BP. Bab 5

Rama dan Lala bersenang-senang di pantai. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih paling bahagia. Penuh canda dan tawa seolah tidak ada beban di dalam hidup mereka. Lala yang terlihat sangat cantik membuat Rama semakin berat untuk meninggalkannya.

"Aku tahu ini salah. Menjalani hubungan dengan dua wanita bukan pilihan yang tepat. Tapi aku terpaksa menikah dengan Maya. Andai aku tahu saat itu hanya jebakan mama saja mungkin aku tidak mau menikahinya. Hanya Lala yang ada di hatiku. Selamanya hanya dia yang boleh menemani hidupku," gumam Rama sambil memandang Lala yang bermain di bibir pantai.

"Mas, ke marilah. Ayo kita cari kerang!" teriak Lala dari kejauhan.

"Sebentar sayang. Aku akan segera ke sana." Rama meletakkan ponselnya di atas meja. Ia meneguk jus jeruk yang tersedia di sana sebelum berlari mendekati Lala. Pria itu bukan membantu Lama mencari kerang justru menggendong Lala dari belakang dan membawanya berputar-putar. Angin yang kencang serta percikan ombak menambah suasana siang itu hingga semakin romantis.

"Mas!" teriak Lala saat tubuhnya berputar. 

Rama semakin bersemangat memutar tubuhnya dengan Lala di dalam gendongan. "Secepatnya kita akan menikah. Aku juga sudah tidak sabar untuk memilikimu seutuhnya," gumam Rama di dalam hati.

Saat suasana siang itu terlihat sangat bahagia, tiba-tiba seorang wanita muncul di sana. Wanita itu adalah Maya. Dengan membawa beberapa pengawal ia berjalan mendekati posisi Rama dan Lala berada. Hatinya benar-benar geram melihat pria yang baru saja ia nikahi bermesraan dengan wanita lain. Bahkan tadi malam tidak pulang ke rumah.

"Mas Rama!" teriak Maya saat jarak mereka masih beberapa meter. Rama segera menurunkan Lala detik itu juga. Tawa riang yang sempat terdengar musnah seketika.

Maya mengepal tangannya dan berjalan maju. Ingin sekali ia menampar wajah Lala untuk memberikan peringatan kepada wanita itu.

"Dasar pelakor!" Saat tangan kanan Maya melayang di udara, dengan cepat Rama menahannya. Pria itu menghempaskan tangan Maya dengan wajah tidak suka.

"Apa yang ingin kau lakukan? Berani sekali kau menyentuh Lala!"

"Mas, dia wanita penggoda!" teriak Maya tidak mau kalah.

"Kau yang penggoda! Kau yang merebut Mas Rama dariku!" sambung Lala. Ia sengaja memegang lengan Rama agar bisa mendapat perlindungan dari kekasihnya.

"Aku istri sah nya. Lalu kau? Siapa? Kau hanya wanita penghangat ranjang. Lebih tepatnya seorang pela-"

"Hentikan Maya! Pergi dari sini sekarang!" teriak Rama. Ia benar-benar emosi melihat sikap Maya yang semena-mena terhadap Lala.

"Mas, aku istrimu."

"Tapi kau tahu, pernikahan kita karena paksaan. Jika kau tidak mau pergi, aku dan Lala yang akan pergi." 

Rama memegang pergelangan tangan Lala dan membawanya pergi. Pria itu sama sekali tidak peduli dengan perasaan Maya saat ini. Saat ingin pergi Lala memandang wajah Maya sekilas. Ia bisa melihat dengan jelas kedua mata berkaca-kaca wanita itu. Tapi Lala tidak mau kalah. Ia juga sangat mencintai Rama. 

"Maafkan aku, Maya. Aku tahu kau sangat membenciku saat ini. Tapi, jika ada di posisiku mungkin kau akan melakukan apa yang aku lakukan. 8 tahun bukan waktu yang sebentar. Aku tidak bisa melepas Mas Rama begitu saja walau status kalian sudah menikah!" gumam Lala di dalam hati.

***

Rama duduk di kursi setibanya di rumah Lala. Pria itu menutup wajahnya dengan tangan. Seperti ada pikiran berat yang mengganggunya. Bahkan selama di perjalanan juga pria itu diam saja seperti sedang memikirkan sesuatu. Lala langsung menebak kalau masalah yang dipikirkan Rama adalah Maya. Sejak bertemu dengan wanita itu di pantai tadi, mood Rama memang terlihat buruk.

“Mas menyesal sudah pulang denganku?” sindir Lala yang saat itu memutuskan berlalu ke dapur. Ia ingin mengambil air putih untuk menenangkan pikirannya.

“Tidak ada hubungannya dengan Maya,” jawab Rama tanpa sadar. 

“Aku tidak membahas wanita itu, Mas!” protes Lala sambil geleng-geleng kepala. Lala yang sudah terlanjur kecewa memutuskan ke kamar saja. Tidak jadi ke dapur. Ia ingin mandi sebelum tidur untuk melupakan semuanya.

Rama yang merasa salah bicara segera beranjak dari sofa. Ia berlari mengejar Lala. “Bukan seperti itu maksudku. Tolong, jangan marah!”

Sebelum Lala memegang handle pintu, Rama lebih dulu menahan langkahnya. Memegang pergelangan tangannya dan memutar tubuh Lala agar ia bisa memandang wajahnya dengan jelas.

“Aku memiliki banyak masalah di pekerjaan. Kenapa kau tidak mengerti. Kau berbeda lala. Biasanya kau selalu mengerti keadaanku!”

“Biasanya juga Mas Rama selalu mengerti aku, Mas. Mas gak pernah bersikap seperti ini setelah kita pulang liburan. Kita selalu bahagia. Tertawa sambil membahas liburan kita tadi. Sekarang apa? Mas hanya diam seperti sedang menyesal.”

“Menyesal? Apa maksudmu, Lala?”

“Ya. Mas Rama menyesalkan. Sudah memilih aku dan meninggalkan Maya. Jelas-jelas Maya lebih cantik dan lebih segalanya jika dibandingkan dengan Aku.”

“Lala!” teriak Rama hingga suaranya terdengar begitu jelas.

“Apa Mas? Mas mau marah?” tantang Lala tidak takut. Bahkan kedua matanya melebar. Ia kenal Rama. Semarah apapun pria itu tidak akan pernah main fisik.

Rama berusaha meredam emosinya. Ia memejamkan mata dan mengatur napasnya yang seperti menggebu. Secara perlahan, ia memegang tangan Lala dan mengusapnya lembut. “Jangan marah. Aku tidak mau kau sakit.”

Lala mematung. Tadinya ia sudah menyiapkan sejuta kalimat untuk berdebat dan memenangkan perdebatan. Tapi, ketika Rama bersikap lembut dan merayunya seperti itu. Lala seperti ingin menangis. Tiba-tiba saja kedua matanya terasa perih. Air mata menetes setelahnya.

“Kenapa nangis? Aku tidak mau melihatmu menangis.” Rama menarik tubuh Lala ke dalam pelukannya. Tangis Lala semakin menjadi seperti anak kecil yang habis di pukuli. Kedua tangannya melingkar di pinggang Rama.

“Kenapa hubungan kita menjadi seperti ini, Mas? Mana janji manis yang pernah kau katakan? Di mana kebahagiaan tiada tara yang pernah kau janjikan? Aku ingin merasakan semuanya, Mas. Bukan menderita seperti ini terus-terusan.”

“Sabar ya, La. Aku akan mengatasi masalah ini. Jangan menangis lagi. Aku tidak mau kau sedih. Melihatmu menangis selalu saja membuat hatiku perih.” Rama melepas pelukannya dan menatap wajah Lala. 

“Jangan nangis lagi ya.” Dengan lembut ia mengusap air mata di pipi Lala. Ia mengecup pucuk kepala wanita itu berharap si wanita bisa tenang lagi. Lala mengangguk tanpa menjawab. Ia juga sudah lelah.

“Mas pulang saja sana.”

“Pulang? Kau mengusirku?” Rama terlihat tidak setuju.

“Bukan mengusir. Aku ingin sendiri di rumah.”

“Lala ….”

“Mas, tolong ngertiin aku! Jika Mas tidak mau pulang ke rumah. Mas bisa tidur di hotel,” ujar Lala memberi solusi. Sebenarnya ia juga tidak rela jika Rama sampai pulang ke rumah dan bertemu Maya di sana. Sementara dirinya akan sendirian di sini.

“Baiklah. Jika itu yang kau mau. Aku akan kembali besok. Jaga dirimu dengan baik.”

Rama memutar tubuhnya dan melangkah pergi. Lala juga tipe wanita keras kepala. Sekali ia bilang itu akan selalu terjadi seperti itu. Bujukan semanis apapun tidak akan berlaku. Lala memandang Rama sekilas sebelum masuk ke kamar. Wanita itu juga butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.

Terpopuler

Comments

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Lala...akhirnya hatimu terluka....😭😭😭😭😭

2022-09-14

0

Riyanti

Riyanti

😭😭😭😭😭

2022-09-02

0

mama faris

mama faris

membantu Lala

2022-09-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!