Lala sudah tiba di depan rumah Rama. Sayangnya wanita itu tidak bisa masuk ke dalam karena rumah besar itu di kelilingi pagar yang tinggi. Lala kini berdiri di depan pagar dan memohon agar diizinkan masuk kepada sang satpam.
"Saya mohon, Pak. Saya harus bertemu dengan Mas Rama." Dengan derai air mata Lala memohon kepada satpam yang berjaga di rumah keluarga Rama. Bahkan ia tidak segan-segan menurunkan harga dirinya hanya karena ingin mendapatkan kejelasan hubungan mereka. Tapi sepertinya kehadiran Lala seperti parasit di sana. Tidak ada satu orang pun yang mau membelanya bahkan mengizinkannya masuk ke dalam.
"Saya sudah bilang kalau Tuan Rama tidak tinggal di sini lagi. Pergi sana," usir satpam itu dengan kasar. Bahkan dia terlihat sangat menghina penampilan Lala. Baginya Lala hanya seorang gembel yang mengaku-ngaku kalau memiliki hubungan dengan Tuannya.
Satpam itu mengusir Lala layaknya seorang pengemis. Lala menghapus air matanya dengan hati yang kecewa. Ia berdiri dan memandang gerbang hitam raksasa yang kini ada di hadapannya. Seperti ini batas antara dirinya dan Rama. Rama adalah pria kaya yang memiliki segalanya. Sedangkan dirinya? Lala hanya seorang yatim piatu dari keluarga miskin yang kebetulan saja bisa bekerja di restoran mewah. Dengan tangan terkepal, Lala berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Mungkin memang hubungan kita sudah berakhir, Mas. Aku dan kamu tidak akan pernah bisa menyatu. Jarak kita memang terlalu lebar. Sampai matipun kita tidak akan bisa menyatu."
Lala memutar tubuhnya sambil berusaha menguatkan dirinya sendiri. Sudah cukup rasanya di hina seperti itu. Pergi dari sana dan tidak akan kembali lagi adalah pilihan yang tepat untuk saat ini. Namun ketika ia ingin naik ke atas ojek yang membawanya, Lala melihat mobil Rama ada di sana. Langkahnya terhenti. Niat untuk melupakan hubungan merekapun hilang begitu saja.
"Mas Rama?" Lala berlari dan mengejar mobil sang kekasih. Ia mengetuk-ngetuk jendela mobil berharap Rama mau keluar dari dalam sana.
"Mas Rama buka mas!" teriaknya tanpa peduli kalau satpam tadi kini mengejarnya dan berusaha menyingkirkannya.
Mobil itu berhenti. Seorang wanita turun dari mobil dan memandang Lala dengan tatapan menghina. Wanita itu berbadan tinggi dan berkulit putih. Aroma parfum mahal bisa di hirup Lala dengan jelas. Pakaiannya sangat modis hingga membuat perbedaan di antara mereka seperti bumi dan langit.
"Siapa kau? Untuk apa kau memanggil manggil nama suamiku?" ketus wanita itu tidak suka.
Deg.
Lala mematung. Bukan bertemu dengan Rama justru ia harus bertemu dengan istri kekasihnya. Sekuat mungkin Lala menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ia tidak mau kalau luka di hatinya diketahui orang lain.
"Di mana Mas Rama?" Suaranya pelan. Sangat pelan. Mungkin sedikit sentuhan saja bisa membuatnya menangis senggugukan.
"Mas Rama?" Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada dan tersenyum menghina. "Kau ini siapa? Berani sekali kau memiliki keinginan untuk bertemu dengan suamiku. Gak sadar diri banget ya," ketusnya tanpa mau memandang.
"Di mana Mas Rama!" teriak Lala dengan emosi tidak terkendali. Ingin sekali ia menjambak rambut wanita itu detik ini juga.
"Mas Rama sibuk! Siapapun kau, aku peringatkan agar kau tidak lagi menemui suamiku! Ingat, kami sudah menikah." Cincin yang tersemat di jemarinya di pamerkan untuk membuat Lala sadar diri.
Wanita itu ingin masuk ke dalam mobil. Lala menahannya dengan memegang tangan kanannya. Ia merasa urusan mereka belum selesai.
"Katakan padanya kalau aku ingin bertemu dengannya."
Plakk.
Tamparan keras mendarat di pipi Lala. Ia tidak menyangka kalau akan mendapatkan banyak perlakuan buruk hari ini.
"Berani sekali kau menyentuh tubuhku wanita kotor!"
"Wanita kotor kau bilang?" Kali ini Lala tidak mau diam lagi.
"Ya. Kau tahu kalau Mas Rama sudah menikah. Kenapa kau masih berani datang ke sini untuk menemuinya?"
Plaakk
Lala tidak mau kalah. Ia memberikan tamparan terbaiknya untuk memberi peringatan kepada wanita yang ada di hadapannya.
"Kau yang kotor. Kau yang merebut Mas Rama dariku."
Wanita itu memegang pipinya yang merah karena tamparan Lala. Ia memandang ke arah samping. Ada mobil yang juga mau masuk ke dalam. Ketika mobil itu berhenti, istri Rama langsung berlari dengan air mata palsunya.
"Mama."
Ternyata yang keluar dari mobil itu adalah ibu kandung dari Rama. Wanita itu juga tidak sendirian, Rama juga ada di sana. Pria itu memandang Lala dengan wajah yang sedih.
"Maya, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?"
"Wanita itu, Ma. Aku tidak kenal siapa dia. Tiba-tiba saja dia menampar wajahku dengan keras. Aku hanya bertanya, kenapa dia berdiri di depan sini. Aku berpikir ingin membantunya tadi, tidak aku sangka hal seperti ini yang aku dapatkan," dustanya.
Lala tidak peduli dengan laporan palsu dari Maya. Ia hanya butuh Rama dan penjelasan dari pria itu. Jika memang detik ini hubungan mereka telah berakhir, setidaknya Lala akan tahu. Walau itu akan terasa sangat menyakitkan.
"Lala." Rama berlari mendekat Lala.
Melihat penampilan Lala yang tidak karuan membuat hati Rama teriris perih.
"Lala, kenapa kau ada di sini?" tanyanya seolah dia sedang amnesia. Padahal sudah jelas, Lala seperti itu karena perbuatannya.
"Berani kamu bertanya seperti itu, Mas?" Lala membalas tatapan Rama dengan penuh sakit hati.
"La, aku bisa jelasin semua ini." Rama berusaha memegang kedua tangan Lala. ia tidak mau Lala membencinya walau sudah jelas-jelas kesalahan ini dia yang memulai.
"Rama! Apa yang kau lakukan? Di sini ada Maya. Kenapa kau mempedulikan wanita murahan itu!" ucap ibu Rama dengan wajah tidak suka.
"Lala, Ma. Namanya Lala. Berhenti memanggilnya dengan sebutan seperti itu," protes Rama tidak setuju.
"Lala, ayo kita pergi. Aku akan jelasin semuanya."
"Rama!" Sang ibu semakin tidak terima. Ia berusaha mengejar Rama yang kini membawa Lala masuk ke dalam mobilnya.
"Berhenti Rama!"
Rama menahan langkahnya sebelum masuk ke dalam mobil. "Ma, aku sudah melakukan apa yang mama inginkan. Sekarang giliran ku melakukan apa yang aku inginkan ma!"
Tanpa pikir panjang Rama masuk ke dalam mobil yang sama dengan Lala. Maya dan ibu kandungnya hanya bisa berdiri tanpa tahu harus melakukan apa. Sorot kebencian terlihat jelas di wajah mereka. Namun, mereka juga tidak bisa mengusir Lala begitu saja jika kini ada Rama di sampingnya.
***
"Apa kau baik-baik saja? Apa tadi Maya melukaimu?" Rama berusaha mengajak Lala mengobrol. Walau sesekali ia tetap fokus pada laju mobilnya.
"Beberapa hari ini aku ke restoran, kenapa kau tidak ada lagi di sana?"
Lala menatap wajah Rama dengan penuh kebencian. "Mas, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Ke mana saja kau selama ini? Kau tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba saja sudah ...." Terasa berat untuk mengucapkannya. Lala masih tidak percaya kalau Rama kini sudah berstatus sebagai suami orang.
"Aku bisa jelasin semuanya. Kita pulang ke rumah ya?" Rama melajukan mobilnya menuju kediaman Lala. Pria itu tahu apa yang kini dirasakan kekasihnya. Ia sendiri juga tidak mau kehilangan Lala. Rasa cintanya sangat besar hingga ia tidak mau berpisah dari Lala.
"Kenapa kamu tega melakukan semua ini, Mas? Kau muncul dengan wajah yang tidak bersalah. Apa aku hanya kau pandang sebagai pelarian mu saja? Jika kau menginginkanku kau datang. Jika kau bosan kau akan pergi. Aku manusia mas. Aku memiliki rasa cemburu. Aku tidak bisa menerima semua ini. Aku tidak bisa menerimamu sebagai milik orang lain," lirih Lala sambil menunduk. Lagi-lagi air mata bercucuran deras membasahi wajahnya. Rama sendiri hanya bisa diam tanpa tahu mau melakukan apa lagi. Hanya kata maaf yang bisa ia ucapkan agar Lala bisa menerimanya kembali.
"Aku memang wanita miskin, tapi aku tidak terima diperlakukan seperti ini."
"La, kau pasti tahu kalau sejak dulu aku tidak pernah membahas masalah status sosial. Aku cinta sama kamu, La. Percaya padaku!" bujuknya lagi.
Lala membuang tatapannya keluar jendela. Ia tersenyum pahit mendengar perkataan Rama.
"Jika sekarang aku minta Mas Rama menceraikan wanita itu. Apa Mas Rama bersedia?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Rasanya tak mungkin Rama menceraikan Maya....wanita pilihan Mamanya😥😥😥
2022-09-13
0
Riyanti
Nah... betul tu.. ceraikan dia nikahi lala. Jadi laki² harus tegas, jgn plinplan😩.
Klo gak , lepaskan lala. Aku geram kali dah 😩
2022-09-01
0