Kematian adalah hal yang mutlak terjadi pada tiap-tiap jiwa.
"Sesungguhnya sholat ku ibadah ku hidupku dan matiku hanya Allah untuk allah Tuhan semesta alam."
Kematian tidaklah menunggu kita untuk bertaubat, tetapi kita lah yang menunggu kematian dengan bertaubat.
Keesokan harinya Selia menggelar acara tausiah atas meninggal bapaknya. Selama tiga malam acara tersebut berlangsung.
Banyak masyarakat yang datang membawa makanan baik itu kue maupun sembako atas turut berbela sungkawa dan untuk meringankan beban kepada keluarga yang ditinggalkan.
Hingga hari ketujuh, Selia memanggil anak-anak santri, keluarga dan ibu pengajian serta Ustad untuk datang shalat berjamaah dan ikut yasinan dan tak lupa mendoakan Pak Nur.
Setelah itu keluarga Selia menyiapkan beberapa makanan yang disediakan untuk semua orang yang datang.
Dua minggu kemudian, Selia pamit kepada ibunya untuk kembali ke Ibu kota Jakarta. Karena cuti Selia hanya dua minggu saja. Ia meminta agar Ibunya dan adiknya ikut ke Kota Jakarta. Tetapi Ibunya menolak secara halus.
"Maafkan ibu Nak untuk sementara waktu ibu dan adikmu belum bisa ikut ke Kota, insya Allah… kalau adikmu Sesha sudah tamat SMA barulah ibu kasih kamu jawaban," ucap ibu Nurhalimah sembari memegang kedua tangan putri sulungnya itu.
Selia sedih dan sedikit kecewa karena ibunya tidak bisa mengikuti usulan dan sarannya agar pindah dan menetap saja di Jakarta. Tapi, dia tidak mungkin memaksakan kehendaknya kepada anggota keluarganya itu.
"Ini untuk ibu dan adikku, maaf jika hanya sedikit," ucapnya Selia yang memberikan amplop ke dalam tangan ibunya.
Ibunya menolak dan tidak ingin merepotkan putrinya dengan mengembalikan amplop tersebut ke dalam pangkuannya Selia.
"Simpanlah untuk kamu Nak, itu hasil usahamu dan jeri payahmu jadi simpanlah, lagian masih ada sedikit gaji pensiunan bapakm," tolak Ibunya yang tidak ingin membuat anaknya terbebani dengan keadaan mereka.
"Insya Allah.. Bu! aku masih punya tabungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhaku sendiri lagian aku kan terima gaji tiap bulan jadi simpanlah ini untuk ibu dan adikku," pinta Selia yang masih berusaha untuk membujuk Ibunya itu.
Ibu Nurhalimah dengan berat hati dan terpaksa menerima pemberian putrinya. Karena bagaimanapun juga dia tolak pasti akan dipaksa oleh putrinya.
"Kapan kamu akan berangkat nak?" tanya ibunya setelah menyimpan amplop tersebut.
"Insya Allah lusa Bu, Selia harus pulang karena atasannya juga sudah menelponku" tutur Selia dengan duduk berdampingan dengan ibunya di atas ranjangnya.
"Kalau gitu besok Ibu akan buatkan kue kering sama kacang keriting kesukaan kamu," usul ibunya yang sedih karena dia akan kembali berpisah dengan putri sulungnya itu.
Dua hari kemudian tiba lah waktunya dia berangkat menuju Ibu Kota Jakarta. Selia diantar oleh ibu dan adiknya ke bandara. Tante dan Omnya sudah pulang kemarin karena sepupunya sudah terlalu lama tidak masuk sekolah.
Berat hati ibunya melepaskan kepergian putri sulungnya. Tetapi, karena Selia harus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai karyawan. Kebetulan Perusahaannya akan bekerja sama dengan perusahaan Indo Tehnik.
Perusahaan yang sangat besar dan sudah terkenal sampai ke luar negeri sehingga atasannya menginginkan mereka untuk bekerja maksimal. Kehilangan seseorang yang kita sayangi dan hormati pasti akan menyisahkan luka dan kesedihan yang mendalam.
Tetapi, sebagai manusia sepatutnya kita tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan itu pula. Karena jika hal itu terjadi pasti seakan kita ini tidak ikhlas untuk menerima ketentuan dari Allah SWT.
Selia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Ibu kota. Karena masa cutinya sudah habis. Ibunya hari ini, membuat beberapa kue kering dan kue basah serta aneka kerupuk dan kacang-kacangan.
Semuanya itu adalah makanan kesukaan dan favorit Selia tanpa terkecuali. Keluarga dekat dan beberapa sahabatnya datang ke rumahnya, setelah mendengar kabar kalau Dia akan kembali ke Ibu kota.
"Bu! Apa semua makanan dan minumannya sudah siap?" Tanyanya Selia saat berada di dalam dapur yang melihat Ibunya sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatunya yang mereka butuhkan.
Mereka mengadakan acara kecil-kecilan yaitu bakar ikan dan makan bersama dan yang paling wajib dari semua agenda mereka harus ada adalah foto bersama sebagai kenang-kenangan.
Acara tersebut berlangsung hingga malam hari dan cukup meriah karena bukan saja teman SMA-nya yang datang tapi mulai dari teman SD sampai SMP pun turut hadir.
Banyak yang memanfaatkan acara kumpul bersama tersebut sebagai ajang silaturahmi dan mereka ingin menggali informasi dari Selia tentang ibu kota Jakarta. Mereka ingin mengadu nasib sebagai pekerja seperti halnya Ia yang sudah sukses.
"Aku hanya karyawan biasa kok masih belum ada apa-apanya dibandingkan kalian sudah berpangkat dan punya keluarga lagi" ucap Selia yang merendah dan tidak ingin menyombongkan dengan apa yang dimilikinya.
"Tapi gaji kamu lumayan tinggi loh Sel! dibandingkan kami yang kerja di sini saja," sahut Mutia salah satu temannya Faika sejak duduk di bangku Sekolah Menengah pertama.
"Aku juga mau mencoba peruntungan sempat di Ibu kota aku dapat kerjaan bagus dan dapat pula jodoh," timpal Dewi yang sedikit bercanda teman sekolah dasarnya Selia.
"Silahkan kalian datang ke Ibu kota jika menurut kalian hal tersebut terbaik untuk kalian lakukan, aku hanya bisa memberikan masukan dan arahan gimana rasanya hidup di Ibu kota," balasnya Selia sambil sesekali menikmati kudapan yang tersaji di depannya malam itu.
Acara berlangsung hingga tengah malam dan ditutup dengan acara bakar jagung putih dan jagung kuning. Mereka tertawa bersama dalam kehangatan persaudaraan. Tidak ada perbedaan diantara mereka.
Dua hari kemudian, Selia pun akan kembali berangkat ke Ibu kota. Ibu dan adik-adiknya mengantar Selia hingga ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
Tangis haru kembali terlihat diantara mereka. Banyak Sahabat Faika yang turut hadir mengantar kepergian Faika ke Jakarta.
"Hati-hati nak dan jaga diri kamu baik-baik," Nasehat Ibunya.
"Kakak kalau sampai di sana jangan lupa telpon saya yah!" Pinta Sania sambil memeluk tubuh kakaknya dengan tangis air matanya yang sedari tadi membasahi pipinya.
"Itu sudah pasti Kakak akan menelpon kalian, tapi ingat hpnya jangan sering di non aktifkan," pungkasnya Selia.
"Kakak jangan lupa kirim uang pembayaran sekolahnya Sesha yah Kak, tapi jangan bilang sama ibu kalau aku minta sama Kakak," ujarnya yang mengecilkan volume suaranya karena takut jika ibunya mendengar perkataannya itu.
Selia hanya memberikan kode jempolnya ke arah Sesha pertanda dia setuju dengan permintaan adik bungsunya. Tidak lama kemudian, pesawat pun sudah tinggal landas menuju ibu kota dari Bandara Sultan Hassanudin Makassar.
Berat hati ibu Nurhalimah untuk melepas kepergian putrinya, tetapi dirinya belum siap untuk meninggalkan kampung halamannya dikarenakan juga suaminya bapaknya baru saja meninggal dunia masih dalam hitungan hari saja.
"Selamat jalan nak, insya Allah kalau adik kamu sudah tamat SMA, pasti ibu akan menyusulmu ke Ibu kota," ucap ibunya Nurhalimah sambil melepas kepergian anak sulungnya.
Perpisahan itu pasti akan terjadi baik itu cepat atau lambat. Ibunya hanya bisa berlapang dada dan ikhlas melepas kepergian suaminya yang secara mendadak, dikarenakan kecelakaan maut.
Bapaknya waktu itu, pulang dari tempat kerjanya dan waktu itu hujan deras dan jalan yang licin dan tiba-tiba dari arah yang berlawanan ada sepeda motor yang kecepatannya sangat tinggi membuat kecelakaan saat itu tidak terelakkan.
Tubuh Ayahnya Pak Nur Syam terlempar beberapa meter dari tempat motornya.
Ibunya berusaha untuk bertahan dalam kesendiriannya tanpa sang suami menemaninya dan mendampinginya seperti biasanya.
Hari-hari dilewatinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan karena hanya jalan dan cara itu suaminya bisa tenang di alam sana.
Kurang lebih satu jam pesawat terbang yang ditumpangi oleh Selia sudah landing di Bandara internasional Soekarno Hatta. Walaupun sempat mabuk perjalanan dikarenakan maagnya kambuh sehingga ia harus mual dan muntah di atas pesawat.
Padahal biasanya dia orangnya kuat dan tahan untuk mabuk perjalanan, tapi untuk kali ini sangat menyiksanya. Untung saja ada ibu-ibu yang menolongnya seandainya tidak ada mungkin dia akan kelimpungan dan tidak tahu harus berbuat apa.
Selia lupa minum obat anti mabuk perjalanan sebelum berangkat. Ia bersyukur karena masih diberi keselamatan dan kesempatan untuk kembali lagi menginjakkan kakinya di Ibu Kota, Yang kata orang sekejam-kejamnya ibu tiri lebih kejam lagi ibu kota.
Tetapi, hal itu hanya berlaku bagi orang yang tidak mempunyai skill dan kemampuan yang mumpuni dan kegigihan dalam berjuang. Tanpa hal itu maka akan berlaku pepatah orang tersebut.
Selia memesan ojek online untuk sampai ke rumahnya. Untungnya saja hari itu ibu kota terbebas dari kata macet padat dan merayap. Padahal biasanya jam segini pasti sudah macet yang biasa membuat ibu-ibu ngomel-ngomel tidak jelas.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dipakainya sudah sampai di depan rumahnya. Selia rencananya akan membeli mobil untuk mempermudah perjalanannya ke kantor tempat Dia bekerja.
Selama ini dia ke kantor dengan memakai sepeda motor matic kesayangannya yang sejak dulu menemaninya ke mana pun.
Setiap hari seperti itu lah kebiasaannya, ia merasa sangat bersyukur karena pekerjaannya setiap hari dilancarkan dan terkendali saja. Bahkan semua rekan kerjanya tidak ada pernah merendahkan dirinya.
Di tempat dia bekerja tidak ada yang suka menggihah Selia karena itu lah iklim Perusahaan tersebut mendukung untuk semua karyawan dan karyawati bisa berprestasi dan saling berlomba-lomba untuk memperbaiki kualitas pekerjaan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ayumi Putri
mzmsksl
2022-09-26
0
Fitry Resky Nero
sabar itu kuncinya
2022-09-12
0
Zaini
mabuk duit boleh 🤣
2022-09-01
0