...☘️ HAPPY READING ☘️...
...----------------...
Plaaakk!
Beberapa kali tamparan melayang tepat dipipi kiri dan kanan gadis itu. Kerasnya tamparan membuat wajah Asmara tertoleh kesamping, hingga beberapa helai rambut menutupi wajah cantiknya.
Asmara hanya diam, pipinya memanas dengan tangan yang sudah mengepal.
Ini bukan pertama kalinya gadis cantik berdarah campuran itu mendapatkan perlakuan seperti ini.
Plaaakk!
"Aaaahhkk...," tubuh Asmara tersungkur kelantai saat wanita parubaya itu kembali melayangkan tangannya untuk yang kesekian kalinya.
Pipi putih mulus yang biasa Galih usap dan kecup dengan kasih sayang, kini telah berubah warna menjadi kemerahan dengan jiplakan tangan lima jari disana.
"Dari mana saja kamu!" tanya Anggita. Mama Asmara.
Gadis itu terdiam, bahkan tak ada niat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Tangannya sibuk menyeka darah segar yang mengalir disudut bibirnya.
Anggita semakin geram ia pun mendekat lalu sedikit merendahkan tubuhnya dihadapan gadis itu. Tangannya terulur menarik kasar rambut panjang Asmara hingga kepalanya mendongak keatas.
"Sudah aku katakan berulang kali, jangan pernah membuat masalah tapi kenapa kamu ulangi terus ha!" bentak Anggita hingga memekakkan telinga bagi siapapun yang mendengarnya.
Asmara meringis sakit, merasakan tarikan dikepalanya semakin kuat.
"JAWAB!" bentak Anggita. Nafas wanita itu naik turun tak karuan, putri semata wayangnya benar-benar berhasil membuat amarahnya meledak kali ini.
Asmara tetap diam. Berbicara pun percuma mamanya tidak akan pernah percaya dengan apapun yang keluar dari mulutnya.
Selain Anggita tidak seorang pun yang berani mengeluarkan suaranya diruangan ini, para pelayan hanya menundukkan kepalanya tak berani melihat sama sekali sementara para bodyguard yang juga berdiri disana hanya menatap datar seolah tak terjadi apapun dirumah besar dan mewah itu.
"Dasar anak tidak tahu diuntung, sebenarnya apa maumu ha!" bentak Anggita berapi-api. Tangannya semakin erat menarik rambut putrinya.
"Sa-sakit ma...," lirih Asmara. Gadis cantik itu sungguh tak bisa berbuat apa-apa, hingga perlahan cairan bening mulai mengalir dari sudut matanya. Sungguh siapapun tidak akan ada yang tahan berada dirumah jika terus mendapatkan perlakuan seperti ini.
Asmara menangis.
"Apa kamu tahu kesalahan apa yang kamu buat kali ini?" tanya Anggita dengan penuh penekanan.
"Ma-maaf ma...,"
"JAWAB DENGAN BENAR!" Teriak Anggita. Wanita parubaya itu menghempaskan Asmara dengan kasar hingga kepala gadis itu beradu dengan lantai.
Asmara menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa sakit yang kian menjadi tanpa henti. Mendadak kepala gadis itu terasa pusing dan beberapa detik kemudian ia pun ambruk seketika dilantai. Asmara pingsan.
Sementara disisi lain seorang pria melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip dengan lihainya hingga tak butuh waktu lama ia sudah sampai ketempat tujuan.
Pria itu keluar mobil dengan gagahnya lalu berjalan kearah tiga pria yang sedari tadi sudah menunggunya disana.
Tepat didepan bangunan mewah bercat putih yang dijaga ketat oleh beberapa orang bertubuh tegap dan kekar lengkep dengan setelan jas yang melekat ditubuh mereka.
Pria itu membisikkan rencana yang sudah disusunnya Kepada ketiga temannya. Mereka mengangguk paham lalu berpencar kelain arah. Menunggu sampai waktunya tepat baru mereka akan melancarkan aksinya.
...☘️☘️☘️...
Waktu terus berjalan, jarum jam pun terus berputar. Hari berganti malam, namun Asmara tak kunjung membuka matanya.
Darah yang berada ditangan dan sudut bibir gadis itu pun kini sudah mengering. Tampaknya Anggita melarang siapapun mendekati atau membantu Asmara. Berjam-jam tubuh kurus itu dibiarkan tergeletak dilantai.
Sungguh gadis yang malang.
Perlahan Asmara tersadar namun urung membuka matanya. Gadis itu terusik saat merasakan belaian dipipi, rambut, leher hingga akhirnya Asmara benar-benar terbangun saat sentuhan itu mulai menjalar kearea dadanya.
Matanya melotot dan langsung berdiri saat melihat sosok pria yang ada dihadapannya. Bahkan Asmara mengabaikan sakit dikepalanya yang terasa berdenyut.
"Om Leo," ucap Asmara. Mata gadis itu menatap waspada kearah pria yang sudah lancang meraba tubuhnya.
"Kamu sudah bangun,"
"Apa yang om lakuin disini!"
"Hei! ini rumah kakakku dan aku berhak keluar masuk kapanpun dirumah ini," pria itu tersenyum licik sambil meneliti penampilan Asmara dari atas sampai bawah.
Asmara mundur perlahan. Gadis itu sungguh ketakutan saat ini, apalagi saat melihat sorot mata pria itu yang terus menatap kearah rok pendek yang ia kenakan.
Bahkan dengan kurang ajarnya pria yang merupakan adik dari mamanya itu bersiul kearahnya.
"Brengsek" batin Asmara.
Leo terkekeh saat menyadari wajah Asmara yang ketakutan dan itu semakin membuatnya bersemangat untuk mendekati Asmara.
"STOP!" teriak Asmara.
Gadis itu menatap keseluruh ruangan, namun anehnya ia tak mendapati satu orang pun yang berada disana.
Lalu kemana semua para pelayan dan bodyguard dirumah ini?
"Udah.. kamu gak perlu takut sama saya, saya gak gigit kok cuma jilat aja, " ucap Leo sangat lembut disertai kekehan kecil dari bibirnya.
Mendengar kalimat itu membuat Asmara semakin bergidik ngeri. Terlebih lagi saat langkah pria itu semakin mendekat kearahnya.
Asmara berlari kearah tangga, dengan nafas memburu ia masuk kedalam kamarnya dan segera menutup pintunya.
Namun sial, sepertinya nasib baik sedang tidak berpihak kepadanya.
Tangan kokoh pria itu lebih dulu masuk kecelah pintu dan menahannya agar tidak tertutup.
"Pergi! pergi.. jangan ganggu aku!" usir Asmara.
Tangan gadis itu sekuat tenaga menahan pintunya namun sekuat itu juga pintu itu terdorong kearahnya.
Brak!!
Tubuh Asmara terhempas kelantai saat Leo berhasil mendorong kasar pintunya bahkan kepala gadis itu menghantam sudut meja rias hingga mengakibatkan darah kental mengalir dari belakang kepala hingga kebahunya.
Leo bergegas masuk dan dengan gerakan cepat pria itu mengunci pintunya.
"Om mau apa!" teriak Asmara. tubuhnya bergetar hebat membayangkan sesuatu hal buruk akan terjadi padanya malam ini.
Leo menyeringai.
"Seharusnya kamu lebih tahu saya mau apa," Leo melangkah semakin mendekat. Tangannya sibuk membuka ikat pinggal yang melilit dicelananya. Melepas dan membuangnya asal.
Asmara menggeleng. Mencoba menyeret mundur tubuhnya sebisa mungkin.
"Udah.. Kamu gak usah malu-malu, saya tahu kok kalau kamu pasti Uda sering begituankan sama pacar kamu itu,"
Lagi-lagi Asmara menggeleng.
"Ma-maksud Om apa?!"
"Saya yakin kamu tahu maksud ucapan saya! jadi khusus malam ini kamu harus puasin saya, atau.."
Leo menggantungkan ucapannya. Asmara melotot saat melihat pria itu mulai melepas bajunya dan melemparnya kesembarang arah.
"Atau saya yang akan puasin kamu," lanjut Leo. Pria itu menghamburkan dirinya kearah Asmara.
"Arrrgghhh..." jerit Asmara ketakutan. Gadis itu memberontak saat Leo dengan kurang ajarnya meraba setiap bagian inci tubuhnya yang masih dalam balutan Hoodie yang ia kenakan.
Leo yang berada tepat diatas tubuh Asmara membuatnya dengan mudah mengunci pergerakan gadis itu.
Asmara menangis sejadi-jadinya saat merasakan tangan pria itu yang mulai menyusup kebalik bajunya, bahkan berhasil meremas dua gumpalan dagingnya secara bergantian.
"TOLOOOONGG!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
anjying bgt ni tua bangka, uda sinting otaknya, miring
2022-11-12
0
jujurly, ge uda hadiahin banyak kata kata mutiara sama leo ni
2022-11-12
0
jijik bgt euy
2022-11-12
0