Louis, pria dingin yang selama ini hidup kesepian, tanpa pendamping dan selalu menjalani hari-harinya sendirian akhirnya membawa Putri adik dari gadis bernama Arista itu ke Rumah Sakit.
Entah apa yang terjadi dengan dirinya dia sendiri pun tidak paham. Apa yang dia lakukan ini benar-benar diluar kebiasaannya selama ini. Mungkin, karena Duda tampan kaya raya itu merasa terhenyak dan iba melihat kehidupan yang dijalani oleh Arista.
Mungkin juga, karena baru kali ini dia menyaksikan kehidupan yang begitu mengenaskan. Ditinggalkan oleh kedua orang tua, adik kecil yang sakit parah dan tidak diobati sama sekali, rumah yang sangat tidak layak untuk ditinggali menurutnya, benar-benar telah menyentuh titik terdalam relung hati seorang Louis yang selama ini tidak pernah peduli dengan kehidupan orang lain.
Di Rumah Sakit, Dokter langsung membawa Putri ke ruang pemeriksaan, sementara Louis dan Arista hanya menunggu di luar ruangan dengan perasaan cemas dan khawatir.
Wajah Arista nampak terlihat pucat pasi, tubuhnya gemetar dengan kelopak mata yang berair juga bola mata memerah menahan rasa pedih dihatinya, yang kini membuat dadanya terasa sesak.
Baru kali ini penyakit sang adik di periksa oleh Dokter, dan baru kali ini juga ada orang yang peduli dan bersedia membawa adiknya untuk berobat ke Rumah Sakit, membuat perasaan Arista benar-benar campur aduk, antar senang dan juga khawatir.
Senang karena akhirnya, penyakit sang adik akan segera diobati dan berharap akan segera sembuh. Dia pun merasa khawatir akan penyakit Putri yang semakin parah selama ini dan takut sudah tak bisa diobati lagi karena terlambat di bawa ke Rumah Sakit.
Louis yang saat ini berdiri dengan bersandar di tembok nampak menatap wajah Arista dengan tatapan iba, betapa dia sangat kagum dengan gadis berusia 21 tahun yang baru saja dikenalnya itu.
Di usianya yang masih muda Arista telah menanggung beban hidup yang sangat berat, antara mencari nafkah dan juga menjaga adiknya yang sakit parah. Sungguh, hal itu benar-benar membuat Loius merasa kagum dengan gadis berpenampilan pecicilan tersebut.
''Kamu jangan terlalu khawatir, Dokter akan mengobati adik kamu, Putri pasti sembuh,'' ucap Loius lembut.
''Benarkah? Selama ini saya gak pernah memeriksa penyakit Putri sekalipun, saya takut kalau semuanya terlambat dan penyakit adik saya sudah gak bisa disembuhkan lagi, Tuan.'' Lirih Arista memelas menatap wajah Louis dengan tatapan sayu.
''Selama ini, adikmu gak pernah di periksa sekalipun?''
Arista menganggukkan kepalanya merasa sedih dan juga bersalah.
''Selama ini juga, gak ada orang lain yang peduli sama kondisi kamu dan adik kamu?''
Arista kembali menganggukkan kepalanya, kali ini dengan buliran air mata mengalir deras diiringi rasa sesak di dadanya.
''Ya Tuhan, malang sekali nasib kalian. Kamu jangan khawatir, saya pastikan adik kamu sembuh, dan saya akan meminta Dokter buat memberikan pengobatan terbaik dan termahal yang ada di Rumah Sakit ini, oke ...?''
''Tapi, Tuan. Saya harus balas dengan apa semua kebaikan Tuan ini? Saya hanya punya tubuh dan tenaga saja, dan saya akan serahkan semua yang ada di diri saya untuk membalas semua kebaikan yang Tuan berikan kepada saya dan adik saya, karena saya memang tidak punya hal berharga lainnya untuk saya berikan,'' lirih Arista mengiba masih dengan buliran air mata yang mengalir semakin deras kini.
''Saya 'kan sudah bilang tadi, kamu bisa bayar dengan bekerja jadi Pelayan di rumah saya, rumah saya itu besar tapi selama ini saya cuma punya satu pelayan.'' Jawab Louis lembut.
''Baik, Tuan. Saya akan mengabdikan sisa hidup saya untuk bekerja di rumah Tuan, sekali lagi saya sangat berterima kasih karena Tuan sudi membawa adik saya ke sini,'' lirih Arista masih dengan air mata yang berjatuhan membasahi wajah cantiknya namun, tanpa mengeluarkan suara.
Tidak lama kemudian, Dokter pun keluar dari dalam ruang pemeriksaan, dia berjalan cepat menghampiri Arista dan juga Louis dengan wajah yang terlihat khawatir.
''Gimana keadaan adik saya, Dokter?'' tanya Arista cemas dan tubuh yang gemetar.
''Adik Mbak harus segera dioperasi,'' jawab Dokter membuat hati Arista terhenyak begitupun dengan Louis.
''Ya Tuhan, Putri,'' lirih Arista seketika merasa lemah dan hampir saja tumbang, namun, dengan sigap tangan Louis segera meraih kedua bahu kecil Arista dan menopang tubuhnya.
''Lakukan yang terbaik, Dokter. Berapapun biayanya akan saya bayar, asalkan anak itu selamat dan sehat lagi,'' pinta Louis penuh penekanan.
''Baik, Tuan. Saya dan rekan Dokter akan melakukan yang terbaik, saya permisi, pasien akan segera di bawa ke ruang Operasi, namun sebelumnya, silahkan anda datang ke bagian Administrasi dan menyelesaikan Administrasinya terlebih dahulu, sekaligus menandatangani surat kuasa,'' pinta Dokter tersebut sebelum beliau kembali masuk ke dalam ruangan.
''Baik, Dokter.'' Jawab Arista lemah.
''Sebaiknya kamu tunggu di sini aja, Arista, biar saya aja yang mengurus masalah Administrasinya,'' pinta Louis dengan tangan yang masih berada di pundak Arista, menopangnya agar tidak jatuh.
''Nggak, Tuan. Saya akan ikut, ada surat kuasa yang harus saya tanda tangani sebagai wali dari Putri,'' jawabnya, menoleh menatap wajah Louis dengan tatapan sayu.
''Baiklah. Tapi, apa kakimu masih kuat buat berjalan? tadi kamu hampir roboh, lho.''
''Gak apa-apa, saya masih kuat, Tuan.''
''Ya sudah, kita ke sana barengan ya.''
Arista mengangguk pelan.
Perlahan Louis dan Arista berjalan beriringan dengan kedua tangan Louis masih berada di sana, di kedua sisi bahu Arista memapahnya agar tidak terjatuh.
Di ruang Administrasi.
''Permisi suster, saya mau membayar uang administrasi pasien bernama Putri, hari ini dia akan menjalani operasi,'' pinta Louis, sesaat setelah dia sampai di depan meja Administrasi.
''Baik Tuan, silahkan tunggu sebentar saya periksa dulu,'' jawab Perawat tersebut, mencari nama pasien bernama Putri di layar komputer yang berada di depan wajahnya.
''Biaya Operasinya sebesar 150 juta Tuan,'' ucap perawat itu lagi membuat Arista tercengang.
''Apa? 150 juta?'' tanya Arista merasa tidak percaya.
''Betul, Nona.''
''Sudah, kamu jangan kaget kayak gitu, saya punya banyak uang ko, jadi uang segitu gak seberapa buat saya,'' ucap Louis seraya menyerahkan kartu berwarna hitam kepada perawat tersebut.
Arista terdiam sejenak menatap wajah Louis dengan otak yang penuh dengan tanda tanya. Sekaya apakah Tuan yang saat ini berada di hadapannya ini sampai-sampai uang sebesar 150 juta bisa di sebut tidak seberapa?
Matanya pun kini tertuju pada dompet berwana hitam yang saat ini masih berada di dalam genggaman laki-laki itu lalu terkejut seketika saat menatap sebuah Poto yang terselip di dalam dalamnya.
''Dia ...?'' gumam Arista menatap lekat Poto tersebut tanpa di sadari oleh Louis.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
hìķàwäþî
operasi ap? pengurangn sbagian paru2nya?
2023-10-14
0
Aidah Djafar
mngkin mntan istri louis clara keluarganya Arista🤔
2023-05-08
0
Devi Handayani
dia..... siapa??? 🤔🤔🤔
2023-05-03
1