Kematian selalu menyisakan luka yang mendalam bagi setiap orang. Terlebih saat keluarga atau orang-orang terdekat telah menemui ajalnya, tentu hal ini menjadi peristiwa yang sangat memilukan.
Sebagai manusia yang masih diberi kesempatan untuk hidup, sudah seharusnya selalu mendoakan orang yang sudah meninggal agar diberi tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pesawat yang ditumpangi oleh Selia Angela Hayu take off dari Bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Sedari tadi pikirannya selalu tidak tenang dan pikirannya selalu tertuju kepada bapaknya. Dia tidak tenang dan harap-harap cemas dengan kondisi bapaknya dirawat di rumah sakit.
"Ya Allah… lindungilah selalu Bapakku dan panjangkanlah umurnya kedua orang tuaku," batinnya Selia.
Selia yang tidak sabar ingin segera sampai ke kampung halamannya. Kira-kira kurang lebih satu jam lebih perjalanan Selia dari Jakarta ke Makassar dengan memakai pesawat terbang komersial.
Sesampainya di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Selia segera memesan taksi ojol. Karena dari Bandara ke kampung halamannya membutuhkan kurang lebih 2 jam perjalanan lagi.
Selia masuk ke dalam mobil tersebut, dan memberitahu kepada pak supir untuk mengantarnya sampai ke rumah sakit umum daerah kabupaten.
Selia mencoba untuk menghubungi nomor hp adiknya, tapi nomor hpnya Sania tidak aktif.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan coba beberapa saat lagi atau meninggalkan pesan setelah nada bit berikut ini," ucap Mbak operator.
Berulang kali Selia menelpon nomor hp adiknya, tapi hasilnya masih sama tidak aktif dan sulit untuk dihubungi.
"Kok nomor hpnya Sania sama Sesha tidak aktif yah?" Selia membatin pada dirinya sendiri.
Sejak Selia bekerja dan sudah mempunyai rumah sendiri, Dia sudah mengajak kedua orang tuanya dan adik-adiknya untuk menetap di Ibu kota.
Tetapi, bapaknya menolak permintaan dari anak sulungnya itu. Alasannya karena di kampung lah dia dilahirkan dan dibesarkan sehingga keinginan Bapaknya agar dia kelak nanti meninggalnya di kampung halamannya juga.
Pak Nur Syam selalu menolak dengan berbagai alasan jika Selia mengajaknya untuk pindah rumah dan menetap di Ibu Kota Jakarta.
Beberapa menit kemudian, Selia sudah sampai di depan rumah sakit umum daerah M. Dia segera membayar ongkos taksi online tersebut.
"Makasih banyak pak," ucapnya sambil mengulurkan uang merah tiga lembar ke arah pak supir.
"Ini kembaliannya Mbak," ucap pak supir yang baru ingin menghitung sisa uang kembalian Delia.
Tapi, Selia langsung menolak uang tersebut sambil melangkahkan kakinya menuju ke area dalam RS.
"Kembaliannya untuk bapak saja," pinta Selia yang sudah berlari ke dalam rumah sakit menuju UGD.
Tapi alangkah kagetnya saat dirinya melihat Ibunya dan keluarganya yang lain sudah menangis histeris. Ia pun spontan berlari dan sudah tidak peduli dengan barang bawaannya.
Seliasudah meneteskan air matanya, ia semakin mempercepat langkah kakinya.
Ia berlari dan langsung memeluk tubuh ibunya dari arah belakang,"Ibu apa yang terjadi dengan Bapak?." tanya Selia yang sudah menangis.
Ibunya tidak kuasa untuk berbicara dan hanya menangis tersedu-sedu.
"Kakak, bapak sudah...." Ucap Sania yang tidak mampu dia melanjutkan ucapannya.
"Kamu harus sabar Nak, bapakmu sudah pergi untuk selamanya," ucap Tantenya adik dari mamanya Bu Noer Halimah..
"Itu tidak mungkin!! pasti kalian ngeprank kan, iya kan?" Terangnya Selia yang tidak ingin mempercayai kenyataan kalau bapaknya sudah meninggal.
Dia segera langsung berlari ke arah jenazah Bapaknya. Selia tidak kuasa untuk membendung air matanya yang akhirnya tumpah juga. Tapi ia terus berusaha untuk tidak meratapi kepergian Bapaknya.
"Kamu harus sabar Nak, jangan lah lemah di hadapan ibumu" timpal Omnya Selia kakak dari ibunya.
Selia hanya menganggukkan kepalanya dan bersujud di kaki Bapaknya.
"Maafkan Selia Pak, aku sudah banyak salah sama Bapak tidak ada di samping bapak saat yang terakhir kalinya," tutur Selia yang menyesal karena terlambat datang.
Selia tidak ingin meraung karena tangisan yang meraung itu tidak baik untuk orang yang meninggal dan sama saja akan semakin memberatkan langkahnya Pak Nur Syam.
"Om tolong urus kepulangan bapak, masalah biayanya biar saya yang mengurusnya," pinta Selia.
Sedangkan saudara dari bapaknya yang hanya tantenya saja seorang saudara dari bapaknya enggan untuk mendekati Selia dan kedua adiknya. Karena sedari tadi tantenya hanya berdiri saja dan enggan untuk mendekati Selia.
Tantenya sedikit pun tidak berusaha untuk memberikan dukungannya untuk Ibu maupun semua adiknya. Bapaknya hanya dua orang bersaudara sedangkan ibunya tiga orang.
Dan kebetulan semua saudara dari mamanya tinggalnya di luar daerah bahkan ada yang tinggal di daerah Jawa. Hanya adik dari Bapaknya saja yang tinggal bersama mereka di kampung.
Dia mengurus administrasi kepulangan bapaknya. Selia pun ikut dalam mobil ambulans yang membawa Jenazah Bapaknya.
Ia dan kedua adiknya tak hentinya menciumi jenazah Bapaknya. Dan setiap kali dirinya meneteskan air matanya Ia buru-buru menghapus air mata tersebut.
Rumah duka sudah dipadati oleh tetangga, keluarga dekat maupun kerabat yang jauh sudah berdatangan. Mereka turut berbelasungkawa atas meninggalnya Bapak Nur Syam.
Tetangga mengenal bapak Nur yang baik hati, ringan tangan suka membantu tetangga yang kesusahan, ramah dan menyayangi anak-anaknya.
Mereka ikut meneteskan air matanya dan turut berduka cita atas kepergian Pak Nur untuk selamanya.
Bahkan banyak yang tidak percaya akan berita kematian bapak Nur Syam, karena mereka tidak mendengar berita sama sekali tentang berita jika Pak Nur yang menderita suatu penyakit.
Sehingga mereka kaget dan tidak percaya saat berita beredar kalau beliau telah meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya.
Karena kematian bapaknya Selia sesudah subuh sehingga setelah shalat ashar sudah siap untuk disemayamkan dan dikebumikan di TPU yang ada di kampungnya.
Tangis haru dari semua sanak keluarga terdengar saat keranda yang membawa bapaknya perlahan meninggalkan rumahnya Selia.
"Ibu di sini saja, biarkan Selia sama adik-adik yang pergi ke kuburan mengantar bapak" ucap Selia membujuk ibunya.
Setelah selesai dikebumikan jenazah dari bapaknya Selia, orang-orang yang datang melayat sekaligus mengantarkan bapaknya Selia ke peristirahatan terakhir kalinya Pak Nur Syam.
Mereka pun satu persatu meninggalkan TPU tersebut. Tinggallah Selia dan adik-adiknya, ia dan adiknya menabur bunga di atas pusara Bapaknya.
Air mata dari mereka tumpah dan tidak henti-hentinya meneteskan air matanya saat tubuh pak Nur Syam perlahan ditimbun tanah yang sedikit basah dan lembab
"Bapak maafkan Selia yah, tenanglah disana bapak, insya Allah.. kami ikhlas dan sabar melepas kepergian bapa," ucap Selia yang terakhir mencium nisan bapaknya.
"Kami pamit pulang dulu Pak, besok kami akan datang lagi menjenguk bapak," tuturnya ucap ketiga Putrinya saat berpamitan pulang dari makam tpu umum yang ada di kampungnya.
"Maafkan Sesha pak yang selalu saja nakal dan tidur di kamar bapak, dan mengganggu tidurnya bapak," ucap Sesha adik bungsunya Selia.
Sesampainya di rumah, Selia kembali shock melihat kondisi ibunya yang sudah pingsan dan harus membutuhkan perawatan khusus.
"Bu bangun Ibu, kita harus ikhlas melepas kepergian bapak, Allah lebih menyayangi bapak dari pada kita Bu, ini sudah ketentuannya Alla," ucap Faika yang memeluk tubuh ibunya yang sudah terkapar di samping kanannya jenazah Pak Nursyam.
Om dan tantenya Selia pun ikut menginap di rumahnya, karena mereka tinggal di luar daerah. Mereka memutuskan untuk menginap beberapa hari disana sampai acara tausiah ke tujuh harinya selesai.
Kematian datangnya selalu tiba-tiba dan dengan cara yang berbeda-beda pula, jika ada seorang yang tahu kapan dia akan meninggal pasti lah orang tersebut akan mempersiapkan bekal dan kematiannya dengan baik pula. Tapi itu semua menjadi rahasia dari Allah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Inyhhlstryyy
Selia jangan lupa untuk jalan jalan ke Jeneponto😅
2023-06-25
2
Ayumi Putri
😯
2022-09-25
0
Masitha Hamrud💗
lanjut Besok bacanya
2022-09-13
0