Berita kematian Bahrul karena tersambar petir begitu cepat tersebar luas di kampung Cijulang wetan nama desa tempat tinggal Safitri, Hampir sebagian besar penduduk keluar dari rumahnya berdiri di sepanjang jalan berkerumun bahkan ada yang berlarian kecil menuju ke arah jalan tempat kejadian
Dari ujung jalan desa iring-iringan penduduk kampung yang membawa tanduk tampak berjalan bergegas. hampir semua mata yang dilewati oleh iring-iringan jenazah tampak takut atau terenyuh melihat keadaan Bahrul terbujur aku di atas tandu dalam keadaan gosong.
"ASTAGFIRULLAH INNALILLAHIWAINNAILAIHIROJIUN!" teriak hampir sebagian warga. saat melihat keadaan jenazah Bahrul yang sangat mengenaskan.
""MIRAH! ETA LALAKI MANEH MAOT!" lengking salah satu tetangga Mirah menerobos masuk rumah Safitri dengan nafas terengah.
PYARR
Piring di tangan Mirah seketika jatuh di lantai semen dan tempe goreng diatasnya berhamburan jatuh ke lantai.
Mulut Mirah ternganga dengan pandangan kosong membulat kaget tak percaya, dadanya tampak turun naik seketika nafasnya tersengal mendengar kabar duka kematian suaminya. Tubuh Mirah limbung sementara tangan kurusnya berusaha menopang tubuh itu dengan berpegang pada salah satu tiang bambu yang ada di dapur.
"EMAKKK!" teriak Safitri menghambur langsung memeluk tubuh ibunya.
"Emakkk! Huuuu hiks huuuuu...." tangis pilu indah pecah seketika melihat Mirah yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri.
"Bapakkkk hiks bapakkkkk huuuuuu..." tangis Ayu pun pecah seketika, tubuhnya ambruk bersimpuh di lantai.
Ayu meraung sambil menekuk lutut dan menyembunyikan tangis nya.
"Cepat ambil kayu putih!" ucap Sarmi salah satu keluarga terdekat Mirah.
"Emakk! bangun makkkk hiks hiks bangun makk hiks hiks." ratap Safitri sambil mengusap lembut pipi Mirah yang ada di pangkuannya.
Sementara dari luar terdengar suara riuh dari beberapa penduduk yang mulai berdatangan memasuki halaman rumah Safitri
"AWAS MINGGIR!!" suara lengkingan seorang pria paruh baya begitu memasuki halaman rumah Safitri.
"Awas hati-hati! Letakkan jenazahnya di atas dipan itu," perintah Samsul pada rekan-rekannya agar meletakkan jenazah Bahrul di sebuah dipan yang ada di ruang tamu rumah Safitri.
"BAPAKK!!" teriak Indah, Ayu dan Safitri hampir berbarengan begitu melihat jenazah Bahrul sang ayah yang terbujur kaku dalam keadaan gosong.
Ayu dan indah langsung menghambur mendekati dipan kayu dan menangis meraung di samping jenazah ayahnya sambil duduk bersimpuh, sementara Safitri hanya bisa memeluk erat tubuh Mirah sang ibu sambil matanya menatap tubuh jenazah sang bapak dengan linangan air mata.
Hampir seluruh penduduk kampung keluar di senja itu berkerumun di depan rumah Safitri. Tangis dan ratap pilu dari dalam rumah Safitri bercampur dengan suara tumpang tindih masyarakat yang begitu riuh dan ramai.
Sarmi mengoleskan minyak angin Kampak tepat di bawah hidung Mirah untuk membuatnya sadar, usaha ini ternyata berhasil beberapa menit kemudian Mirah kembali siuman . Begitu netra senjanya terbuka, bola mata itu berputar mencari sesuatu dan tatapannya jatuh pada dipan di mana tubuh kaku suaminya terbaring.
"Bapakkk!" suara pilu Mirah bangun dan berjalan terhuyung dengan membungkuk mendekati dipan.
Tangan Mirah gemetar terulur saat mengusap pucuk kepala suaminya. Safitri berjalan lemas tak bertenaga mendekati jenazah sang ayah dengan linangan air mata lalu dia mengusap lembut kaki sang ayah.
Hampir semua orang yang ada di rumah itu ikut merasa sedih melihat duka kala senja yang melanda keluarga Safitri.
***
Duk Duk Duk Duk
Bunyi langkah kaki menaiki tangga sebuah rumah panggung yang terlihat mewah ditengah perkebunan buncis baby dan juga sayur-sayuran yang lain tampak berdiri megah.
"Permisi Tuan, sepertinya kita tidak bisa kembali ke Jakarta malam ini karena mobil tu-." ucap pria berbadan tinggi tegap yang berusia sekitar 30an tahun berwajah ganteng tapi sangar tiba-tiba seperti tercekat berhenti di tenggorokan saat ujung mata yang dipanggil Tuan melirik ke arahnya tajam.
"Siapkan kamar! Aku ingin istirahat." ucap si tuan tanpa melihat ke arah pria di depannya.
Pria itu memandang pekatnya malam lewat jendela, hawa dingin mulai menusuk kulit dan tulang walaupun dalam balutan baju hangat sekalipun.
"Tunggu Is." panggil pria itu saat Ismail asistennya hendak meninggalkan ruangan di mana dia berada.
"Iya Tuan Kemal. Apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya Ismail kepada Kemal.
"Carikan aku tem-"
Dreettt dreettt dreettt.
Bunyi dering telepon membuat Kemal tak jadi meneruskan perintahnya pada Ismail.
"Ppfffff!' tarikan nafas dalam dan dibuang secara kasar keluar dari mulut Kemal.
"Ck. Gak ada kerjaan apa selain ganggu hidup gue." gumam Kemal sinis sambil menarik sudut kanan bibirnya ke atas.
Kemal mendudukkan bokongnya di kursi santai yang letaknya tak jauh dari tempat dia berdiri, begitu tangannya menekan dan menggeser tanda panggilan ke atas seketika ekspresi dan juga suaranya berubah dan bertolak belakang.
"Malam Yang Kung, tumben Yang Kung belum istirahat jam segini." suara Kemal terdengar ramah berbasa-basi dengan si penelpon di seberang.
"Fabian besok pulang. Kalau sampai besok kamu tidak memperkenalkan calon cucu menantu eyang, Fabian yang akan mengambil posisimu di perusahaan kita." kata Bastian pemilik Sari sehat group sekaligus kakek Kemal.
Bastian adalah seorang dokter penyakit dalam yang puluhan tahun lalu mulai merintis usaha di bidang kesehatan terutama rumah sakit hingga usahanya menjadi besar, bahkan sudah memiliki beberapa cabang rumah sakit besar di kota-kota besar.
Bastian memiliki dua cucu dari dua putranya yaitu Kemal dan Fabian, Fabian sejak SMA sudah tinggal di Inggris untuk menimba ilmu bidang kedokteran. Sementara Kemal lebih memilih tetap di Indonesia untuk melanjutkan studinya di sebuah kampus kedokteran ternama yang ada di Jakarta.
Kemal dan Fabian adalah dua saudara sepupu yang selalu bersaing sejak kecil dalam bidang apapun, dalam setiap persaingan Fabian selalu menonjol dan selalu bisa mengalahkan Kemal hal itu membuat Kemal merasa tersisih.
Satu hal yang menjadi keberuntungan Kemal adalah dia cucu pertama dari Bastian dan itu artinya Kemal adalah penerus pimpinan di Sari sehat group.
"Yang Kung tolong kasih Kemal wak-" kalimat Kemal terpotong saat sambungan telepon sudah diputus Bastian dari seberang.
"Shitt! geram Kemal meremas HP di tangannya.
Sementara Ismail yang dari tadi memperhatikan Kemal hanya mengulum senyum tipis.
"Ambilin gue minuman yang bisa ngelupain semuanya Is. Gue pengen bisa tidur malam ini." titah Kemal yang langsung dibalas dengan anggukan Ismail.
Begitu Ismail keluar, Kemal menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi santai dia menghela nafas panjang sambil menatap langit-langit plafon dengan warna putih bersih.
"Aaagggrrr? Siapa yang bisa gue jadiin tumbal biar gue nggak tersisih dari posisi gue saat ini?" geram Kemal sambil mengacak rambutnya.
Malam makin pekat ada duka di keluarga Safitri ada galau di hati Kemal tapi semua muara dari duka dan permasalahan dua insan yang berbeda latar belakang keluarga adalah sama, antara memperjuangkan hidup untuk tetap hidup dan mempertahankan kemewahan hidup agar tidak terenggut.
Yuk kepoin lagi kisah Safitri dan Kemal di episode berikut pengen tahu kan bagaimana mereka dipertemukan?
Terima kasih banyak untuk yang sudah mampir jangan lupa like favorit rate dan juga komentarnya Kaka 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Yang tabah ya memang ngga mudah melewatinya 🥺
2023-01-26
0
⏤͟͟͞R Kᵝ⃟ᴸ ɛ𐓜ɛ𑜷 𝐙⃝🦜❣️
minum sianida pasti lupa semua masalah kemal👀🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2022-12-16
1
⏤͟͟͞R Kᵝ⃟ᴸ ɛ𐓜ɛ𑜷 𝐙⃝🦜❣️
kita juga ikut bersedih danberduka safitri. nyesek banget pastinya
2022-12-16
2