PSM 3

Hari ini Lingga mulai kembali berangkat kesekolah, setelah mendapatkan libur sabtu dan minggu, senin kembali dia bersekolah. Ia bangun pagi-pagi dan membantu orang tua sebelum berangkat ke sekolah.

Lingga bercermin, wajahnya cantik cocok untuk anak desa dan tubuhnya yang sangat ramping dan indah.

“Aku sangat rindu dengan Bisma,” gumam Lingga, menghembuskan nafasnya kasar dan mengambil tas yang sudah dia taruh di atas meja.

Lingga keluar dari kamar, sebelum berangkat kesekolah dirinya berpamitan kepada kedua orang tuanya. Lingga berjalan sendirian di pinggir jalan tanah, melewati banyak rumah untuk berangkat menuju sekolah.

“LINGGA!” teriak seseorang. membuat Lingga berhenti, dan membalikkan badannya.

Ternyata yang memanggilnya adalah Risma, Risma berlari mendekati Lingga yang agak jauh dari dirinya.

“Ada apa kau memanggilku?” tanya Lingga heran, dan melihat pakaian Risma yang sudah rapi.

Risma tersenyum. “Aku hanya memastikan jika nanti kau benar mau ku ajak jalan di pinggir danau,” kata Risma membuat Lingga menghembuskan nafasnya dan menganggukan kepalanya.

“Tidak mungkin aku lupa dan menolak ajakanmu,” jawab Lingga, Risma terkekeh pelan.

Lingga dan Risma sangat dekat, walau Lingga beda umur dengan Risma tapi Risma tidak pernah membiarkan Lingga memanggilnya dengan sebutan 'kak'.

Lingga dan Risma sudah seperti seorang sahabat sejati yang selalu bersama kemanapun mereka pergi.

***

Tringgg!!!

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Lingga tanpa sabar berjalan keluar dari kelas dirinya. Ia sudah sangat bosan berada di dalam kelas, jam menunjukan pukul 13:00 dirinya harus membantu ibunya berjualan di toko.

Lingga berjalan dengan tergesa-gesa, sudah menjadi rutinitas dirinya membantu ibu jualan di toko sehabis pulang dari sekolah. Mungkin banyak orang yang mengabaikan hal tersebut beda halnya dengan Lingga, yang justru sudah mengatur waktu agar bisa membantu ibunya juga.

“Lingga! Kau jalan terlalu cepat,” ujar Teman Lingga, sambil berjalan beriringan menuju keluar dari lingkungan sekolah.

Lingga terkekeh. “Aku harus cepat sampai dirumah, agar aku bisa membantu ibu,” jawab Lingga santai membuat temannya mendengus kesal.

Rika—nama teman Lingga. Dia juga heran mengapa Lingga sangat bersemangat setiap melakukan pekerjaan.

“Kau makan apa sampai selalu bersemangat? Aku tidak pernah melihat kau mengeluh sedikitpun, ahh lain halnya dengan aku yang disuruh nyapu sedikit saja rasanya tidak kuat,” oceh Rika, Lingga menggelengkan kepala mendengarkan perkataan Rika.

“Membantu ibu itu salah satu kewajiban, selagi bisa membantu kenapa tidak?” Rika menatap Lingga dan tersenyum ini yang dia suka dari Lingga. Selain wajahnya yang cantik dan polos, tapi hatinya sangat lah baik tidak pernah sombong, dan tetap rendah hati.

Lingga dan Rika pun berjalan beriringan untuk pulang kerumah, di perjalanan mereka tak berhenti menceritakan pengalaman mereka pada saat di sekolah.

***

Lain halnya di sisi Bisma, dia tengah memegang ponsel yang dia letakkan di telinganya. Dengan wajah serius dia mendengarkan suara yang dia dengar dari ponsel tersebut.

“Aku mau kau awasi dia setiap hari, jangan sampai ketahuan,” ucap Bisma dengan nada dingin, dia langsung mematikan sepihak telfonnya dan langsung menaruhnya di atas meja.

Walau jarak Bisma dan Lingga sangat jauh, namun Bisma tidak bisa melepaskan Lingga bahkan dari pikirannya juga. Bisma memiliki sebuah tangan kanan, yang akan mengawasi pergerakan Lingga di kampung.

Bisma mendudukan bokongnya di kursi, dia memikirkan Lingga sangat penuh di pikirannya terdapat Lingga. Menurut Bisma, Lingga adalah gadis yang baik hati, rendah hati, tidak sombong dan sangat rajin. Hal itu yang membuat Bisma tidak mungkin bisa melepaskan Lingga.

Ting!

Bisma mengambil ponselnya yang berbunyi, dia tersenyum simpul membaca pesan yang tertera di layar ponselnya.

Risma

| Lingga aman, aku sudah menyuruh Arya yang akan menjaga Lingga selama di sekolah.

Bisma

| Baiklah aku percayakan semua kepada dirinya.

Bisma kembali menaruh ponselnya, Arya adalah keponakan dari Bisma. Ia sengaja menyuruh Risma untuk menyuruh Arya menjaga Lingga selama di sekolah. Kenapa bukan Bisma saja yang langsung menyuruhnya? Hanya ada satu jawaban, jika Bisma menyuruh Arya pasti tidak akan mau.

Bisma tersenyum senang dan merasa sedikit aman, dia sangat takut jika di sana tanpa sepengetahuan Bisma Lingga bertingkah aneh walau Bisma tau Lingga tidak akan seperti itu.

***

Hari demi hari berlalu, Bisma semakin sibuk bekerja membuat dia jarang menghubungi Lingga. Namun demikian Lingga juga mengerti, mungkin mereka hanya contact setiap malam ataupun pada waktu senggang.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, Bisma segera membereskan semua pekerjaannya dan bangkit dari kursi untuk pergi kerumah.

Bisma ingin cepat-cepat untuk pulang, agar dirinya bisa beristirahat dengan cepat. Namun saat dia hendak berjalan mendekati Halte seorang menyengol lenganya dengan keras.

Bugh!

Bisma tersungkur dan barang-barangnya semua jatuh, namun siapa sangka orang yang menabrak dirinya justru mengambil tas hitam milik Bisma.

“WOY! PENCURI!” teriak Bisma dan langsung berlari mengejar maling yang mengambil tas Bisma.

Namun Bisma ternyata kalah telak, dia melihat maling itu masuk ke dalam angkot. Bisma mengusap wajahnya dengan kasar, hilang sudah semangatnya kali ini dimana di tas tersebut terdapat dompet dan beberapa kertas penting terutama ponsel dirinya.

Bisma duduk di pinggir jalan, dia mengusar rambutnya dengan kasar.

“Aku harus bagaimana sekarang tuhan...” lirih Bisma yang tak memiliki semangat, baru beberapa hari disini dia sudah kecolongan bagaimana jika sudah bertahun-tahun?

“Bagaimana aku menghubungi Lingga sementara ponselku sudah hilang!” panik Bisma sedetik kemudian dia menendang batas trotoar dengan keras.

Hatinya bimbang, otaknya pusing. Dia tidak bisa berfikir entah kenapa rasanya ia sudah tak memiliki semangat lagi untuk pulang kerumah.

Bisma merongoh kantong celananya tersisa uang seratus ribu ada uang yang bisa dia gunakan untuk pulang kerumah, dia pun menyetop angkot san segera menunjuk arah pulang.

Disisi lain di tempat Lingga , Lingga yang baru saja mandi dan hendak menelfon Bisma mendadak mengurungkan niatnya. Ternyata Bisma belum membalas pesannya dari tadi siang, dan kini sudah menjelang malam.

Lingga mencoba kembali mengirimkan Bisma pesan, namun whatsaapnya centang satu tanda Bisma tidak aktif.

“Ah mungkin dia lagi sibuk biarkan,” gumam Lingga masih berusaha untuk berpikir positif.

Lingga menaruh ponselnya, dia lantas membersihkan wajahnya dan menata rambutnya. Sembari menunggu Bisma membalas semua pesannya.

Ting!

Lingga dengan cepat mengambil ponselnya, ia mendesah kesal ternyata bukan Bisma melainkan Risma.

Risma

| Kenapa nomor Bisma tidak aktif? Aku ingin menanyakan nomor ibunya yang baru

Kening Lingga berkerut membaca pesan tersebut, dia mengalihkan pandangannya sembari berfikir.

“Bahkan nomor biasa saja tidak aktif, kemana dan ada apa Bisma?” batin Lingga bertanya-tanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!