Bab 4 Menginap

Pagi yang cerah menghiasi kota Jakarta, Ayu dan Rendra masih tertidur sambil berpelukan dan mereka tidak menyadari hal itu. Semalaman Rendra mengajak Ayu untuk berbelanja apa yang Ayu inginkan, walau Ayu tidak menginginkan apa pun akan tetapi Rendra memaksanya.

Setelah berbelanja Rendra membawa Ayu ke apartemennya dan di sana mereka saling berbicara dan ingin mengenal satu sama lain, akan tetapi Ayu tidak membicarakan secara rinci bagaimana kondisi Keluarganya, ia hanya menceritakan dirinya adalah tulang punggung dan masih mempunyai adik yang berusia 4 tahun lebih dan tanpa sadar Ayu sampai ketiduran di sofa besar bersama Rendra sampai pagi.

Rendra membuka matanya dan mendapati Ayu tertidur di dadanya. Rendra sekilas tersenyum kemudian mengusap punggung Ayu.

"Ayu. Bangun," ucap Rendra.

“Masih ngantuk," lirih Ayu.

"Udah siang, udah jam 8."

"Hah!!" Jerit Ayu yang langsung bangun sedangkan Rendra tertawa melihat ekspresi Ayu yang terkejut. Ayu melihat Rendra lalu melihat tubuhnya sendiri dan menyilangkan kedua tangannya untuk menutup dadanya.

"Om gak sentuh-sentuh aku kan?"

"Apa yang mau di sentuh? Kecil begitu!" Ledek Rendra kemudian bangkit dari sofa menuju dapur yang tidak jauh dari ruang depan sedangkan Ayu melihat dadanya dan memeganginya.

"Gede kok, ishh..., berarti Om itu yang gak normal, apa dia yang sukanya over size," gumam Ayu yang masih memegangi gunung kembarnya.

"Selera om-om memang aneh,"batin Ayu.

Rendra tersenyum melihat tingkah Ayu yang sedang memegangi dadanya. Ada saja tingkahnya yang membuat Rendra tersenyum dan tertawa. Tak lama Ayu menyusul ke dapur dan duduk di kursi meja makan.

"Om ngapain?"

"Buat kopi, mau?"

"Gak mau! Mau teh." Ayu beranjak dari duduknya dan menghampiri Rendra.

Ayu memperhatikan Rendra yang begitu cekatan membuat kopi dan teh secara bersamaan, lalu melihat wajah tampan Rendra dari samping, ingin sekali Ayu meraba Rahang pipi Rendra yang ditumbuhi bulu-bulu halus, ia juga tidak menyangka pria dewasa di sampingnya itu akan menikahinya. Apa yang istimewa darinya sehingga Rendra ingin menikahinya.

"Kenapa kamu ngelihat aku kayak gitu, naksir?" tanya Rendra saat mendapati Ayu melihatnya dengan begitu intens.

"Gak, ge-er!" Ayu berjalan menuju ruang tengah menghindari tatapan Rendra yang membuat jantungnya berdegup. Aya membuka tirai jendela lalu membuka pintu balkon dan berdiri di balkon menikmati udara pagi.

Ayu memejamkan mata membiarkan wajahnya terpapar sinar matahari pagi merasakan kehangatan sinarnya. Ia bahagia dengan perubahan hidupnya yang tiba-tiba tanpa ia tahu perubahan itu nantinya akan membuat luka di hatinya.

"Ini teh mu."

"Terima kasih Om." Jawab Ayu seraya mengambil segelas tehnya.

Mereka berdua menikmati pagi dengan meminum kesukaan masing-masing.

Rendra terus menatap Ayu, tidak tahu kenapa tiba-tiba menjadi ingin selalu di dekatnya. Apa mungkin dirinya sudah jatuh hati. Rendra mungkin juga tidak tahu jika taruhan kelak akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri atau mungkin sebaliknya.

Tidak lama terdengar pintu depan terbuka dan suara orang tertawa siapa lagi kalau bukan dua sahabatnya Alex dan bara. Alex dan bara terdiam saat melihat Rendra dan Ayu berdiri di balkon, terlebih melihat Ayu yang mengunakan kaos oblong milik Rendra. Mereka mengira Rendra sudah mengesekusi gadis di depannya tersebut.

Ayu tiba-tiba bersembunyi di belakang punggung Rendra karena ia takut melihat ekspresi wajah kedua sahabat Rendra yang seolah melihat penuh selidik.

"Om itu siapa?" lirih Ayu di belakang punggung Rendra .

"Mereka yang kemarin di Restoran tempat kamu kerja." Ayu mengintip di balik punggung Rendra lalu menyunggingkan senyumnya.

"Pagi Om." Sapa Ayu.

"Om? Emang kita setua itu?" Protes Bara.

"Sudah. Kalian ngapain kemari?" tanya Rendra sambil merangkul Ayu masuk kedalam. Ayu yang merasa risih diperhatikan kedua sahabat Rendra Ayu meminta izin ke kamar.

"Om aku ke kamar ya, mau mandi."

"Iya." Ayu kemudian berlari kecil menuju kamar Rendra, sedangkan Rendra mengangkat kedua alisnya ke arah kedua sahabatnya meminta jawaban atas pertanyaan.

"Gak kami hanya mampir, kebetulan selesai lari pagi," ujar Alex.

Setelah Ayu ke kamar, Rendra duduk di sofa dan menikmati kopinya yang belum habis. Kemudian melihat kedua sahabatnya. Keduanya sahabatnya masih skeptis dengan Rendra yang sudah berhasil menaklukkan Ayu.

"Rend, lo yakın melanjutkan taruhan dengan Alex," tanya Bara.

"Permainan ini kalian yang menciptakan, kan? Gue hanya tertantang mengikutinya. Seru juga dapat daun muda." Rendra tersenyum seakan sudah memenangkan taruhan tersebut.

"Daun muda? Memangnya gadis itu umur berapa?" tanya Bara.

"20 tahun,"

"What?!" Alex dan Bara tidak percaya dengan usia Ayu Karena di mata kedua sahabat Rendra Ayu seperti usia 25 tahun.

Memang Ayu terlihat dewasa baik wajah dan pola pikirnya. Saat usia lima belas tahun ia harus menjadi tulang punggung keluarga karena Ayahnya meninggal dunia dan saat itu ibunya mengandung adik laki-lakinya. Mau tidak mau Ayu harus pontang-panting mencari uang untuk biaya persalinan ibunya dan untuk kesehariannya, wajar jika Ayu terlihat dewasa. Yang disayangkan adalah Ayu terlalu polos dalam pergaulan, tidak bisa membedakan seseorang itu jahat atau baik dan itulah kelemahannya, maka dari itu banyak yang memanfaatkan kepolosannya.

"Sepertinya aku akan menang taruhan,” ujar Rendra menatap sinis kedua sahabatnya.

"Tapi bagaimana kamu bisa menjinakkannya?" tanya Alex.

"Gampang, dia orang kurang berada, walau dari gelagatnya bukan orang yang gila uang akan tetapi siapa yang menolak jika beri uang dan uang." Rendra tersenyum puas saat menceritakan cara menaklukkan hati Ayu.

‘CEKLEK'

Suara pintu kamar terbuka, Ayu keluar dengan menggunakan baju santai yang di belikan Rendra. Ayu nampak begitu berbeda dengan balutan celana pendek dan baju bermodel Sabrina yang terlihat pundak putihnya.

Rendra tak berkedip melihat Ayu yang berjalan kearahnya begitu juga dua sahabatnya. Ayu nampak berbeda saat ini tidak seperti pertama kali bertemu.

"Om, bagus tidak bajunya? Ini pilihan Om loh." Rendra melihat Ayu dari atas sampai bawah dan tersenyum.

"Bagus, cantik." Puji Rendra seraya berdiri dan mengusap rambut Ayu.

Rendra hanya ingin menunjukkan jika Ayu benar-benar sudah ia taklukkan.

"Makasih ya om, kalau gitu aku buatin om sarapan dan buat om-om juga." Ayu nampak senang dan bahagia mendapatkan pujian dari Rendra tanpa tahu pujian itu tulus atau tidak.

"Bisa masak?" tanya Rendra sambil melihat raut wajah Ayu yang begitu bahagia lalu bergantian melihat kedua sahabatnya yang masih skeptis melihat perubahan Ayu.

"Bisa!" Ayu kemudian menuju dapur dan membuka lemari pendingin dan mengambil bahan-bahannya.

Pertama Ayu memulai memasak nasi di rice cooker, lalu ia memasak lauknya berupa ayam goreng dan sambel goreng, tak lupa ia juga membuat sayur capcay kesukaan Rendra, karena saat malam Rendra bercerita ia menyukai sayur capcay. Rendra dan dua sahabatnya takjub melihat keahlian Ayu.

Terpopuler

Comments

Yusria Mumba

Yusria Mumba

semangat ayu,

2022-09-30

0

⏤͟͟͞R◇Adist

⏤͟͟͞R◇Adist

asal kamu tahu aja yuu itu semua demi taruhan

2022-09-08

0

⏤͟͟͞R◇Adist

⏤͟͟͞R◇Adist

heleh yakin ren...plingn kmu klo disodorin juga mau🤣🤣🤣

2022-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!