hanya genangan, kini Asna mulai meneteskan air mata haru. Tak perduli dengan sekeliling, Asna menangis memeluk Azahra.
"Terima kasih, Zah" ucap Asna.
"Sama-sama. Ingat, besok jam 10 aku jemput kamu di rumah. Karena Customer maunya pesanan mereka diantar besok" jelas Azahra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Alivaaaa
Zul bener² bodoh udah menyakiti hati istri yg sholehah, hanya demi ulat bulu yg super matre itu dan sekarang malah mau ngajak kekasihnya tinggal bersama istrinya ckckckck
2023-01-07
1
💓🌹Nai_Zalfa🌹😘💓
laki-laki gk ada akhlak 😤😤
2022-10-18
0
☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ
nada deringggnya terlalu alayyy zull..
rasakannn itu zull kau hanya di manfaatkan sama sama umma mu ituuu. semangattt zahraaa,, hug jauhhh sayanggg. emang si zull tuh ga punyaaa hatiiii malah ajak selingkuhan tinggal dikontrakannya
2022-10-05
0