PSM 4

3 hari kemudian.....

Lingga kehilangan kontak Bisma. Lingga sudah bertanya kepada Risma, bahkan sepanjang hari setiap selesai beraktifitas, Lingga selalu menyempatkan diri berselancar kedunia maya berharap menemukan jejak Bisma. namun hasilnya tetap nihil.

Hari-hari Lingga tidak seperti biasanya, tidak ada lagi Lingga yang ceria, tidak ada lagi Lingga yang bermain di halaman Risma, yang ada hanya Lingga yang diam merenung di kamar tanpa ada niat untuk keluar.

Ceklek!

Lingga menoleh ke arah pintu, dimana ternyata Risma memasuki kamarnya. Dan Lingga tau jika Risma akan membujuk dirinya, agar mau kembali keluar bermain.

“Aku tidak ingin mendengar itu lagi,” kata Lingga menyela sebelum Risma hendak berbicara.

Risma menghembuskan nafasnya, sudah berbagai banyak cara agar Lingga mau bermain kembali dengannya namun semua usahanya hanya sia-sia.

Risma duduk di samping Lingga yang tengah membaca pesan-pesan Lingga yang dulu bersama dengan Bisma.

“Lingga, kau tidak boleh terus-terusan begini. Bisma akan marah melihatmu seperti ini,” kata Risma dengan nada yang sebisa mungkin dia rendahkan. Lingga langsung menoleh dengan cepat, dan menatap Risma dengan pesat.

“Dia bahkan menghilang tanpa kabar, dan tidak kembali. Bagaimana dia tau jika kondisi ku seperti ini?!” ketus Lingga, air matanya sudah membendung di pelupuk matanya.

Risma sangat tau emosi Lingga saat ini bahkan hari-hari sebelumnya juga tidak stabil, sering marah dan tidak suka di ganggu.

“Aku hanya ingin kau kembali,” bisik Risma kepada Lingga, dan langsung memeluk Lingga dengan erat.

Lingga menangis di dalam pelukan Risma, menjadi saksi betapa rindu dirinya untuk bertemu dengan Bisma.

Hari-hari Lingga tidak ada lagi yang berwarna, semua abu-abu bahkan kian lama kian menghitam.

***

Tringgg!!

Bel pergantian jam berbunyi, Lingga tanpa semangat hendak berjalan keluar dari kelas namun kehadiran kedua temannya membuat Lingga mengurungkan niatnya.

“Lingga, kian hari kau semakin tidak bersemangat. Apakah dia masih tidak memberimu kabar?” tanya Rika, bagaimana dia tau? Jelas Lingga yang menceritakan secara detail. Dia sangat tau bagaimana cerita Lingga dan Bisma dari awal sampai sekarang saat ini.

“Ah aku ti—”

“LINGGA!”

Ucapan Lingga terhenti, ketika dia mendengar teriakan dari belakang dirinya. Ia menoleh dan ternyata seorang teman smp dirinya dulu.

“Mau ke kantin bareng?” tawar Doni—nama teman smp Lingga.

Lingga menatap Doni dengan datar, ia melirik kedua teman yang berdiri di samping dirinya.

“Gak, aku bisa sendiri,” tolak Lingga dengan suara yang terdengar ketus, Lingga pun menarik tangan temannya agar segera menjauh dari hadapan Doni.

Doni menatap kepergian Lingga dengan sayu, kian hari Lingga sangat susah untuk dia gapai. Bahkan hanya sekedar untuk mengobrol saja sudah susah.

Itulah kehidupan Lingga saat ini, menjadi wanita yang jauh dari keramaian dan tetap menjaga hatinya untuk Bisma walau Lingga sendiri tidak tau bagaimana Bisma disana. Sekarang Lingga hanya bisa berharap jika Bisma segera datang menemui dirinya.

Lingga kini berada di depan perpustakaan, dirinya sangat tidak suka dengan Doni yang terus terang mendekati dirinya. Ia menghembuskan nafasnya sebentar lagi sudah akan bel masuk kelas namun dirinya belum sempat untuk beristirahat.

“Aku sangat heran denganmu, kenapa kau tolak ajakan Doni? Ah padahal dia laki yang aku suka,” ujar Rika sedikit kecewa, membuat Lingga menatapnya dengan malas.

“Aku tidak suka dengan Doni, dan jika dia laki yang kau suka seharusnya kau senang saja jika aku menolak ajakan dia,” jawab Lingga dengan nada malasnya.

Rika menganggukkan kepalanya setuju juga dengan ucapan Lingga. “Iya deh, aku ke kelas saja, ” ujar Rika.

Lingga menganggukkan kepalanya, Ratna pun pergi dari hadapan Lingga. Lingga menghembuskan nafasnya, dia memiliki dua sahabat namun saat ini keduanya masih ada halangan hadir membuat Lingga tidak bisa bersama mereka.

Tanpa Lingga sadari, segerombol laki-laki yang di dekat tangga perpustakaan menatap lekat Lingga.

“Lingga sini dong!”

“Lingga minta nomornya!”

“Sini sama abang yuk!”

Lingga menoleh dia memejamkan matanya kesal ternyata segerombol anak Ips, yang tengah menatap dirinya dengan lekat. Memang anak IPS sebagian pria sangat suka dengan Lingga.

Lingga hanya menganggukkan kepalanya, tanpa menjawab apa lagi.

“Kenapa aku bisa tidak sadar ada mereka disini,” gumam Lingga menggelengkan kepala pelan.

Lingga tersenyum ke arah mereka, membuat sorakan heboh dari para siswa-siswa disana.

“Manis banget uyy!”

“Kopi ku yang tadinya pahit, langsung manis melihat senyummu!”

“Bagi nomor nya dekk!”

Lingga menggelengkan kepalanya lagi, mendengar sorakan heboh dari para siswa, Lingga memang sangat akrab dengan mereka membuat mereka juga berani menggoda Lingga seperti itu.

Semua pergerakan Lingga sangat mengundang suka kaum hawa, bahkan Lingga sendiri saja tidak tahu kenapa semua bisa suka dengan dirinya.

Bagi Lingga dirinya hanya biasa-biasa saja jika di bandingkan dengan wanita di luar sana. Namun masih banyak juga yang justru suka kepada dirinya.

***

07.00

Ting! Tong!

Lingga yang baru selesai makan malam, segera menuju pintu utama untuk membukakan pintu.

Ceklek!

Lingga langsung memeluk Risma dengan erat, ya dia Risma yang memang ada rencana akan datang ke rumah Lingga.

“Aku sudah menunggumu, ayo masuk,” ajak Lingga dan menarik tangan Risma dengan cepat.

“Ah pelan-pelan saja Lingga,” ujar Risma sambil menggelengkan kepalanya. Lingga tetap saja menarik tangan dirinya, dengan cepat menuju kamar milik Lingga.

“Risma apa kau belum juga mendapatkan kabar tentang Bisma?” tanya Lingga to the point  membuat Risma menatap Lingga sedikit prihatin.

Risma menggelengkan kepalanya. “Aku belum mendapatkan apa pun, bahkan aku sudas minta kepada Rama untuk mencari nomor ibu Lingga tapi tetap saja tidak ada hasil.”

******* kecewa lolos dari bibir Lingga, bagaimana tidak kecewa kian hari dia tidak mendapatkan petunjuk apapun.

Risma mengelus pundak Lingga dengan lembut, sangat tahu bagaimana perasaan Lingga saat ini mengingat Bisma adalah. Cinta pertama Lingga dan kini mereka sudah ldr tepat pertama hari mereka pacaran dan kiki harus lost contact.

“Apa kita susul saja kesana?” ajak Lingga dengan mata berbinar namun Risma justru menggelengkan kepalanya.

“Itu bukan ide yang baik Lingga, kau tidak akan di ijinkan oleh orang tuamu untuk kesana. Dan bukan hanya itu saja, biaya kesana tidak semurah biaya naik delman ke pasar,” kelas Risma membuat Lingga yang tadinya terlihat senang kembali menjadi lesu.

“Aku sudah sangat rindu dengan Bisma, apa dia sudah memiliki kekasih baru hingga dia melupakan kita disini?” para Lingga.

Risma menggelengkan kepalanya, dia tersenyum ke arah Lingga. “Aku yakin, ada alasan di balik itu semua”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!