Siang itu Windu melanjutkan kerja. yasinta juga pulang untuk mempersiapkan makan malam di sebuah restaurant mahal. Semua sudah di persiapkan dengan sangat baik.
"Hallo ... Mas Wibisono? Kamu masih di kantor?" tanya Yasinta dengan suara yang sangat lembut.
"Ya Sayang. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini juga. Mungkin aku akan pulang malam," jawab Wibisono pelan menjelaskan.
"Kamu lupa, hari ini hari apa, Mas?" tanya Yasinta dengan nada manja.
Sejenak, Wibisono melirik ke arah kalender yang ada di meja kerjanya. Tanggal yang sudah di tandai olehnya sebagai hari anniversary pernikahannya dengan Yasinta.
"Maafkan aku, Yasinta. Kita makan malam sekarang. Pekerjaanku masih bisa aku tunda besok. Kita dinner ya? Kamu cari tempat yang enak untuk acara kita malam ini," ucap Wibisono pelan.
Wibisono, pria yang sangat baik. Ia menikah dengan Yasinta karena perjodohan dari keluarga besarnya. Ia merasa bersalah, karena hingga kini Yasinta belum juga hamil.
Senyum Yasinta melebar dari balik ponselnya. Semua rencananya sepertinya akan berjlan dengan lancar.
"Ya, kita dinner. Lalu, kalau kamu mau lanjut kerja lagi tak apa. Aku ingin berbelanja dan aku akan menunggumu pulang di rumah kita," cicit Yasinta dengan nada manja.
"Rumah kita? Rumah kayu?" tanya Wibisono pelan. Beberapa tahun lalu, sebagai hadiah anniversary yang kelima, Yasinta meminta rumah kayu yang terletak d balik bukit. Rencananya rumah itu akan di jadikan vila jika keduanya ingin berlibur.
"Ya, Rumah kita? Apa kamu lupa, Mas?" tanya Yasinta pelan.
"Aku tidak lupa, Yas. Maafkan aku, bila belum bisa membahagiakanmu dan belum bisa memberikanmu keturunan seperti yang kamu impikan. Maafkan aku, Yas," ucap Wibisono lirih.
"Iya, Mas. Tidak apa -apa. Mungkin jalan hidup kita begini. Tapi aku bangga, selama ini Mas juga setia dan tak pernah mencari yang lain," ucap Yasinta sedikit menyentil.
"Bukannya malah itu seharusnya kamu, Yas. kamu yang sabar mengahdapi aku yang banyak kekurangan ini. Kamu yang masih setia menemani aku," ucap Wibisono semakin merasa bersalah.
"Kamu masih setia denganku kan Mas?" tnya Yasinta mulai mencari -cari pembahasan.
"Tentu aku setia padamu Yas. Untuk apa lai? Mana ada lelaki yang memiliki kekurangan seperti aku ingin macam -macam. Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, Yas? Kamu masih sanggup bertahan dnegan keadaan ini?" tanya Wibisono kemudian.
"Aku bangga memilikimu Mas. Kamu pekerja keras, dan kamu selalu mencukupi kebutuhan aku," jawab Yasinta dengan pelan.
"Tapi aku? Aku tidak bisa membuatmu puas di ranjang dengan keperkasaanku, Yas. Kamu tentu merasa jenuh dengan pernikahan kita," ucap Wibisono yang terus di hantui rasa bersalah terhadap Yasinta.
Sejak pernikahannya dulu, Wibisono sudah tak bisa lagi membahagiankan Yasinta secara batin. Pernah suatu hari, Yasinta sudah mempersiapkan segalanya untuk malam pertama mereka, namun lagi -lagi Wibisono gagal. Sejak itu Yasinta sedikit berubah, namun tetap mengurus Wibisono dengan baik
Banyak slentingan yang mengabarkan bahwa yasinta selingkuh dengan bawahan Wibisono. Tapi, Wibisono tidak mau ambil pusing. Ia bahkan tak peduli dengan celotehan tak bertuan itu. Ia akan percaya, jika ia melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri.
"Apa artinya semua itu, asal kamu mau berobat?" jelas Yasinta lembut.
"Kamu tahu kan, Yas? Bahkan dokter pun bilang padamu. Aku tidak bisa sembuh. Seumur hidupku, aku akan seperti ini. Apa kamu mau bertahan?" tanya Wibisono sendu.
Wibisono duduk dimeja kerjanya dan memandangi foto Yasinta yang cantik. Wanita baik pi,ihan orang tuanya yang begitu setia padanya selama sepuluh tahun ini.
"Aku tahu Mas. Aku akan tetap bertahan, selama aku tahu Mas pun setia padaku. tapi, aku akan pergi, jika aku tahu Mas Wibisono ternyata memiliki perempuan lain elain aku?" cicitnya manja.
"Aku tidak akan pernah melakukan itu, Yas. Aku sangat mencintaimu," ucap Wibisono dengan jujur.
"Aku juga mencintai kamu, Mas," jawab Yasinta lembut.
"Kita jadi dinner? Kirim lokasinya kepadaku?" ucap Wibisono pelan.
"Ya, aku kirim ya," jawab Yasinta pelan.
Hari ini tentu menjadi hari bahagia bagi Wibisono yang akan merayakan hari anniversarynya bersama Yasnita, istri sempurnanya itu.
Bagi Wibisono, Yasinta adalah bidadari yang di kirim dari surga untuk menemaninya di dunia dengan segala kekurangannya. Yasinta tak pernah mengeluh sedikit pun.
Yasinta sudah emmilih restaurant yang senagja tidak jauh aksesnya menuju rumah ayu dan kantor Wibisono . Semua rencana sudah di atur sedemikian rupa dan Yasinta berharap semuanya akan lancar -lancar saja.
"Hai Windu?" panggil Yasinta kemudian.
"Sore Nyonya?" jawab Windu sopan saat menghampiri Yasinta.
"Sudah siap? Kita ke butik dulu yuk?" ucap Yasinta pelan.
Windu hanya mengangguk pasrah. Kontrak itu sudah ia setujui. Uang muka pembayarannya pun sudah Windu terima.
"Kita mau ada acara apa?" tanya Windu pelan.
"Ikut saja. Malam ini kita makan enak, pokoknya," ucap Yasinta pelan.
Windu hanya diam dan mengedar pandangannya dari dalam mobil ke arah luar jendela.
Yasinta memang orang kaya. Semua tersedia dan supir pun selalu ada untuk dirinya. Sang supir pun menatap Yasinta drai balik kaca spion tengah.
Siapa yang tidak suka dengan Yasinta? Wanita cantik, muda, pintar, dengan tubuh molek dan gemoy. Wanita yang pandai menempatkan diri namun ia seorang wanita yang hiperseks. Ia tak pernah puas pada satu lelaki saja, tapi permainannya sungguh cantik dan aman.
Sore ini, Windu di dandani dnegan sangat cantik dan di pakaikan pakaian mahal dan seksi. Bahkan kecantikannya kini melebihi Yasinta.
Windu sudah duduk di salah satu meja restaurant pesanan Yasinta. Yasinta banyak memesankan makanan dan minuman untuknya. Makanan dan minuman yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Kamu di sini sendiri ya. Tunggu saja, aba -abaku. Nanti, aku dan suamiku akan makan malam di sini dan kamu bisa lihat, seperti apa rupa suamiku. Dia tampan, gagah, pintar, dan perkasa. Tiada duanya, dia lelaki yang amat sempurna," ucap Yasinta yang begitu membanggakan suaminya itu.
Windu hanya terdiam. Kedua matanya terus mengekor gerak -gerik Yasinta yang menurutnya sedikit aneh. Ada hal yang Windu tida tahu tentang Yasinta. Ia terlihat sangat baik dan sopan ekali.
'Tidak mungkin ia memiliki niat buruk terhadap saminya sendiri,' lirih Windu membatin.
Pelan tapi pasti, Windu mencicipin edikit demi sedikit makanan yang ada di atas meja. Makanan yang sangat lezat dan belum pernah Windu mencicipinya.
Sekilas Windu melihat, yasinta nampak sibuk dengan ponselnya. Raut wajahnya nampak bahagia dengan tertawa lepas seolah tak ada masalah.
Tidak lama, ponsel itu di matikan. windu melihat ada seorang laki -laki yang datang menghampiri Yasinta. Laki -laki yang tampan, gagah, macho, sesuai dengan yang di ucapkan yasinta tadi.
Lelaki itu langsung memeluk Yasinta dan mencium wanita itu dengan sangat tulus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Naryati
Semangat kakak...
2022-08-31
1