Louis menatap dengan tatapan iba, matanya kini berkeliling menyisir setiap jengkal rumah kecil dan sederhana yang menurutnya sangat tidak layak untuk ditinggali.
Sebagai pengusaha kaya raya, CEO dari perusahaan raksasa yang memilik kekayaan yang melimpah, dirinya sama sekali tidak menyangka kalau di kota besar ini masih ada manusia yang tinggal di rumah kecil yang terlihat kumuh dan tentu saja sangat-sangat tidak layak menurutnya.
''Ini rumah kamu?'' tanya Louis, matanya kini beralih menatap gadis yang saat ini sedang menggendong anak perempuan berusia sekitar 7 tahun.
Wajah anak tersebut terlihat pucat, dan jika dilihat dari raut wajahnya, anak tersebut sepertinya tidak sedang dalam keadaan sehat.
''Betul, Tuan. Silahkan masuk,'' jawab gadis tersebut tersenyum ramah.
Louis merasa ragu hanya untuk menginjakan kakinya di halaman rumah tersebut, matanya masih menatap sekeliling dengan raut wajah yang terlihat merasa jijik, membuat gadis itu pun mengerti bahwa, mana mungkin laki-laki kaya raya dan juga sombong itu bersedia menginjakkan kakinya di rumah miliknya yang sederhana ini.
Akhirnya, gadis itupun masuk ke dalam rumah masih dengan menggendong adik perempuannya untuk mengambil kartu identitas yang tadi di pinta oleh laki-laki tersebut.
Louis yang merasa tidak enak akhirnya menapaki pekarangan kecil yang terlihat gersang itu, berdiri di teras rumah masih dengan mata yang menatap sekeliling dengan perasaan iba.
Tidak lama kemudian, gadis itu pun keluar dari dalam rumah dengan membawa kartu identitas, dan tersenyum manis menatap wajah Louis yang saat ini sudah berada di teras rumahnya.
''Ini kartu identitas saya, Tuan,'' ucap gadis tersebut, menyerahkan kartu identitas kepada Louis.
''Hmm ...'' Louis hanya bergumam seraya menerima kartu tersebut.
''Nama : Arista Aditama. Umur : 21 tahun. Status : Belum menikah.'' Louis membaca tulisan di dalam kartu dengan bersuara.
''Kamu belum menikah?''
Gadis bermana Arista Aditama itu menganggukkan kepalanya.
''Lalu anak ini siapa?''
''Dia adik saya, Tuan. Namanya Putri,'' jawab Arista tersenyum kecil menatap wajah adiknya.
''Hmm ... Begitu? dimana orang tua kalian?''
''Orang tua kami gak tau ada dimana? mereka berdua meninggalkan kami sedari kecil di sini, entah apa mereka masih hidup atau sudah meninggal kami juga gak tau,'' jawab Arista lemah lalu menunduk sedih.
Hati seorang Arista merasa begitu sakit tatkala mengingat kedua orangtuanya yang telah tega meninggalkan mereka berdua begitu saja, dadanya pun terasa sesak kini hingga tanpa sadar dia pun sedikit terisak dengan memeluk tubuh Putri erat.
''Jadi kalian hanya tinggal berdua?''
Arista mengangguk lemah mengigit bibir bawahnya keras.
''Kaka, dia siapa? apa dia pacar Kaka?'' tanya sang adik yang sedari tadi hanya terdiam menatap wajah Louis.
''Bukan, dek. Dia hanya orang kaya sombong yang tadi Kaka temui di jalan,'' jawab Arista lemah mengusap lembut wajah pucat sang adik.
''Oh gitu? aku kira dia pacar Kaka. Padahal aku udah seneng banget, akhirnya ada juga yang mau sama Kaka, aku ingin Kaka segera menikah supaya Kaka gak usah kerja keras lagi nyari uang buat beli obat aku,'' jawab Putri dengan suara lemah.
''Adik kamu sakit?'' tanya Louis entah mengapa semakin penasaran dengan kehidupan gadis yang memiliki wajah mirip dengan mantan istrinya kala muda tersebut.
''Iya, Tuan. Jadi saya harap Tuan pikirkan lagi baik-baik niat Tuan itu, saya mohon,'' Arista memelas dengan bola mata memerah dan air mata yang berjatuhan begitu saja.
''Hmm ... Tapi laporan saya udah masuk ke kantor polisi.''
''Kantor polis?'' Puput membulatkan bola matanya terkejut.
''Nggak, sayang. Bukan kayak gitu.''
''Tuan ini mau laporin Kaka ke kantor polisi?''
''Tidak, Adik. Tadi cuma ada sedikit kesalahpahaman aja ko.'' Jawab Louis menenangkan.
''Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ....''
Tiba-tiba saja Putri batuk dan mengeluarkan darah segar dari hidungnya, begitupun dengan mulutnya yang batuk dengan memuntahkan darah kental hingga sedikit menyembur hampir mengenai pakaian yang dikenakan oleh Louis.
''Sayang, di sini dingin. Sebaikanya kita masuk sekarang. Dan anda Tuan, sebaiknya anda pulang sekarang, jika Tuan masih punya hati perasaan sebaiknya Tuan cabut semua laporan yang tadi anda sebutkan,'' lirih Arista mengiba dengan tangis yang dia tahan.
''Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ....''
Putri kembali batuk dengan menutup mulutnya.
''Tunggu Arista. Adik kamu sakit apa? kenapa dia gak diobati? kayaknya Putri sakit parah?''
''Bukan urusan Tuan, dia sudah biasa kayak gini,'' jawab Arista masuk ke dalam rumah lalu duduk lantai yang hanya beralaskan karpet usang.
''Tapi kalau gak diobati penyakitnya akan semakin parah.''
''Terus saya harus gimana, Tuan. Saya gak punya uang buat berobat, buat makan sehari-hari aja kami susah,'' seketika, air mata Arista pun berjatuhan dengan derasnya meratapi kehidupan yang dia jalani dan juga meratapi penyakit sang adik yang memang semakin parah setiap harinya.
Louis terdiam sejenak, dia menatap Arista yang saat ini sedang mengusap hidung sang adik begitupun dengan mulutnya yang mengeluarkan darah segar.
''Kalau kamu mau, kita ke Rumah Sakit sekarang. Saya akan biayai semua pengobatan adik kamu,'' ucap Louis tiba-tiba, membuat Arista terkejut.
''Memangnya Tuan siapa mau biayai pengobatan adik saya?'' jawab Arista dengan buliran air mata yang masih saja berjatuhan dengan begitu derasnya.
''Jadi kamu gak mau?''
Arista hanya terdiam.
''Apa kamu tega melihat adik kamu kayak gini, kamu yakin kalau adik kamu ini gak kesakitan? hah ...?'' Louis menaikan suaranya.
Arista pun masih terdiam, memeluk tubuh sang adik erat.
''Kamu benar-benar kakak yang jahat, Arista.''
''Terus saya harus gimana? saya gak mau berhutang Budi sama seseorang.''
''Tapi adikmu bisa mati kalau dibiarkan kayak gini,'' teriak Louis Gabriel membulatkan bola matanya.
Arista masih terdiam, hanya suara tangisnya saja yang kini sedikit terdengar. Selama ini dia selalu tabah dalam menghadapi kehidupan pahit yang dia jalani, tak pernah sekalipun mengeluh apalagi menangis seperti ini.
Dia pun tidak pernah mengemis ataupun minta dikasihani, karena baginya, meskipun kehidupannya di bawah garis kemiskinan yang telah sejak lama membelenggu kehidupan yang dia jalani bersama sang adik, pantang bagi seorang Arista gadis berusia 21 tahun itu untuk mengemis ataupun meminta dikasihani.
''Ya udah gini aja. Aku gak ngasih ini secara cuma-cuma, kamu bisa bayar semua biayanya dengan bekerja sebagai Pelayan di rumah aku, gimana?'' tawar Louis semakin tidak tega melihat Putri yang saat ini terlihat semakin melemah.
''Baik, saya mau Tuan. Tolong bawa adik saya ke Rumah sekarang juga, Tuan. Saya gak mau adik saya mati, saya gak mau. Tolong selamatkan adik saya Tuan, hiks hiks hiks ...'' tangis Arista seketika meledak, bahkan terdengar begitu pilu membuat Louis terhenyak dan semakin merasa iba dengan apa yang menimpa gadis yang baru saja dia ketahui namanya itu.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Promosi Novel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Mega Wati
malas bca novel klo wktnya krg berkualitas...
2024-09-07
0
Alejandra
Di part sebelumnya 10th kok disini 7th...
2023-09-21
0
Rusmiarsih
kisahnya mulai seru nih
2023-09-11
0