Hawa dingin di malam hari ini merasuk menembus kulit dan melumpuhkan tulang para manusia di sana.
Rumah Dennis cukup gelap dan bernuansa seram melihat tak ada lagi sesosok yang masih terjaga di tengah malam ini, suara gemercik air kamar mandi tiba-tiba terdengar di dalam kamar Dennis dan Mira, membuat Dennis terbangun dan segera duduk di pinggir ranjang.
Dengan segala kesadarannya ia mulai berdiri dan berbalik sebentar melihat Mira yang masih tidur dengan lelapnya.
“Jennie?” panggil Dennis sambil mendekati kamar mandi karna ia pikir seorang yang ada di sana adalah Jennie.
Dennis semakin mendekat dan ia segera memutar knop pintu.
Kamar mandi itu tanpa tanda-tanda mulai menghentikan saluran air dan mematikan lampu kamar mandi yang sempat menyala saat Dennis belum memasuki kamar mandi itu.
Pintu kamar mandi tertutup kasar dengan suara keras yang membuat Mira terjaga dari tidurnya, Mira segera membuka mata dan menoleh menatap kamar mandi yang pintunya dengan secara kasar tertutup.
Mengetahui suaminya tak ada di sampingnya dan gelapnya kamar ini lampu meja yang di samping ranjangnya segera ia nyalakan namun lampu itu terlihat lebih susah untuk dinyalakan dan pada akhirnya lampu itu berhasil menyala setelah beberapa kali ia paksakan, lalu Mira segera berbalik dan ia dikejutkan oleh sesosok mahluk yang berada di atas lemari, itu seorang nenek yang sedang duduk bersimpuh di sana.
Mata Mira ia tajamkan agar lebih jelas melihat keberadaan mahluk itu lalu seorang nenek itu membuka matanya yang terlihat semuanya hitam menyala, lalu ia menoleh menatap tepat di samping tubuh Mira, Mira tanpa sadar mengikuti arah pandang nenek itu namun sampai terkejutnya melihat sesosok kakek tua dengan kedua bola matanya yang hampir keluar dan goresan-goresan yang begitu banyak diwajahnya Mira secara tak sengaja menjerit keras membuat kakek itu dengan perlahan hilang dengan meninggalkan asap di sekitar Mira yang masih menjerit sambil menghempaskan selimut tebal itu ke udara.
“Mira?!” panggil Dennis tegas sesudah ia berhasil membuka pintu kamar mandi.
Mata Mira kembali terbuka setelah ia rasa akan ada suaminya yang melindunginya.
“Tadi, tadi aku, aku melihat seorang pria paruh baya, seorang kakek.” jelas Mira terlihat bingung dan ketakutan mengatakannya.
Mira kemudian menunjuk ke atas lemari namun ia dengan segera kembali menarik lengannya dan menoleh pada Dennis yang sesaat tadi sedang menatap lemari.
“Tadi aku juga melihat seorang nenek di sana.” aju Mira terdengar merengek.
Dennis merasa Mira mimpi buruk tadi dan ia segera mendekati Mira untuk membuat istrinya itu lebih tenang.
“Hei, tak ada apapun di sini. Mungkin Kau tadi mimipi buruk jadi terbawa sampai Kau bangun.” kata Dennis lembut lalu mengusap ujung kepala Mira sambil tersenyum tipis.
“Tidak! Tadi aku melihatnya, sungguh!” sela Mira menatap kembali lemari di depannya.
“Ya, ya. Sekarang ayo tidur. Ini baru pukul sebelas malam.” tanggap Dennis diterima oleh Mira yang kembali berbaring dan mencoba melupakan kejadian tadi yang dibantu oleh Dennis yang menepuk pelan sekitar perut Mira.
Dennis juga tak kalah bingungnya dengan Mira saat di kamar mandi, jujur hal ini baru pertama ia rasakan dan alami.
*.*.*
Dennis memeriksa beberapa laporan di kertas dan komputer namun pergerakannya terhenti ketika ia rasa ia harus ke toilet, Dennis segera beranjak dari duduknya tapi pandangannya segera tertuju pada surat kecil di ujung mejanya namun ia tak menghentikan keinginannya untuk ke toilet.
“Sekretaris Kim, apa Anda meninggalkan sebuah surat di ruangan saya?” tanya Dennis sesudah ia membuka pintu ruang kerjanya.
Pria berwajah serius itu mengerutkan dahi heran sambil menggeleng tanda tidak menyetujui pertanyaan atasannya tersebut.
“Tidak Direktur, saya tadi tidak memasuki ruangan Anda.” jelas pria bermarga Kim itu.
Dennis mengerutkan dahinya setelah mendengar penjelasan Sekretarisnya itu, tak ingin ambil pusing Dennis segera berjalan kembali menuju toilet.
.
.
Mira tersenyum kecil mengetahui isi rumah ini sudah bersih dan jauh dari kata berdebu dan kotor, namun belum satu lagi ruangan yang ia bersihkan yaitu kamar anaknya.
Entah Jennie sudah bangun atau tidak yang penting sekarang sudah menunjukkan pukul delapan pagi yang artinya anaknya itu harus segera bangun dari alam bawah sadarnya.
“Jennie!” panggil Mira sambil menaiki satu persatu anak tangga.
Jennie merasa ia dipanggil oleh ibunya namun dengan segala tingkah nakalnya ia masih terbaring menyamping di atas tempat tidur dan sibuk memainkan jarinya di ponsel miliknya.
“Jennie?” panggil Mira pelan sesudah ia memasuki kamar anaknya tersebut.
Mengetahui secercah cahaya muncul dibalik selimut tebal anaknya Mira berdecak dan melangkah mendekati ranjang anaknya.
“Hei! Jangan main terus sayang, ayo bangun.” pinta Mira menepuk punggung Jennie yang tertutupi oleh selimut.
Selimut itu segera terbuka dan menampilkan sosok Jennie yang masih dengan wajah kusamnya dan rambut yang jauh dari kata rapi.
“Ck, ibu.” rengek Jennie dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.
Mira menghela napas lalu berdiri dan berkacak pinggang tanda ia tak mau dibantah.
“Jennie, sekarang juga ibu ingin Kau segera mandi dan berpenampilan rapi, ya?” perintah Mira mencoba menyembunyikan kemarahannya.
Jennie mendongak menatap ibunya malas, seharusnya ibunya tahu jika ia ingin diperilakukan lembut, dia baru berumur enam tahun.
“Ahh, nanti saja.” tolak Jennie yang menahan tangisnya.
“Jika Kau mandi, ibu akan mengajakmu untuk ke mall, nanti ibu akan membelikanmu boneka baru sayang.” rayu Mira tak mengetahui jika anaknya akan segera menangis.
“Aku ingin di rumah saja.” sela Jennie dengan suara yang bergetar.
Entah karna apa Mira tiba-tiba merasa sudah tak tahan lagi menanggapi penolakan Jennie, Mira dengan sengaja menghentakan salah satu kakinya menimbukan suara yang semua anak kecil tak suka.
“Kenapa susah sekali membuatmu untuk lebih bisa rapi? Bersih?”
“Itu karna ibu tak pernah mengerti apa yang aku mau?!” teriak Jennie bersamaan dengan tangisnya.
Pernyataan dari Jennie membuat Mira semakin marah, Mira segera melangkah menuju pintu kamar—membuka pintunya, menuruni tangga lalu berakhir ke pintu rumah dan menutup pintu kembali setelah menghilang di balik pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments