HAPPY READING...
***
Langit Ibukota telah berubah warna. dari ynag masih terang karena matahari, kini berubah remang dengan di terangi oleh lampu-lampu di sepanjang jalan. juga dengan cahaya lampu di setiap gedung, ruko dan rumah-rumah.
Para pekerja telah pulang, beristirahat dan berkumpul dengan keluarganya. ada juga pedagang yang bahkan baru saja membuka lapak dagangannya ketika senja tiba. Ya, seperti itulah pedagang kaki lima yang rela terjaga demi untuk menghidupi keluarga mereka.
"Kalian disini kan?". Hean bersuara. mematikan puntung rokok di balkon dan tetap duduk bersama Jio dan juga Dimas. di meja, ada botol minuman keras yang hanya tersisa setengah saja. sisanya telah dinikmati oleh ketiga pria itu sambil menikmati suasana senja.
sejak pulang dari kampus, mereka memang berada di disi. sebuah unit Apartemen dimana Hean tinggal.
toh Hean tinggal sendirian, jadi baik Jio maupun Dimas tidak merasa sungkan sama sekali. beda jika tinggal di rumah orang tuanya, Jio dan Dimas tidak akan seberani ini berkumpul hingga malam hari.
"Kalian tidak penasaran dengannya?". Lagi-lagi Hean bersuara. seperti memaksa kedua sahabatnya untuk tetap berada di tempat itu lebih lama lagi.
"Lo ingin kita menonton pertunjukan gila mu?" celoteh Jio spontan. bahkan ada senyum penuh ejek di ujung bibirnya. ynag menandakan ucapannya hanya sebuah gurauan saja. ia tidak benar-benar ingin akan hal itu. melihat kelakuan sahabatnya malam nanti.
"Kali aja mau gabung...".
Dimas ganti yang berdecak. mengalihkan pandangannya dan menghadap tepat ke arah Hean, "Eh anak monyet, Sejak kapan lo mau berbagi dengan kami?". jelas Dimas kesal, karena walaupun mereka bersahabat, untuk urusan itu jelas tidak ada peinsip bagi membagi.
"Hahaha...". sebuah tawa dari Hean menggema memenuhi seluruh ruangan. sedangkan Jio maupun Dimas hanya ngedumel dengan umpatan ynag hanya bisa mereka lakukan dalam hati saja.
***
"Sudah siap?". satu pertanyaan sesaat setelah Rendy tiba di tempat kost kekasihnya. berdiri di depan pintu sambil membawa helm ynag biasa di pakai oleh Hema ketika mereka pergi.
"Ayo..." jawab Hema penuh semangat. tak tau apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. tak tau seperti apa hidupnya setelah malam ini. tapi yang jelas, Hema hanya mwyakini kalau malam ini ia dan Rendy akan makan malam bersama dan mungkin saja berkeliling sebelum kembali pulang.
"Tunggu..." cegah Rendy setelah mengamati penampilan kekasihnya. padahal Hema sudah bersiap melangkah meninggalkan kamar kost nya.
"Ada apa?" tanya Hema penasaran. "Ada yang salah?". mengamati penampilannya karena tatapan Rendy jelas tertuju padanya.
Sejenak Rendy berpikir. bagaimana cara mengatakan sesuatu tapi tidak membuat Hema curiga.
"Bagaimana kalau kamu memakai gaun saja?".
Gaun?
"Em... itu, lo terlihat cantik jika memakai gaun...".
Masih dengan tatapan bingung, Rendy menarik tangan kekasihnya kembali masuk ke dalam kamar kost.
"Pakai gaun saja ya..." pinta Rendy memohon.
"Tapi Ren-,". walaupun sempat protes tapi Hema benar-benar menuruti keinginan Rendy.
mengganti pakaian jeans dan crop top yang telah ia kenakan tadi dengan gaun berwarna putih yang panjangnya sebatas lutut.
"Bagaimana dengan ini?" tanya Hema, memperlihatkan gaun yang ia kenakan di depan Rendy.
Rendy tersenyum. Cantik...
sedangkan Hema langsung paham kalau penampilannya cukup bagus dan tak perlu meminta pertimbangan Rendy lagi.
Sambil menggenggam tangan Rendy, keduanya berjalan keluar. masih sama dengan sikap Rendy sebelum-sebelumnya, mengenakan helm untuk sang kekasih dan pada akhirnya mereka benar-benar pergi. membelah jalanan Ibukota dengan sepeda motor.
Sampai di Restoran, Rendy dan Hema duduk menikmati makan malam mereka.
"Makanlah...". Rendy menyodorkan makanan lain ke piring Hema. berharap gadis itu makan lebih banyak dari porsi biasanya.
Makanlah yang kenyang Hema... maafkan gue...
Untuk kesekian kalinya, Hema merasa ada yang aneh dari sikap Rendy. tapi tidak di hiraukannya karena Hema yakin mungkin kekasihnya itu sedang merasa senang.
Sejenak Rendy mengecek ponselnya. ada pesan masuk dan segera ia membalas pesan itu.
Rendy : [30 menit gue sampai... ]
"Siapa?" tanya Hema.
Rendy gelagapan. "Oh ini... temen," jawabannya memastikan dan menatap lekat manik mata kekasihnya.
"Kita mampir di tempat temanku dulu ya...". ucapan dari Rendy sejenak membuat Remaja menghentikan makannya.
Mampir? kemana?
Penasaran, itulah ynag Hema rasakan.
tapi ynag dilakukannya hanyalah mengangguk setuju. toh ia yakin kalau Rendy tidak akan terlalu lama bertemu dengn temannya.
Motor melaju kembali ke jalanan Ibukota. Tangan Hema terulur untuk memeluk perut Rendy di sepanjang jalan. begitu erat dan penuh kasih. Gue mencintai Lo Ren...
Sebuah kata yang selalu Hema katakan walaupun dalam hati.
bersyukur karena telah mengenal Rendy dalam hidupnya.
Hingga kendaraan roda dua itu tiba di gedung Apartemen yang tinggi. Hema sedikit tercengang melihatnya. Apalagi Apartemen itu tergolong elite dimana yang tinggal tentu saja orang-orang dengan dompet tebal.
bahkan hanya untuk bermimpi saja, Hema tidak pernah.
ini adalah kali pertamanya datang dan berada di sini. melihat dengan jarak dekat.
Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan. menekan Lift untuk menuju ke lantai dimana seseorang tinggal.
"Pasti temanmu kaya..." celoteh Hema. sedangkan Rendy sama sekali tidak menjawab perkataan tersebut.
andai Hema tau, jantung Rendy saat ini seperti tengah berlari kencang. nafasnya sesak bersamaan dengan angka dalam Lift yang terus bergerak naik.
Maafkan gue Ma... hanya itu yang bisa Eemdy katakan sepanjang waktu. berharap Hema tidak membencinya walaupun ia sadra apa yang akan dilakukannya tidak bisa di benarkan.
Lift berbunyi diiringi dengan pintunya yang terbuka lebar. di lantai inilah teman yang Rendy maksudkan tinggal.
mereka berjalan menuju ke nomor yang dimaksud dalam isi pesan singkat tadi.
Sejenak Rendy terdiam di depan sebuah pintu. memejamkan mata sesaat dan memikirkan kembali apakah yang ia lakukan ini adalah jalan keluar yang tepat.
"Ren-,". belum sempat meneruskan kalimatnya, Rendy segera meraih tubuh Hema. menangkup pipi Hema dengan kedua tangannya dan menciumnya sangat dalam.
hingga apa yang Rendy lakukan secara tiba-tiba itu seketika mengejutkan Hema. tapi gadis itu tak berontak. karena hal itu bukanlah pertama baginya. mereka sering melakukannya.
"Maafin gue..." ucap Rendy setelah mencium Hema dengna tiba-tiba. tangan pria itu masih berada di pipi Hema, sedangkan satunya menghapus bibir Hema yang kemerahan karena perbuatannya.
"Tidak apa-apa...". Hema yang tidak tau apa-apa hanya menjawab demikian. karena ia mengira kalau Rendy meminta maaf karena telah menciumnya tiba-tiba. padahal bukan itu maksud Rendy.
Mungkin ciuman mereka adalah ciuman terakhir setelah ini. mungkin Rendy tak akan pernah bisa mencium Hema lagi. mungkin kenangan mereka hanya sebatas kenangan masa lalu saja yang tak akan pernah terulang di kemudian hari.
karena Rendy yakin, Hema akan begitu kecewa padanya. bahkan mungkin gadis yang dicintainya itu akan membencinya seumur hidup.
Pada akhirnya dengan tangan yang sedikit gemetar. detak jantung ynag semakin menggila, Rendy menekan Bell di depannya.
menunggu di pemilik Apartemen itu membukakan pintu untuk mereka.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Yuni Setyawan
makin g' sabar melihat bagaimana cinta bisa tumbuh antara hean dan hema
2022-09-01
1