Mendengar jawaban dari dokter seketika Mama Ika dan Kiara langsung tak sadarkan diri. Bahkan Kiara masih menggunakan baju yang akan di pakai untuk akad.
Setelah beberapa saat Kiara sadar dari pingsan lalu berteriak histeris memanggil Raka.
"Tenang sayang" kata Mama Aisyah, Mama Kiara.
"Ma, Mas Raka baik baik saja kan" tanya Kiara.
Seketika membuat Mama Aisyah tidak bisa menjawab pertanyaan dari putrinya. Menangis lalu memeluk Kiara.
"Dek kamu yang tenang ya, berdoa semoga Raka bisa melewati masa kritisnya" ucap Kakak laki laki Kiara, Haikal.
"Kak aku mau melihat Mas Raka" ucap Kiara.
"Baik ayo sebentar Kakak ambil kursi roda dulu"
"Tidak perlu Kak, Kia masih kuat untuk jalan" Kiara berkata.
"Baiklah ayo" jawab Haikal.
Kiara berjalan dengan dituntun oleh Kakak laki laki dan Istrinya, sedangkan Mama Aisyah serta Papa Surya berjalan dibelakang mereka.
...****************...
Di waktu yang sama, diruang sebelah tempat Kiara. Mama Ika tersadar dari pingsannya juga.
"Rakaaaaaaaa" teriak Mama Ika.
"Mama sudah sadar" tanya Dina, adik perempuan Raka.
"Dimana Raka?" tanya Mama Ika.
"Mama tenang dulu ya" jawab Dina.
"Antar Mama ke tempat Raka, Din" pinta Mama Ika.
Papa Andi yang melihat istrinya sudah siuman dan berjalan mendekat ke arahnya seketika langsung menghapiri sang istri dan membantu memegang pundak Mama Ika yang masih terlihat lemas.
Disana sudah ada Kiara dan keluarganya, dan ada sepasang suami istri dan seorang pemuda yang masih setia menunggu kabar tentang keadaan Raka. Tak lupa sahabat Kiara juga masih setia mendampingi Kiara.
Tak lama ruangan tersebut terbuka kembali dan muncul Dokter berjalan keluar.
"Dok bagaimana keadaan anak saya" tanya Mama Ika.
"Maaf bu kondisi saudara Raka masih kritis, namun beliau sekarang dalam keadaan sadar" jawab Dokter.
"Apakah boleh saya masuk Dok?" tanya Kiara.
"Boleh namun harus bergantian, takutnya menggangu keadaan pasien" "Baiklah saya permisi dulu" pamit sang Dokter.
Kiara dan Mama Ika yang masuk dulu kedalam.
"Mas" panggil Kiara lirih dengan menggengam sebelah tangan Raka yang tidak ada jarum infus.
"Kiiii aaaaa" jawab Raka dengan lirih dan terbata namun masih memberikan senyuman.
Sedangkan Mama Ika menangis melihat anaknya sedang merasa kesakitan meski tidak menunjukkannya.
"Maa" panggilnya Raka kepada Mama.
"Raka kamu harus kuat ya" ucap Mama Ika.
Namun hanya dijawab dengan senyuman.
"Kia, nanti apapun yang terjadi kamu harus ikhlas ya" kata Raka terbata.
"Mas kamu gak boleh ngomong begitu, nanti setelah kamu sembuh kita akan menikah, kamu harus sembuh" jawab Kiara sambil menangis.
"Tidak Sayang Mas sudah bahagia bisa melihat kamu memakai baju kebaya dan dirias, tetap tersenyum" Kata Raka.
"Raka Mama keluar dulu" kata Mama Ika.
"Kia kamu disini saja temani Raka"
Kiara menjawab dengan anggukan.
Kemudian Papa Andi dan sang Kakak yang merupakan Om dari Raka masuk.
"Paa, O omm" panggil Raka lirih.
"Iya Raka Om disini" jawab Om Ilham, sedangakan Papa Anfi hanya diam tak bisa berkata ketika melihat anaknya yang menahan sakit.
"Om, Kak Al dimana?" tanya Raka.
"Ada di luar" jawab Om Ilham.
"Sebentar Om panggilkan"
Kemudian Om Ilham masuk dan diikuti pemuda tampan dibelakangnya yang tak lain adalah Alfian.
"Kak"
"Iya Ka" jawan Alvian dengan berjalan mendekat ke brankar.
"Kak aku minta tolong jaga Kiara dan Dina" kata Raka.
Sontak membuat semua kaget.
"Mas kamu ngomong apaan sih" sahut Kiara.
"Raka minta Kakak gantiin Raka untuk melindungi dn membahagiakan Kiara" pinta Raka lagi kepada Alvian.
"Maksudnya" tanya Alvian bingung.
"Tolong gantiin peran suami Raka untuk Kiara"
deg. semua tertegun dengan permintaan Raka.
"Raka" tegur Papa Andi.
"Pa kemungkinan waktu Raka tidak lama lagi" jawab Raka.
"Mas jangan bicara yang tidak tidak" ujar Kiara sambil menangis.
"Kia mas mohon kamu harus bahagia jangan lupa tersenyun apapun keadaannya" jawab Raka.
"Kak Al, apa Kakak bisa?" tanya Raka.
Alvian kembali mendapat pertanyaan dari Raka menoleh kearah Papanya dan Papa Raka. Semua menjawab dengan anggukan kepala pertanda semua setuju.
"Kak tolong ini permintaan terakhir Raka, jangan membuat Kiara menangis bahagiakan dia" seketika membuat Kiara menangis sesengukan.
"Baik akan Kakak kabulkan" jawaban Alvian membuat Kiara seketika merasakan sesak teramat dalam.
30 menit setelahnya, Semua orang berkumpul dalam ruangan Raka. Penghulu pun juga sudah datang.
"Apa sudah siap saudara Alvian?" tanya penghulu.
"Insyaallah saya sudah siap" jawab tegas Alvian.
Ijab kabul dilaksanakan di ruangan rumah sakit dan di saksikan Raka.
“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Alvian Putra Pramana Bin Bapak Ilham Pramana dengan anak saya yang bernama Kiara Aulia binti Surya Wijaya dengan maskawinnya berupa emas seberat 231 gram dan alat sholat tunai.” ucap Papa Surya yang menikahkan putri satu satunya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Kiara Aulia binti Bapak Surya Wijaya dengan maskawin emas 231 gram dan alat sholat tunai" jawab Alvian dengan tegas dan lantang.
"Bagaimana saksi apakah sah" Tany penghulu.
"sahh" jawab serempak semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut bahkan ada perwakilan dari pihak rumah sakit untuk dijadikan saksi.
Pemuda 28 tahun tersebut telah resmi menyandang gelar suami daripada Kiara. Maka sekarang Kiara adalah tanggungjawabnya.
Namun tangis Kiara sampai sekarang tak kunjung terdiam. Bahkan bertambah kencang.
Raka yang menyaksikan acara ijab kabul antara Alvian dan Kiara sekatika tersenyum. Kemudian Alvian mendekati brankar dan mengenggam tangan Raka lalu berkata.
"Sudah Kakak turuti permintaan mu" kata Alvian.
"Terimakasih Kak" jawab Raka tersenyum dan menutup mata.
Tidak ada yang tahu jika Raka menutup mata tersebut karena sudah meninggal. Mereka kira Raka menutup mata karena terharu.
Alvian yang merasakan genggaman tangan Raka terlepas seketika tersadar akan keadaan adik sepupu nya.
"Dok tolong periksa Raka" kata Alvian dengan panik.
"Maaf permisi saya periksa sebentar" jawab dokter mendekati brankar.
"Innalilahi wa Innalilahi rojiun" lirih sang dokter tetapi masih terdengar oleh semua orang"
...****************...
Jenazah Raka dikebumikan di tempat pemakaman umun dekat perumahan orang tua nya.
Semua merasakan duka, terutama Kiara. Meski sekarang status ia sudah menjadi istri Alvian, namun hatinya masih tersimpan dengan rapi nama Raka.
Tepat di depan pusara Raka, Kiara masih enggan meninggalkannya. Alvian yang melihat istrinya sangat terpukul memaklumi keadaannya yang tak mudah untuk menerima apalagi untuk statusnya yang sekarang.
"Kia, ayo kita pulang" ajak Alvian dengan suara lembut.
"Sebentar aku masih mau disini" jawab Kiara tanpa menoleh.
Langit mendung seketika ikut membasahi bumi seperti mengerti keadaan dan perasaan Kiara saat ini.
Dengan setia Alvian menemani Kiara yang tk nampak akan bediri. Tiba tiba tubuh Kiara jatuh ke tanah dengan segera Alvian menangkap.
Ternyata Kiara pingsan, Alvian langsung mengendong tubuh kecil Kiara menuju mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments