HAPPY READING...
***
Udara malam benar-benar dingin seolah mampu membekukan apapun. angin bertiup cukup kencang dengan sesekali kilatan petir mengukir langit Ibukota.
"Gue sudah bilang kan? bayar sekarang juga atau gue benar-benar mematahkan tangan lo!" bentak seseorang dengan wajah bringasnya.
"Tapi gue belum ada uang sama sekali...".
Yang di gertak tentu saja ketakutan, bahkan detak jantungnya serasa menggila.
"Memang gue peduli? ini sudah lebih dari 6 bulan... dan lo seperti tidak berkeinginan untuk membayarnya...". mencengkeram dagu seperti hendak menghancurkan lawannya.
Rendy benar-benar ketakutan melihat 3 pria di depannya. peluhnya bercucuran seperti habis berolahraga. tapi bedanya saat ini ia berada dlama bahaya. yang mungkin saja, lengah sedikit nyawanya bisa melayang.
"Gue janji, gue janji... 3 hari lagi...".
Tapi bukannya mendapat ampunan, pria bernama Jio justru mengangkat sebuah besi panjang dan bersiap memukul Rendy.
"JANGANN!" teriak Rendy spontan.
diikuti dengan reflek tubuhnya yang tiba-tiba terduduk. Nafasnya berkejaran dengan tubuh yang sedikit gemetar.
Sial! umpatnya. nyatanya apa yang ia alami hanya sebuah mimpi saja.
tapi terasa begitu nyata bahkan nafas Rendy juga ikut naik turun seirama dengan detak jantung yang menggila.
dengan tangan yang masih bergetar, di raihnya sebotol air yang selalu ia siapkan di nakas samping tempat tidur. menenggak air itu dengan tergesa-gesa dan kembali memikirkan mimpi buruk yang baru dialaminya.
Apa yang harus gue lakukan? batinnya bicara.
esok pagi adalah hari ketiga yang diminta Rendy. dan ia harus membayar hutangnya.
tapi sampai detik ini, Rendy benar-benar tidak memiliki uang sama sekali. itulah yang membuatnya bingung.
"Aggghh...". Rendy berteriak, mengacak rambutnya dengan kasar.
***
Pagi telah tiba. Rendy sudah bersiap untuk meninggalkan kediamannya.
Seperti hari-hari sebelumnya, mengendarai motor sport berwarna merah Rendy membelah jalanan Ibukota menuju ke Kampus dimana ia menimba ilmu selama ini.
tak ada yang berubah mulai dari penampilan, pakaian, ataupun yang lainnya.
Sepanjang malam Rendy tidak kembali tidur. pria itu telah memikirkan matang-matang apa yang akan ia lakukan saat ini.
Hingga perjalanan yang biasanya terasa cukup panjang, entah kenapa terasa singkat. Tiba-tiba motor itu telah tiba di parkiran, membuat Rendy mau tak mau harus segera turun dari kendaraannya.
"Huff...". membuang nafasnya kasar, Rendy bersiap. bejalan menuju ke gedung Universitas sambil menggenggam ponsel di tangannya.
satu hal pasti yang harus Rendy lakukan. mengirim pesan kepada Hema agar gadis itu menunggunya setelah kelas hari ini usai.
Rendy : [Tunggu di Kantin sepulang kuliah]
pesan singkat itupun terkirim. tanpa menunggu pesan balasan dari Hema, Rendy kembali mengantongi ponselnya dan berjalan menuju ke kelasnya.
Baru saja mendudukkan tubuhnya di kursi, terlihat 2 orang pria sebayanya berdiri di ambang pintu kelas. tatapan mereka jelas tertuju pada Rendy seorang.
Sial! apa yang mereka inginkan sepagi ini?
Rendy hanya bisa mengumpat dengan kedatangan mereka. karena keberadaan dua pria itu jelas memiliki maksud terselubung.
Benar saja, salah satu dari mereka menjentitkan jemarinya, meminta Rendy mendekat atau sekedar keluar dari ruangan kelas.
membuat Rendy menghela nafasnya kasar walaupun tubuhnya otomatis bangkit. berjalan menuju ke arah mereka.
"Lo lupa?". salah satu dari mereka bersuara. meletakkan lengan kirinya tepat di bahu Rendy.
"Gue sudah bilang kan? nanti gue kabari..." jawab Rendy meyakinkan kalau ucapannya bukan hanya bualan saja. setidaknya Rendy tidak akan melupakan janjinya.
"Gue akan bicara dengan Hean sendiri..." tambahnya.
"Awas kalau lo bohong lagi!" ancam lainnya.
tentu saja atak membuat Rendy takut, tapi tetap menganggukkan kepalanya setuju.
Tanpa basa-basi, kedua pria itu pun meninggalkan Rendy. berjalan melewati kelas lain dengan gaya mereka.
Br*ngs*k!
Rendy memukul tembok di sampingnya. melampiaskan rasa kekesalan yang ia rasakan saat ini. mengacak rambutnya dengan kasar tanpa memperdulikan tatapan teman-teman yang heran melihat tingkahnya.
***
Di kelas lain, dua pria yang tadi menemui Rendy akhirnya masuk. duduk di bangku masing-masing dengan wajah jumawanya.
"Apa dia berani masuk hari ini?" tebak Hean dengan senyum penuh ejekan.
"Iya,".
jawaban dari Dimas seketika membuat Hean membulatkan matanya terheran.
karena dugaannya, Rendy tidak seberani itu. masuk dan menampakkan diri setelah apa yang telah terjadi.
"Gue tidak yakin kalau Rendy bisa membayar hutangnya hari ini..." timpa Jio. membuat Hean dan Dimas beralih menatapnya.
Tanpa di ketahui siapapun, ternyata Rendy memiliki hutang kepada Hean dan teman-temannya.
bahkan Hema juga tidak mengetahui hal itu.
Entah alasan apa yang membuat Rendy sampai bisa memiliki hutang, tapi yang jelas saat ini ia benar-benar kesulitan untuk membayarnya.
"Awas saja kalau dia sampai berani membohongi ku lagi..." ancam Hean. karena telah banyak waktu Hean memakan omong kosong Rendy selama ini.
5 juta memanglah sangat kecil bagi Hean yang memang notabene nya anak orang kaya. tapi bukan berarti orang lain bisa seenaknya meminjam uang darinya bahkan sampai waktu yang sangat lama.
Hingga sore hari setelah kelas usai, Hema lah yang pertama datang ke Kantin. memesan minuman dan duduk di bangku besi samping jendela tepat menghadap ke arah gedung Fakultasnya.
Tangannya meraih ponsel, mengetik sesuatu sebelum akhirnya kembali meletakkan benda pipih itu di meja dan menikmati minumannya.
Tak butuh waktu lama, sosok yang ia nantikan akhirnya menampakkan batang hidungnya. berjalan mendekati tempat duduk Hema dan duduk di samping kiri.
"Sudah menunggu lama?".
Hema menggeleng. ia baru saja tiba bahkan bisa dilihat dari gelas minumannya yang masih penuh.
"Nanti malam gue jemput ya..." ucap Rendy tak lagi berbasa-basi.
"Mau kemana?" tanya Hema penuh keheranan. walaupun biasanya Rendy memang selalu menjemput dirinya entah untuk makan atau sekedar menikmati suasana malam Ibukota, tapi kali ini terasa berbeda. apalagi dengan raut wajah Rendy yang seperti risau akan suatu hal.
"Makan," jawab Rendy singkat. menampakkan senyum kakunya agar Hema tidak terlalu curiga.
"Oke...".
sungguh Rendy sedikit menyesal melihat senyum indah yang melengkung di wajah kekasihnya itu.
Maaf...
Setelah mengantarkan Hema kembali ke kost, Rendy mencoba untuk mengirim pesan kepada Hean.
Dan di tempat lain, Hean tersenyum tak percaya. melemparkan ponselnya di meja setelwha membaca pesan singkat yang baru ia terima.
"Dari Rendy?" tebak Jio yang duduk di sampingnya sambil menghisap sebatang rokok.
anggukkan kepala Hean menjawab semua pertanyaan sahabat-sahabatnya.
"Kalian tidak penasaran apa isi pesannya?". masih dengan senyum aneh, Hean menyerahkan ponsel ke tangan Dimas, dan Jio juga ikut mengintip apa isi pesan dari lawannya itu.
Seketika mata keduanya membulat. Dimas dan Jio menatap satu sama lain dan beralih pada Hean.
"Gila..." ucap keduanya hampir bersamaan.
tidak menyangka kalau Rendy bisa berpikir jauh dari perkiraan mereka.
"Lo mau Yan?" tanya Jio dengan sangat penasaran. apakah Hean mau menerima tawaran yang diberikan Rendy atau tidak.
"Boleh lah kalau sebanding dengan uang 5 juta... hahaha,". tawa Hean menjadi satu-satunya sumber suara yang tercipta di Apartemen tersebut.
"Sinting!" ucap Jio dan Dimas yang keheranan dengan jalan pikiran sahabatnya tersebut.
***
Halo... Tekan Favorit ya... biar tidak ketinggalan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Syhr Syhr
merinding aku...😱
2022-11-14
0
ossy Novica
Apa Rendy berniat ngegadain Hema ke Hean , gila juga si Rendy numbalin Hema ntuk bayar hutang.
2022-09-01
1
tyasasih
masih nyimak🤭
2022-09-01
1