Mereka mengadakan acara kecil-kecilan yaitu bakar ikan dan makan bersama dan yang paling wajib dari semua agenda mereka harus ada adalah foto bersama sebagai kenang-kenangan.
Acara tersebut berlangsung hingga malam hari dan cukup meriah karena bukan saja teman SMA-nya yang datang tapi mulai dari teman SD sampai SMP pun turut hadir.
Banyak yang memanfaatkan acara kumpul bersama tersebut sebagai ajang silaturahmi dan mereka ingin menggali informasi dari Selia tentang ibu kota Jakarta. Mereka ingin mengadu nasib sebagai pekerja seperti halnya Ia yang sudah sukses.
"Aku hanya karyawan biasa kok masih belum ada apa-apanya dibandingkan kalian sudah berpangkat dan punya keluarga lagi" ucap Selia yang merendah dan tidak ingin menyombongkan dengan apa yang dimilikinya.
"Tapi gaji kamu lumayan tinggi loh Sel! dibandingkan kami yang kerja di sini saja," sahut Mutia salah satu temannya Selia sejak duduk di bangku Sekolah Menengah pertama.
"Aku juga mau mencoba peruntungan sempat di Ibu kota aku dapat kerjaan bagus dan dapat pula jodoh," timpal Dewi yang sedikit bercanda teman sekolah dasarnya Selia.
"Silahkan kalian datang ke Ibu kota jika menurut kalian hal tersebut terbaik untuk kalian lakukan, aku hanya bisa memberikan masukan dan arahan gimana rasanya hidup di Ibu kota," balasnya Selia sambil sesekali menikmati kudapan yang tersaji di depannya malam itu.
Acara berlangsung hingga tengah malam dan ditutup dengan acara bakar jagung putih dan jagung kuning. Mereka tertawa bersama dalam kehangatan persaudaraan. Tidak ada perbedaan diantara mereka.
Dua hari kemudian, Selia pun akan kembali berangkat ke Ibu kota. Ibu dan adik-adiknya mengantar Selia hingga ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
Tangis haru kembali terlihat diantara mereka. Banyak Sahabat Faika yang turut hadir mengantar kepergian Faika ke Jakarta.
"Hati-hati nak dan jaga diri kamu baik-baik," Nasehat Ibunya.
"Kakak kalau sampai di sana jangan lupa telpon saya yah!" Pinta Sania sambil memeluk tubuh kakaknya dengan tangis air matanya yang sedari tadi membasahi pipinya.
"Itu sudah pasti Kakak akan menelpon kalian, tapi ingat hpnya jangan sering di non aktifkan," pungkasnya Selia.
"Kakak jangan lupa kirim uang pembayaran sekolahnya Sesha yah Kak, tapi jangan bilang sama ibu kalau aku minta sama Kakak," ujarnya yang mengecilkan volume suaranya karena takut jika ibunya mendengar perkataannya itu.
Selia hanya memberikan kode jempolnya ke arah Sesha pertanda dia setuju dengan permintaan adik bungsunya. Tidak lama kemudian, pesawat pun sudah tinggal landas menuju ibu kota dari Bandara Sultan Hassanudin Makassar.
Berat hati ibu Nurhalimah untuk melepas kepergian putrinya, tetapi dirinya belum siap untuk meninggalkan kampung halamannya dikarenakan juga suaminya bapaknya baru saja meninggal dunia masih dalam hitungan hari saja.
"Selamat jalan nak, insya Allah kalau adik kamu sudah tamat SMA, pasti ibu akan menyusulmu ke Ibu kota," ucap ibu Nurhalimah sambil melepas kepergian anak sulungnya.
Perpisahan itu pasti akan terjadi baik itu cepat atau lambat. Ibunya hanya bisa berlapang dada dan ikhlas melepas kepergian suaminya yang secara mendadak, dikarenakan kecelakaan maut.
Bapaknya waktu itu, pulang dari tempat kerjanya dan waktu itu hujan deras dan jalan yang licin dan tiba-tiba dari arah yang berlawanan ada sepeda motor yang kecepatannya sangat tinggi membuat kecelakaan saat itu tidak terelakkan.
Tubuh Ayahnya Pak Nur Syam terlempar beberapa meter dari tempat motornya.
Ibunya berusaha untuk bertahan dalam kesendiriannya tanpa sang suami menemaninya dan mendampinginya seperti biasanya.
Hari-hari dilewatinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan karena hanya jalan dan cara itu suaminya bisa tenang di alam sana.
Kurang lebih satu jam pesawat terbang yang ditumpangi oleh Selia sudah landing di Bandara internasional Soekarno Hatta. Walaupun sempat mabuk perjalanan dikarenakan maagnya kambuh sehingga ia harus mual dan muntah di atas pesawat.
Padahal biasanya dia orangnya kuat dan tahan untuk mabuk perjalanan, tapi untuk kali ini sangat menyiksanya. Untung saja ada ibu-ibu yang menolongnya seandainya tidak ada mungkin dia akan kelimpungan dan tidak tahu harus berbuat apa.
Selia lupa minum obat anti mabuk perjalanan sebelum berangkat. Ia bersyukur karena masih diberi keselamatan dan kesempatan untuk kembali lagi menginjakkan kakinya di Ibu Kota, Yang kata orang sekejam-kejamnya ibu tiri lebih kejam lagi ibu kota.
Tetapi, hal itu hanya berlaku bagi orang yang tidak mempunyai skill dan kemampuan yang mumpuni dan kegigihan dalam berjuang. Tanpa hal itu maka akan berlaku pepatah orang tersebut.
Selia memesan ojek online untuk sampai ke rumahnya. Untungnya saja hari itu ibu kota terbebas dari kata macet padat dan merayap. Padahal biasanya jam segini pasti sudah macet yang biasa membuat ibu-ibu ngomel-ngomel tidak jelas.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dipakainya sudah sampai di depan rumahnya. Selia rencananya akan membeli mobil untuk mempermudah perjalanannya ke kantor tempat Dia bekerja.
Selama ini dia ke kantor dengan memakai sepeda motor matic kesayangannya yang sejak dulu menemaninya ke mana pun.
Setiap hari seperti itu lah kebiasaannya, ia merasa sangat bersyukur karena pekerjaannya setiap hari dilancarkan dan terkendali saja. Bahkan semua rekan kerjanya tidak ada pernah merendahkan dirinya.
Di tempat dia bekerja tidak ada yang suka menggibah Selia karena itu lah iklim Perusahaan tersebut mendukung untuk semua karyawan dan karyawati bisa berprestasi dan saling berlomba-lomba untuk memperbaiki kualitas pekerjaan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ayumi Putri
kjbvh
2022-10-14
0
Maryam siti Risa
perpisahan pasti akan ads Air mata
2022-09-13
0
Fia ismail
Aku suka ceritanya
2022-09-09
0