HAPPY READING...
***
Hean beberapa kali menenggak minuman bening di atas meja. matanya terpejam saat cairan bening beraroma keras itu mulai melewati kerongkongan. sensasi terbakar, tapi ia tetap menikmatinya.
bahkan ketika bicara, bau dari minuman itu justru semakin tercium.
"Lo yakin Rendy akan kesini?". Lagi-lagi Jio yang bersuara. bahkan langit Ibukota bukan hanya saat senja tapi semakin gelap menandakan malam benar-benar tiba. tapi yang dinantikan tak kunjung tiba.
"Apa dia akan membohongi gue lagi?". Sejenak ada perasaan tak yakin dari dalam diri Hean. mungkin saja orang yang dia maksud itu benar-benar hanya pintar berbohong saja. sama seperti yang sudah-sudah.
"Mungkin saja..." tambah Dimas yang sibuk membuka kulit kuaci dengan penglihatan yang semakin buram karena terlalu banyak minum.
"Coba telepon dia..." pinta Jio. setidaknya apakah dugaannya benar atau meleset.
Segera setelah itu, Hean mengambil ponselnya. mencoba menelepon Rendy tapi beberapa kali di rejeck.
Sial!
Hean : [Lo mau mati?]
Pesan penuh ancaman sengaja Hean kirim kepada lawannya.
"Nah bener kan?". Bagaimanapun Jio tau seperti apa orang-orang seperti Rendy itu. hanya memgandalkan kelihaiannya dalam bicara dan mengambil hati orang.
"Tunggu..." tolak Hean ketika melihat pesan singkat masuk dalam ponselnya.
Rendy : [30 menit lagi gue sampai]
Pesan balasan ynag mampu membuat Hean sedikit senang. karena ancamannya benar-benar mampu membuat Rendy ketakutan.
"Kira-kira siapa yang dibawa?". Kembali Jio melontarkan pertanyaan yang mau tak mau membuat Dimas dan Hean kembali berpikir.
siapa yang dibawa Rendy sebagai pembayar hutang. apakah adiknya? kakaknya? atau wanita murahan yang sengaja dipungut dari luaran sana.
kalaupun nantinya tak menarik, Hean berhak menolaknya. itulah perjanjian yang mereka sepakati terakhir kali.
"Siapapun, asal seharga dengan uang gue..." jawab Hean yakin. diakhiri dengan senyum aneh di sudut bibirnya.
Waktu terus berlalu dan benar saja setelah 30 menit berlalu, suara Bell Apartemen itu berbunyi menandakan ada tamu yang datang.
ketiga pria itu bersemangat, langsung bangkit dari duduknya dengan tatapan tertuju pada pintu.
Akhirnya... batin Hean.
Hean lah yang pertama kali melangkah menuju ke pintu Apartemen. diikuti oleh Jio dan yang terakhir Dimas.
mereka benar-benar penasaran dengan siapa yang dibawa Rendy saat ini.
Pintu terbuka, tapi entah kenapa Hema lah merasa berdebar. padahal yang hendak bertemu adalah Rendy dan sang pemilik Apartemen.
"Masuk..." ucap Hean terdengar datar. dan kembali menutup pintu setelah kedua tamunya masuk ke dalam.
Hema terlihat mengedarkan pandangannya karena penasaran seperti apa di dalam Apartemen mewah ini. beda lagi dengan Hean yang justru menatap tubuh gadis itu dari belakang. menjelajahi dari atas ke bawah dan kembali ke atas lagi. itupun bukan hanya satu kali. hingga tercipta sebuah senyum tipis di sudut bibirnya.
Lumayan...
Sedangkan Jio dan Dimas terlihat tak sepenasaran tadi.
Gue seperti pernah melihatnya... batin Dimas. Hema terlihat tak asing baginya.
Apa sama tempat kuliah dengan gue?
Masih dengan pemikirannya, Jio merangkul bahu sahabatnya.
"Kita pulang dulu Yan...". memutuskan seenaknya sendiri. tak meminta pendapat dari Dimas apakah pria itu juga ingin pulang dengannya atau tidak. sejenak pria bernama Dimas itu menatap Jio penuh tanda tanya, tapi melihat kode dari Jio akhirnya Dimas pun paham. hingga menganggukan kepala membenarkan apa yang Jio katakan tadi.
"Sekarang?".
"Yoi...".
Padahal Hean kira sahabatnya itu akan tinggal disini lebih lama lagi.
Bersamaan dengan itu, Rendy juga ikut bangkit dari duduknya. membuat Hema spontan mengikuti apa yang Rendy lakukan.
Kenapa Rendy ikut bangkit? begitu hati Hema bicara.
"Gue juga ikut cabut..." pamit Rendy. Tatapan pria itu beralih pada Hema yang bersamaan dengan Hean yang mendekati gadis itu, merangkul bahu Hema tanpa ragu. seperti mendeklarasikan diri seperti kepemilikannya.
"Besok pagi gue jemput Ma...".
Entah kenapa mengatakan kata itu saja lidah Rendy terasa kelu.
"Ren-,".
Sedangkan Hema, berusaha menyingkirkan tangan pria tidak sopan di sampingnya. pikirannya semakin berkecamuk. bingung dengan apa yang tengah terjadi.
"Rendy, apa maksud semua ini?" tanya Hema.
Tapi dengan rasa tidak pedulinya, Rendy berjalan menuju ke pintu. tanpa berkata sepatah katapun menjawab pertanyaan Hema barusan.
Jio adalah orang pertama ynag membuka pintu tersebut, diikuti dengan Dimas dan Rendy. tapi baru di ambang pintu, Hema menghentikannya.
"Rendy, Tunggu...". jelas Rendy melihat tatapan pias dadi kekasihnya. tatapan penuh kebingungan.
"Lo tetap disini...". sentak Hean kasar. membuat pegangan tangan Hema kepada Rendy terlepas.
"Kenapa gue harus disini? Rendy...!". panggil Hema entah kesekian kalinya.
tapi yang dipanggil benar-benar tidak memperdulikan Hema. Rendy benar-benar melangkah pergi.
"Rendy!" teriak Hema terakhir kali yang masih Rendy dengar bersamaan dengan pintu di belakang sana mulia tertutup.
Dadanya sesak, kesal tapi tak bisa berbuat apapun untuk menyelamatkan Hema. bahkan Hema seperti ini juga karena Rendy lah yang menjerumuskannya.
"Buka pintunya!" teriak Hema ketakutan. siapa yang tidak takut berada di tempat asing bgainya dan bersama dengan orang yang asing pula.
"Rendy... buka pintunya... Ren-,".
teriakan Hema begitu memilukan tapi bagi Hean, benar-benar berisik. bhakna pria itu sempat menutup telinganya karena suara gadis di depan sana amat kencang.
Ck... gue benci dengan teriakan ini...
Hingga pada akhirnya yang Hean lakukan adalah menarik tangan gadis itu untuk menjauhi pintu.
"Kemarilah..." ucapnya.
menarik tangan Hema secara paksa dan membawanya masuk.
"Jangan... tolong lepaskan...". keputusan Hean membawa Hema masuk adalah sebuah kesalahn. gadis itu semakin berteriak dan meronta. air matanya kian deras mengalir membasahi wajahnya.
"Lepaskan... tolong lepaskan...".
Hean memejamkan matanya, kesabarannya benar-benar habis karena tingkah gadis di depannya itu. dengan kasar, Hean mendorong Hema hingga tersungkur di atas ranjang kamar miliknya.
"Tolong, biarkan gue keluar dari sini... Rendy..." teriak Hema lagi. bahkan tak memperdulikan keadaannya saat ini. yang Hema pikirkan hanyalah bagaimana ia bisa keluar dari tempat asing itu.
"DIAM!" bentak Hean yang membuat Hema terjingkat dan memejamkan mata. tubuhnya gemetar bersamaan dengan langkah kaki pria tak dikenalnya itu semakin mendekatinya. membuat mau tak mau Hema semakin mundur ke belakang.
"Diam! suara lo benar-benar mengganggu..." ucap Hean terus mendekat. matanya tepat tertuju pada Hema.
Sekarang, tak ada lagi jarak diantara mereka. Hema hanya memejamkan mata tak berani melihat ke arah Hean. tapi yang jelas Hema mampu merasakan hembusan nafas pria itu yang menerpa wajahnya.
Kenapa wajah gadis ini mengingatkan ku pada seseorang...
"Jangan... gue mohon..." pinta Hema mengiba. jantungnya serasa berdetak tak karuan merasakan tangan pria asing yang meraba wajahnya.
"Diam saja dan lakukan pekerjaan lo..." ucap Hean terdengar mendayu tepat di telinga Hema.
Pekerjaan apa? gue bahkan masih bingung apa yang terjadi sekarang...
gue mohon... lepaskan gue...
"Buka mata lo!" perintah Hean. tapi Hema menggelengkan kepalanya. bagaimana bisa ia membuka matanya di suasana menakutkan seperti ini.
"Hei,". Hean bersuara lagi.
Saking takutnya Hema perlahan membuka matanya. dan hal pertama yang Hema lihat setelah membuka mata adalah wajah seorang pria yang tepat berada di depan wajahnya.
"Biarkan gue pulang...". setidaknya memohon itulah yang harus Hema lakukan. Memohon agar pria asing itu mengasihani dirinya.
"Pulang? lo bahkan belum memulai pekerjaan lo sama sekali..." jawab Hean dengan senyum menakutkan. bahkan senyum itu mampu membuat Hema kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri.
"Buka pintunya! gue mau pulang... buka pintunya!" teriak Hema lagi. bahkan jauh lebih keras dari sebelumnya.
"HEI!".
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
ossy Novica
Habis sudah harapan Hema ,fia dijadikan alat pembayar hutang Rendy .
2022-09-01
1
Yuni Setyawan
ceritakan yg sebenarnya hean!!!!,g' kebayang kalo jd Hema 😔
2022-09-01
1
Dedeh Supriatin
rendy gila....
2022-09-01
1