Suasana hening sejenak setelah cecaran pertanyaan dari Haezel tentang pertunangan tadi.
"Randu!" Desak Haezel yang sejak tadi masih menunggu jawaban sekaligus penjelasan dari Randu.
"Apa?" Randu memasang wajah pura-pura tak paham.
"Kau menyembunyikan sesuatu dariku? Siapa Rayyen? Seingatku, nama panjangmu adalah Randu Wiyata dan tak ada unsur Rayyen di dalamnya!"
"Lalu kenapa manajer restorant tadi memanggilmu Rayyen dan membahas tentang acara pertunanganmu dengan-" Haezel hendak menunjuk pada Lea yang tadi duduk di meja tak jauh dari mereka. Namun ternyata Lea juga sudah pergi tak tahu rimbanya.
"Jelaskan, Randu!" Desak Haezel yang mulai hilang kesabaran.
"Baiklah!" Randu mengusap wajahnya sendiri, lalu pria itu juga menenggak minuman di gelasnya hingga tandas tak bersisa.
"Aku bertunangan beberapa hari yang lalu," ucap Randu jujur.
"Dan kau tak mengundangku atau sekedar memberitahuku? Sahabat macam apa kau itu!" Kesal Haezel seraya membanting sendok di tangannya.
"Dengarkan dulu penjelasanku, dan tolong jangan menyela, Pak Kepala!" Sergah Randu cepat.
"Dan jangan emosi!" Sambung Randu lagi.
"Ck! Baiklah! Aku tak emosi!" Sanggah Haezel cepat.
"Jadi..." Randu kembali mengambil gelasnya yang sudah kosong.
"Oh, ya ampun!" Randu ganti memanggil waitress untuk mengisi kembali gelasnya yang kosong.
"Randu, jangan bertele-tele!" Desak Haezel yang mulai hilang kesabaran.
"Iya! Aku hanya sedang hais dan aku tak bisa bercerita kalau sedang haus!" Ujar Randu beralasan.
"Minum saja minumanku kalau begitu dan cepatlah cerita!" Haezel menyodorkan minumannya dengan kesal pada Randu yang malah terkekeh.
"Aku tak suka jus jeruk, Bung!" Tolak Randu kembali beralasan.
"Ck!" Haezel akhirnya hanya mampu berdecak sembari menunggu minuman Randu datang.
"Terima kasih!" Ucap Randu pada waitress yang akhirnya datang mengantarkan minuman. Randu lanjut meneguk minuman berwarna merah tersebut hingga tinggal setengah, lalu pria itu menarik nafas panjang.
"Itu hanya tunangan sandiwara!" Cerita Randu berbisik pada Haezel.
"Sandiwara apa maksudmu?" Sergah Haezel kembali menyela.
"Iya aku hanya bertunangan pura-pura dengan Lea," jawab Randu jujur.
"Seharusnya, yang bertunangan dengan Lea itu Rayyen! Tapi karena Rayyen tak datang dan tak ada kabar, jadi terpaksa aku harus berpura-pura menjadi Rayyen, lalu bertunangan dengan Azzalea!"
"Sebentar, kau bertunangan dengan Lea atau Azzalea?" Tanya Haezel bingung.
"Azzalea, nama panggilannya Lea! Dan dia koki di Resto ini!" Randu melahap makanan yang tadi ia pesan.
"Enak juga masakan Lea!" Puji Randu di sela-sela pria itu mengunyah makanan.
"Jadi kau baru saja menipu keluarga Azzalea dengan mengaku sebagai Rayyen? Memangnya mereka tak curiga?" Tanya Haezel merasa heran.
"Tidak! Mereka langsung percaya!" Jawab Randu seraya terkekeh.
"Kata Lea, mereka memang belum pernah bertatap muka dengan Rayyen secara langsung. Makanya mereka langsung percaya," jelas Randu panjang lebar pada Haezel.
"Kenapa kau mau melakukan hal konyol ini?" Tanya Haezel penuh selidik.
Ya, ya, ya!
Sebelas dua belas dengan Randu yang selalu menyelidiki segala sesuatu dengan detail.
"Tadinya aku hanya merasa iba karena Lea hendak bunuh diri akibat calon tunangannya tidak datang!" Jelas Randu beralasan.
"Bunuh diri?" Haezel mengernyit.
"Ya! Lea hendak mengiris nadinya sendiri! Bukankah itu mengkhawatirkan?"
"Lalu aku berniat menolongnya, dan yang selanjutnya terjadi, Lea malah meminta aku berpura-pura menjadi Rayyen dan bertunangan dengannya," jelas Randu panjang lebar.
"Dan kau langsung mau?" Tebak Haezel yang langsung membuat Randu meringis.
"Aku sedang di posisi terjepit dan tak ada waktu berpikir," Randu kembali beralasan.
"Lagipula, aku tak mau Lea kembali mengambil langkah yang salah," imbuh Randu lagi.
"Yakin, kau menolong Lea karena alasan itu dan bukan alasan lain?" Tanya Haezel memancing.
"Alasan lain? Alasan lain apa maksudmu?" Randu balik bertanya dan pura-pura tak mengerti.
"Kau tertarik pada Azzalea, mungkin!" Tebak Haezel seraya tersenyum tipis.
"Mana ada!" Kilah Randi cepat.
"Aku menolongnya benar-benar karena iba! Tak ada alasan lain!" Sergah Randu lagi seolah sedang meyakinkan dirinya sendiri. Pria itu kembali melahap makanannya.
"Ini enak!" Ujar Randu memberitahu Haezel.
"Ya! Mau membungkusnya untuk dibawa ke kantor?" Tanya Haezel mencetuskan sebuah ide.
"Ide bagus!" Jawab Randu yang langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. Cukup lama hingga akhirnya telepon diangkat.
"Halo! Ada apa? Aku sedang bekerja!"
"Masakanmu enak! Aku bisa minta satu porsi untuk dibungkus?" Ujar Randu to the poiny yang sepertinya sedang menelepon Azzalea.
Dasar aneh!
Padahal tinggal pesan pada waitress!
"Pesan saja pada waitress! Lagipula, makanan yang kau pesan yang mana saja aku tidak tahu! Dasar aneh!"
"Keluarlah kemari kalau begitu agar kau tahu!" Jawab Randu enteng.
"Sudah kubilang kalau aku sedang kerja!"
"Izin sebentar kan bisa!" Randu masih berucap dengan enteng.
"Aku bilang tidak bisa ya tidak bisa! Buat pesanan saja! Dan jangan menggangguku lagi!"
"Hei! Aku tunanganmu!" Randu mengingatkan Azzalea dengan nada sombong.
"Ck! Sudah kubilang kalau itu hanya sementara dan sandiwara! Tidak perlu menghayatinya terlalu dalam begitu!"
"Tetap saja statusku adalah tunanganmu!"
"Bagaimana kalau kau memasakkannya untukku saja nanti pulang kerja? Nanti aku jemput kemari!" Usul Randu yang tiba-tiba punya ide cemerlang.
"Tidak bisa! Aku mau istirahat pulang kerja! Lagipula, aku pulang malam!"
"Ck! Aku akan ke rumahmu kalau begitu. Oke, Bye!" Pungkas Randu seraya menutup telepon secara sepihak.
Haezel yang tadi menyimak obrolan Randu dan Azzalea di telepon hanya tersenyum tipis seraya geleng-geleng kepala. Pria itu menyesap minumannya, sebelun melontarkan pertanyaan pada Randu yang masih asyik menikmati makanan di piringnya, hingga garnish-garnishnya turut Randu lahap juga.
"Kau yakin tidak sedang jatuh cinta pada Azzalea Azzalea itu?" Tanya Haezel penuh curiga.
"Kenapa bertanya seperti itu lagi? Bukankah tadi aku sudah menjawabnya?" Jaeab Randu seraya menggigit tomat hiasan di piringnya.
"Tapi sikapmu seperti orang yang jatuh cinta," Haezel kembali geleng-geleng kepala.
"Tidaklah! Tebakanmu salah, Pak Detektif!" Cibir Randu kembali mengelak.
"Cepat habiskan makananmu kalau begitu! Kita harus kembali ke kantor!" Haezel kembali menyesap minumannya.
"Iya, iya!"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
susi 2020
😂😂😆🤣
2023-02-22
0
susi 2020
🤭🤭🤔
2023-02-22
0
Risa Risa
randu modussss
2022-10-16
1