Seperti biasa Lingga melakukan rutinitasnya, dan kini dia sudah berada di sekolah namun sayang sekolah sedang mengadakan rapat rutin membuat kelas menjadi sangat ricuh, akibat tidak ada guru yang mengajar.
“Ah panas banget!” ketus salah satu sahabat Lingga— Yunita sambil mengibaskan buku yang berada di tangan sebagai kipas.
“Lebih panas lagi melihat dia sama yang lain,” sahut salah satu cowok di belakang mereka membuat Yunita langsung menampol wajah pria itu.
Bugh!
Satu pukulan buku melayang di wajah Pria tersebut. “Gak usah bikin panas lagi, mending pergi sana ah!” teriak Yunita membuat Lingga menutup telinganya rapat-rapat.
Yunita adalah gadis yang blak-blakan dan sangatlah usil, namun demikian Lingga tetap menjaga dan menyayangi Yunita seperti adik dirinya sendiri.
“Bosen ke kelas IPS aja yuk!” ajak teman yang satunya —Ningsih. Gadis yang berparas cantik namun sayang sikap dirinya kepada Lingga tidak sebaik yang kita kita, Ningsih yang selalu saja merasa iri dengan Lingga namun selalu dia tutup di hadapannya.
Lingga menganggukkan kepalanya, mereka lantas berjalan beriringan menuju kelas IPS. Kelas IPS dan kelas mereka sangat jauh harus melewati banyak tangga untuk sampai di sana.
“Hai semua!” sapa Yunita, ketika mereka sudah memasuki area kelas IPS. Banyak sorot mata tajam yang langsung mengarah kepada mereka.
Lingga dan kawan-kawan memang lebih banyak berkawan dengan laki-laki, dibandingkan dengan perempuan yang bagi mereka sangat sering iri dan dengki kepada mereka.
“Hai Lingga, apa kabar?” tanya Rama, kepada Lingga.
Lingga menghembuskan nafasnya pasrah, lalu dia menaikkan kedua bahunya. “Ya, seperti yang kau lihat saat ini,” kata Lingga.
Rama menepuk pundak kiri Lingga. “Sudah tidak udah di pikirkan, kan masih ada kita. Ya gak bro?” mereka semua menganggukkan kepalanya, membuat Lingga tersenyum kepada mereka.
“Nih minum, kebetulan aku membeli lebih,” kata seorang pria yang baru saja datang, sambil menyodorkan sebuah yogurt kepada Lingga.
Lingga menerimanya dengan senang, dia memang suka sejenis yogurt. “Terimakasih,” kata Lingga dengan senyum manisnya, membuat pria itu kembali tersenyum juga kepada dirinya.
“Arif apa kau hanya membelikan untuk Lingga saja?” tanya Yunita, dengan raut wajah yang berbeda membuat mereka langsung tertuju kepada dirinya.
“Aku sudah bilang, aku hanya membelinya lebih.”
Yunita berdecak, dia menatap Lingga dengan sinis. Lingga menggelengkan kepalanya, dia menyodorkan minuman yogurt yang masih tersegel kepada Yunita.
“Nih kalau mau minta saja punya ku,” kata Lingga masih dengan sopan, namun Yunita tetap menatapnya dengan sinis.
“Tidak perlu!”
Mereka menggelengkan kepalanya melihat Yunita yang merajuk kepada mereka. Lantas mereka pun melanjutkan pembicaraan, lain halnya dengan Yunita yang justru terus menatap Lingga tajam dan tanpa Lingga sadari ada seorang pria bernama Arif yang tengah menatapnya dengan dalam.
Melihat hal tersebut, Yunita mengepalkan tangannya sangat kesal melihat hal tersebut.
***
Bel pulang sekolah berbunyi 30 menit yang lalu, Lingga masih mengikuti sebuah ekstra yang terdapat di sekolahnya yaitu ekstra paskribra.
Awalnya mereka latihan di lapangan, namun akibat cahaya matahari yang terlalu terik membuat sedikit silau dan juga menjadi panas akhirnya mereka pindah ke aula untuk latihan paskribra.
“SEMANGAT LINGGA!” teriak Arif dari tepi Aula membuat mata langsung tertuju kepada Arif, sebelum kemudian tertuju juga kepada Lingga.
Plak!
Yunita menampar tangan Arif dengan kesal, membuat Arif menatapnya dengan kening berkerut. “Kenapa kau teriak kepada dia?” tanya Yunita dengan nada sinis ya.
Arif menaikan alisnya satu. “Lah? Apakah aku salah?” Arif balik bertanya, Yunita mendengus kesal.
“Apa kau tidak tahu Jika Lingga sudah memiliki kekasih? Dan disini ada mata-matanya jangan macam-macam kau,” ujar Yunita namun Arif menatapnya dengan remeh.
“Ah kau suka sekali mengada-ngada.”
Tanpa sadar Yunita mengepalkan tangannya, dia lalu menghidupkan ponselnya dan mencari salah satu foto Lingga bersama dengan Bisma. Setelah ketemu dia langsung menunjukkannya kepada Arif.
“Ini lihatlah! bilang kau masih tidak percaya?” Arif menatap foto tersebut dengan sinis, dia lalu menatap Lingga sejenak sebelum langsung pergi meninggalkan Aula.
Yunita tersenyum sinis, dia yakin jika Arif akan benci kembali kepada Lingga. Yunita memang menyukai Arif, tapi sayang Arif suka kepada Lingga membuat Yunita kesal dan akan terus merebut Arif agar bisa bersama dirinya bukan Lingga.
Lingga menatap kepergian Arif dan Yunita dengan heran, dia tau ada jika Yuni memberitahu sesuatu membuat Arif segera pergi dari sana. Bahkan raut wajahnya saja sudah sangat berbeda.
“LINGGA! FOKUS!”
Lain halnya disisi Ningsih, dia duduk di depan ruang OSIS entah siapa yang dia tunggu yang pasti dia setia menunggu dari jam pulang sekolah sampai jam 3 sore.
“Aku harap projek kali ini berjalan dengan lancar”
Mendengar suara gaduh, menandakan siswa yang berada di ruangan akan segera keluar membuat Ningsih langsung berdiri.
Benar saja satu persatu siswa keluar dari ruangan osis, yang tak lain adalah anggota osis yang tengah mengadakan rapat rutin di setiap hari kamis.
Hingga pada akhirnya orang yang dia tunggu tiba di hadapan Ningsih, Ningsih menatapnya dengan senang tapi justru dia sebaliknya.
“Hai Ram, gimana rapat kali ini?” tanya Ningsih memulai pembicaraan.
Rama menganggukan kepalanya. “Sangat berjalan dengan lancar,” ujar Rama membuat Ningsih menggangguk.
Ya, Rama adalah ketua osis di sekolahnya. Tangan kanan Bisma adalah orang kepercayaan sekolah, dan banyak di gemari oleh siswi.
“Bay the Way, paskib sudah selesai latihan?” tanya Rama, membuat Ningsih mendengus kesal.
“Memang ada apa?” tanya Ningsih berusaha untuk bersikap biasa saja, padahal tangannya satu sudah mengepal keras.
Rama tersenyum. “Tidak apa, aku hanya ingin melihat Lingga.”
"Lingga" Kata yang membuat Ningsih kesal, dia menatap kepergian Rama dimana ternyata Rama berjalan ke arah Aula.
Rahang Ningsih mengeras menahan amarah, Rama adalah pria yang di sukai oleh Ningsih namun kenapa Rama justru mengabaikan dirinya dan mencari Lingga?
“Aku tak akan biarkan semua ini terjadi!” batin Ningsih berteriak, dia masih menatap nyalang interaksi Rama dengan Lingga yang ternyata anak paskib sudah selesai latihan.
Ningsih berjalan mendekati mereka de gan wajah yang sangat seram, ada sorot tajam dari siswa melihat wajah Ningsih yang berbeda dari biasanya.
“Aku tau kau—”
“Sudahlah Rama, kau lupa jika Lingga sudah memiliki kekasih? Ahh ayo kita pulang bareng saja,” sela Ningsih membuat Lingga langsung menatap dirinya.
“Ningsih ternyata kau belum pulang,” kata Lingga berusaha untuk masih terlihat biasa saja, walau dia tau Ningsih terlihat kesal kepada dirinya.
Bukanya memberi tanggapan bagus, Ningsih justru menatap Lingga dengan sinis. “Suka-suka aku mau pulang atau enggak!” Ningsih menarik tangan Rama agar pergi dari hadapan Lingga.
Lingga menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Ningsih, tiba-tiba saja terbesit di pikirannya kepada Bisma andai Bisma masih disini. Itulah yang di pikiran Lingga.
Lingga terkekeh pelan, dia mengambil barang-barang miliknya tak lupa berpamitan kepada guru sebelum pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments