Program televisi dari Korea itu tak dapat mengalihkan pikiran kedua pasangan pasutri ini, mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Heuh. Aku tidak dapat mengalihkan pikiranku dari cerita bocah itu, ini terlalu menyeramkan.” gumam Mira sebelum menuangkan teko berisi teh pada cangkirnya dan suaminya.
Dennis menoleh cukup lama pada Mira lalu kembali terfokus pada TV yang ia lihat namun tak ia perhatikan.
“Ayolah! Ia hanya anak kecil miskin yang kehilangan orang tuanya, lalu karna ia tahu ada warga baru di sini ia membuat lelucon yang sering ia ceritakan kepada temannya.” kata Dennis menenangkan Mira.
“Tapi aku percaya jika seorang bocah umur 11 tahun itu tidak akan berbohong. Menurutnya apa ia akan mendapatkan permen jika ia menceritakan hal aneh pada kita?” tanya Mira tergesa-gesa.
“Eum, mungkin saja.” balas Dennis seringan mungkin. Mira menatap tak suka pada Dennis karna menyepelekan urusan ini.
“Bagaimana lagi aku harus membuatmu tenang? Jujur dalam hatimu, apa Kau percaya pada anak sekarang yang suka membuat keributan? Jahil? Dan nakal?” tanya Dennis sesudah menoleh menatap istrinya yang lebih muda tujuh tahun darinya.
Mira mengalah karna ia pikir hal seperti ini akan membuat dirinya sendiri menjadi pusing, toh hanya anak kecil.
*Besoknya*
Mira terbangun dari tidurnya saat mendengar suara bising disampingnya.
Dennis merasa istrinya terjaga dari tidurnya karna ia sibuk menggeledah beberapa baju yang ada di lemari pakaian, ia lalu menoleh melihat Mira yang sedang mengikat rambutnya lalu beranjak mendekati Dennis.
“Apa yang Kau cari?” tanya Mira dengan suara khas bangun tidurnya.
“Dasiku, yang berwarna biru.” jawab
Dennis sambil kembali mencari dasinya. Tanpa perintah, Mira mulai ikut mencari di bagian ujung lemari.
“Mungkin Kau lupa membawanya, pakailah yang lain.” nasihat Mira sambil menyodorkan lipatan dasi bercorak di genggaman.
“Ibu, ayah.” panggil Jennie dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamar.
Mira segera berbalik dan melangkah mendekati pintu kamarnya setelah Dennis mengambil dengan berat hati dasi itu.
“Heum? Kau sudah bangun? Mau ibu buatkan sarapan?” ajak Mira sambil menggenggam tangan kecil Jennie menuju kedapur.
Mira dengan cepat mengambil beberapa roti lalu mengolesinya dengan selai coklat dan meletakan roti itu ke piringnya, Jennie dan Dennis.
Suara sepatu pentofel dari Dennis terdengar menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
“Rapatnya tiga puluh menit lagi, aku harus segera ke sana sekarang.” jelas Dennis membenahi letak dasi dan jasnya.
Mira tersenyum tenang lalu membujuk Dennis untuk meminum susu yang ia buat walau hanya seteguk saja.
“Ayah tidak mau makan bersama?” tanya Jennie menatap sendu ayahnya.
Dennis segera menghentikan minumnya dan menghampiri Jennie lalu menangkup kedua pipi anaknya yang sedang berdiri di depannya.
“Bukannya ayah tidak mau, tapi atasan ayah menyuruh ayah untuk segera kekantor. Lain kali, ya?” pinta Dennis lembut lalu mengusap kedua pipi anaknya.
Jennie tersenyum kecil dan mengangguk mengerti tentang pekerjaan ayahnya.
“Kalau begitu, ayah pergi dulu!” kata Dennis mengakhiri pembicaraan kecilnya pagi ini.
Mira tersenyum bahagia karna walaupun suaminya secara tak langsung bekerja 24 jam namun kebersamaan antara keluarga tetap ada di sana.
—
—
Arnad Winata
Shafiyya Adila
Maulana Hakim
Baca Novel aku selanjutnya dengan judul Kekasih Ajarkan Agama 😉😄
Jangan lupa like, favorit dan komen 😘😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sinta Pramukti
kasian banget nasib hyeon chul , huhuhuhu
2020-04-02
0
Khanza
boom like
2020-03-23
0