Dengan isak tangis yang tertahan dibibirnya, disudut kamar yang gelap Annara tak dapat lagi membendung kesedihannya.
Tatapan kosong Annara, membuatnya semakin larut dalam kesedihan. Semua kenangan itu menyusup ke dalam ingatannya, membuat dada Annara semakin terasa sesak dan penuh.
Saat ini, rasanya sulit bagi Annara untuk bernafas lega. Seakan dunia berhenti dalam sekejap.
"Nak ... kamu gak papa kan didalam?." Tanya ibu Annara penuh dengan cemas dan suara bergetar.
Cukup lama ibunya berdiam diri didepan pintu kamar Annara, seraya menunggu anaknya keluar dan memeluk dirinya. Tetapi Annara tak bergeming sedikitpun. Tubuhnya yang mematung di atas tempat tidur, dan tatapan matanya yang kosong seakan mengisyaratkan dirinya tengah mengalami guncangan yang begitu hebat hari ini.
Ibunya memutuskan untuk meninggalkannya sendiri dikamar, berharap anaknya bisa melewati semua ini dengan baik.
"Ibu tinggal dulu ya Ra ..." ucap ibunya sambil menahan tangis.
❤️
Dalam kesendirinya, Lukman bergumam dalam hati. Sambil memejamkan mata dan menarik nafas sedalam-dalamnya.
Entah sebodoh apa diriku ini ... se tol*L apa aku ini ... aku bahkan tak bisa menahan air mata Annara, bahkan aku nggak mampu untuk menghentikan rasa sakit yang ia trima.
Mungkin, ini adalah hari yang sangat panjang dan melelahkan untuk dirinya.
Maafin aku ya Ra ... yang nggak becus buat ngelindungi kamu.
Drt ... Drt ... Drt ...
Ponsel Lukman bergetar, sebuah panggilan tak terjawab dari Abi sebanyak tiga kali. Ia tak menghiraukan panggilan telepon itu, hanya mampu duduk termenung menatap langit gelap.
"Man, sudah malam cepat tidur nanti kena angin malam nggak baik." Titah ibu Lukman sambil berlalu.
Ponselnya kembali bergetar, ternyata itu pesan wa dari Annara.
Man ... makasih ya buat hari ini'.
Iapun hanya membaca isi pesan tersebut dengan tertunduk lesu. Ingin sekali rasanya membalas pesan itu, tapi bagi dirinya hari ini begitu buruk. Karena sudah sangat mengecewakan wanita yang sangat disayanginya.
Hari demi hari berlalu, tetapi Lukman tetap mengunci dirinya dikamar. Berbeda dengan Annara, ia nampak berusaha tegar kembali dihadapan ibunya. Karena ia sangat mengkhawatirkan ibunya dibandingkan dirinya sendiri. Dan tidak mau membuat ibunya cemas dengan hal ini.
"Bu ... Ara mau nasi goreng dong," ucap Annara penuh manja.
"Eh ...?, iya iya." sahut ibu Annara dengan lembut.
Pagi itu, seketika semua kembali seperti semula. Senyum yang mengembang di bibir Annara, membuat ibunya sedikit lega. Meski tidak dapat di pungkiri, ibunya sangat tau apa yang kini disembunyikan oleh putrinya itu.
Dengan begitu lahap Annara menyantap nasi goreng kesukaannya itu. Sesekali Annara memandang ibunya penuh manja, sambil mengerlingkan matanya ia melempar senyuman manisnya.
Aku sangat menyayangimu Bu ,melebihi diriku sendiri...
tidak akan pernah ku biarkan air mata menetes diwajah tulusmu.
maafkan Annara, terpaksa berbohong kepada ibu.
Tok ... tok ...
Terdengar suara ketukan pintu dari teras rumah. Annara segera beranjak dari meja makan, dan membukan pintu. Sayangnya, tidak ada orang yang ia jumpai dibalik pintu tersebut. Sebelum Annara kembali menutup pintu rumah, ia menjumpai motor miliknya sudah terparkir dihalaman rumahnya.
Dengan segera ia berjalan menghampiri motor tersebut. Benar saja, ternyata itu motor milik Annara. Terlihat sepucuk surat yang diletakkan di atas jok motor miliknya. Dengan sigap Annara membuka kertas putih tersebut, dengan lemas ia sandarkan seluruh tubuhnya ke motor.
*Hai Ra ...
aku harap, kamu masih mau untuk membuka kertas ini dan membacanya. Aku tau, kamu pasti tidak akan pernah memaafkanku lagi. Bahkan, rasanya aku tidak cukup punya keberanian untuk bertemu dan menatapmu.
Terlebih lagi ibu ...
Maafkan aku ya Ra, sudah ngecewain kamu ... bahkan nyakitin kamu. Terimakasih sudah pernah ada dalam hari hari ku, kamu tetap wanita yang terbaik dalam hidupku.
Maafin aku , uda sia-siakan kamu*.
Berlinang air mata Annara, sambil meremas sepucuk kertas putih itu. Ia berteriak, seakan tak percaya jika hari ini benar adanya. Lelaki yang sangat ia cintai, sanggup berkhianat dibelakangnya. Bermain api dengan mudahnya, seolah tak lagi ingat semua janji yang pernah ia ucapkan untuk Annara.
Suasana kembali hening seketika saat itu, dan ibunya hanya mampu memandangi dari kejauhan. Ingin sekali rasanya menghampiri putrinya itu, dan berkata semua akan baik-baik saja.
❤️
"Sudah puas kamu hancurkan semua ini?." tuduh Tomy pada Anya
"Kenapa aku?, apa aku nggak salah dengar dengan semua ucapanmu itu. Kamu salahin aku, tapi apa kamu pernah berfikir kalau kamu juga salah dalam hal ini?!.
Please ...
stop buat salahin aku. Kita berdua yang salah dalam hal ini, sekuat apapun kamu marah tidak akan pernah mengembalikan keadaan seperti semula. Tolong, jadilah lelaki yang punya rasa tanggung jawab disetiap permasalahan."
Praaaaakkk ... Pyaaarrrr ...
Suara pecahan piring, yang Tomy hentakan ke lantai.
"Cukup ...!" Bentak Tomy dengan kasar ke Anya. Dengan wajah yang memerah, ia tidak dapat menahan semua amarahnya kala itu.
Dalam diam, Anya hanya mampu memandangi pacarnya itu dengan sedih. Ia berharap, Tomy mampu menjadi lelaki yang lebih dewasa dalam menyikapi segala permasalahan.
Sungguh, aku takut saat menatap wajahmu dalam keadaan seperti ini. Rasanya aku tidak mengenalmu, mana Tomy yang selalu tersenyum manis saat berjumpa denganku ...
mana Tomy yang selalu berucap lembut padaku ...
kamu benar-benar berbeda kali ini. Bisakah kita perbaiki semua ini dengan benar ... Please.
Dengan penuh kasih sayang, Anya menghampiri Tomy yang tengah diselimuti amarah. Lalu ia dengan sigap segera membersihkan semua pecahan piring dilantai. Bulir-bulir kaca yang terserak dilantai, ia pungut satu persatu dengan baik. Seakan ingin memastikan bahwa Tomy dalam keadaan baik-baik saja, ia dengan segera mengulurkan tangannya.
Ia perhatikan satu persatu jari Tomy dengan baik, ternyata betul saja. Ia menemukan segores luka yang mengalirkan darah yang cukup banyak. Tangannya meraih kotak obat yang berada di ujung kaca, dan terampil mengobati luka pada jari Tomy.
"Aaakkhhh." Erang Tomy kesakitan.
"Tahan sedikit, semua akan baik-baik saja." sahut Anya dengan meniupkan lirih ke arah luka Tomy.
Disaat yang bersamaan, terdengar suara langkah kaki mama dan papa Anya yang memasuki ruang tamu. Berjalan cepat, dan berlalu dihadapan mereka. Seolah tau, putrinya tengah bertengkar dengan kekasihnya itu.
Papa dan Mama Anya, memiliki jabatan yang sangat penting di kantor tempat Lukman bekerja. Mereka adalah pemilik perusahaan tersebut. Perusahaan yang bergerak disektor perhotelan. Dan Lukman adalah salah satu staff accounting hotel tersebut.
Hubungan orang tua Anya dan Lukman begitu baik, mreka menganggap Lukman seperti putra mereka sendiri. Karena mereka dahulu adalah sahabat baik mendiang ayah Lukman.
Pada saat itu, perusahaan orang tua Anya sedang di ambang kebangkrutan. Dan ayah Lukman lah yang memiliki andil besar dalam berkembangnya perusahaan orang tua Anya pada saat ini .
❤️❤️❤️
**Semoga kalian suka degan kelanjutan ceritanya guys.
mohon dukungannya ya, supaya aku tetap bisa berkarya.
terimakasih juga buat kak** Aveeiiii, yang sudah andil besar dalam pembuatan karya pertamaku.❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Lita Yanis
klo up nya jgn lama2 yaaah, SDH trlnjur baca trnyata ini bukan End"
2022-09-20
5
TikaPermata
iiih 'cikgu ku' muncul ❤️. makasih kak
2022-08-29
2
Cerita Aveeii
astaga kaget ada namaku 🙈 semangat teruss 💪
2022-08-29
3