''Dia ...?'' gumam Arista tanpa di sadari oleh Louis, matanya menatap secarik poto yang terselip di dalam dompet milik Louis. Entah mengapa, Arista seperti mengenali Poto tersebut.
Di dalam dompet Louis memang masih terselip satu lembar potret mantan istri yang sedang berpose dengan putranya, dan entah mengapa Arista seperti mengenali wajah wanita yang ada di dalam sana.
Apa mungkin Arista mengenal Clara Kiel mantan istri Louis yang telah dia ceraikan tiga tahun yang lalu? entahlah, kita cari jawabannya nanti.
''Makasih, Mbak.'' Ucap Louis menerima kartu berwarna hitam setelah perawat tersebut selesai melakukan pembayaran menggunakan kartu tersebut.
''Makasih, Tuan. Uang sebesar 150 juta bagi saya bukanlah jumlah yang sedikit, dan saya janji, saya akan membayarnya dengan bekerja sebagai pelayan di rumah Tuan,'' ucap Arista penuh rasa terima kasih, hatinya masih merasa tidak menyangka ternyata masih ada orang sebaik laki-laki ini, laki-laki yang masih belum dia ketahui namanya.
''Oke, sekarang kita ke ruang operasi,'' jawab Louis sedikit tersenyum.
Sebenarnya, hati Arista diliputi berbagai tanda tanya saat ini. Setelah melihat dengan mata kepala sendiri potret di dalam dompet Louis Gabriel membuat Arista berfikir bahwa, laki-laki ini sudah memiliki keluarga, dan dia mengenal jelas wanita di dalam potret tersebut.
Ingin rasanya dia menanyakan semua itu, ingin rasanya dia menghujani laki-laki itu dengan berbagai pertanyaan yang saat ini memenuhi otak kecilnya. Akan tetapi, dia tidak ingin menambah beban pikiran yang saat ini begitu memenuhi otaknya dan membuat dadanya terasa sesak.
Arista akan menanyakan hal itu nanti, saat adiknya sudah selesai operasi, saat kondisi adiknya membaik, dan saat beban pikiran yang saat ini menghimpit jiwanya berkurang.
Louis dan Arista pun berjalan beriringan menuju ruang operasi, Arista nampak sedikit memberi jarak karena merasa tidak percaya diri jika harus berjalan terlalu dekat dengan laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah tampan dan rahang yang terlihat tegas penuh karisma tersebut.
Sampai akhirnya, mereka berdua tiba di depan ruangan Operasi dengan lampu yang menyala sebagai pertanda bahwa, operasi sedang berlangsung di dalam sana.
Wajah Arista terlihat begitu tegang, keringat dingin nampak membasahi pelipisnya dengan tubuh yang terasa dingin, di dalam hatinya, Arista memanjatkan doa untuk sang adik, berdoa dengan sepenuh hati semoga adiknya bisa diobati dan penyakit yang selama ini menggerogoti Putri, adik kesayangannya itu bisa sembuh dan adiknya bisa terbebas dari rasa sakit yang selalu terlihat begitu menyiksa tubuh kecil Putri.
''Arista, apa kamu sudah makan?'' tanya Louis menatap wajah Arista yang saat ini terlihat pucat pasi.
''Belum, Tuan. Tapi saya gak lapar juga, saya akan makan nanti kalau saya sudah lapar.'' Jawab Arista datar.
''Jangan gitu, kamu harus tetap makan walaupun perut kamu belum lapar. Kamu harus punya kekuatan untuk menjaga adik kamu. Jangan sampai kamu sakit juga, siapa nanti yang akan menjaga putri kalau kamu pun ikut sakit?''
Arista hanya terdiam menunduk, apa yang dikatakan oleh laki-laki yang belum dia ketahui namanya itu memanglah benar, akan tetapi, dia memang sedang tidak berselera makan, mana mungkin dia bisa makan di saat adiknya di dalam sana sedang dalam keadaan kesakitan. Tapi tetap saja, dia harus makan dan mengisi perutnya agar tubuhnya yang memang sudah terasa lemas tidak tumbang.
''Kamu tunggu sebentar ya, saya panggil assisten saya ke sini,'' pinta Louis meraih ponsel dan nampak menghubungi seseorang.
Tut ... Tut ... Tut ....
Suara telpon yang belum di angka.
📞 ''Halo, Jodi. Kamu dimana? cepat datang ke Rumah Sakit Harapan, sekarang juga,'' pinta Louis sesaat setelah orang bernama Jodi mengangkat telpon.
📞 ''Lho, bos lagi di Rumah Sakit? emangnya siapa yang sakit?'' tanya Jodi terdengar khawatir.
📞 ''Ceritanya panjang, kamu ke sini aja dulu, sekarang juga ya. O iya, sekalian beliin dua kotak makanan dengan isian lengkap, 4 sehat lima sempurna, jangan lupa susu putihnya juga, oke ...?''
📞 ''Oke, bos. Saya ke sana sekarang juga.''
Louis pun langsung menutup telpon dan kembali menatap Arista yang saat ini sedang duduk di kursi tunggu, masih dengan wajah pucat pasi terlihat begitu tegang.
''Sebentar lagi Jodi datang ke sini, dia akan bawakan makanan buat kita, kebetulan saya juga belum makan dari pagi,'' ucap Louis yang langsung di jawab dengan anggukan oleh Arista.
''Hmm ... Saya minta maaf karena telah bersikap kasar tadi jalan, saya gak tau kalau keadaan kamu kayak gini.''
''Tidak, Tuan. Seharusnya saya yang minta maaf karena telah berani menyentuh kepala tuan yang berharga itu, saya benar-benar minta maaf karena telah bersikap tidak sopan,'' jawab Arista penuh penyesalan menatap wajah Louis dengan tatapan sayu dan bola mata yang memerah.
Sejenak, Louis pun menetap lekat wajah Arista. Wajah pucat dengan rambut panjang namun, terlihat begitu cantik natural, tanpa make-up, tanpa lipstik yang selalu di pakai oleh kebanyakan wanita di luar sana, dan meskipun gadis ini hanya mengenakan pakaian sederhana dan terlihat sangat biasa saja, namun, tidak mengurangi kecantikan yang terpancar dari wanita yang memiliki wajah yang hampir mirip dengan mantan istrinya tersebut.
'O iya, pakaian dia kucel banget, kayaknya aku harus belikan dia beberapa setel pakaian,' ( Batin Louis )
''Arista, kamu gak apa-apa kalau saya tinggal sebentar? ada sesuatu yang harus saya beli di depan, gak lama ko,'' tanya Louis.
''Iya gak apa-apa, Tuan. Tuan pasti sibuk, saya gak apa-apa ko ditinggal sendirian di sini, saya juga gak mau mengganggu waktu berharga Tuan.''
''Nggak, bukan gitu maksud saya. Saya hanya akan membeli sesuatu ke depan, sebentar doang ko, nanti juga saya balik lagi ke sini.''
''Baiklah, Tuan hati-hati di jalan ya.'' Jawab Arista dengan tersenyum, meski senyum yang dipaksakan namun, terlihat begitu manis di mata Louis.
❤️
30 menit kemudian, Louis pun kembali dengan membawa paper bag berwarna coklat dan langsung menyerahkannya kepada Arista membuat gadis itu mengerutkan keningnya merasa heran.
''Ini apa, Tuan?''
''Ganti baju kamu, ganti dengan yang ini, saya sudah belikan beberapa setel pakaian buat kamu,'' jawab Louis datar.
''Tapi, Tuan?''
''Gak usah tapi-tapi segala, baju yang kamu pakai itu udah kotor dan jelek, emangnya kamu gak malu pakai baju kayak gitu?''
''Hmm ... Baiklah, tapi saya harus ganti baju dimana? masa di sini?'' tanya Arista dengan polosnya tidak ingin terlalu menanggapi ucapan Louis yang sebenarnya sedikit menyinggung perasaannya.
''Astaga, masa di sini? ya di toilet 'lah?''
''Tapi toiletnya dimana? saya gak tau, Tuan.''
''Toiletnya ada di luar, kamu jalan lurus dari sini, belok kanan lalu lurus aja, nah di situ toiletnya.''
''Baik, Tuan. Saya akan ganti baju sekarang juga. Eu ... Tuan, saya belum tau siapa nama Tuan,'' tanya Arista sebelum dia melangkah keluar.
''Nama saya Louis Gabriel, panggil saya dengan panggilan Tuan Louis.''
''Baik, Tuan Louis. Tapi sepertinya, nama Tuan terasa gak asing ditelinga saya. Apa Tuan ini artis?'' tanya Arista merasa tidak asing dengan nama yang baru saja disebutkan oleh Tuan yang saat ini ada di hadapan itu.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Aidah Djafar
jngn bilang Clara ibunya Arista 🤔
mendng kakaknya aja c clara🤔
2023-05-08
1
༄༅⃟𝐐Vee_hiatus☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
tanya saja arista daripada kamu penasaran
2022-12-18
1
pensi
coba diingatkan lagi, pasti wanita itu ada hubungannya di masa lalu.
2022-12-17
1