Terlihat Annara tangah sibuk merapikan baju, sambil mengenakan sepatu miliknya.
"Ra.. tolong bawakan ini sekalian untuk Lukman," titah ibu. Annara mengangguk patuh.
Hari sudah semakin siang, tapi dia bingung harus berangkat naik apa. Sementara motor miliknya, tak kunjung dikembalikan oleh Tomy.
Dengan berlari kecil, Annara berharap masih ada angkutan umum yang bisa ia tumpangi didepan.
"Pp Pak .. tunggu," sambil terbata-bata Annara menghentikan angkutan umum yang hendak meninggalkan tempat ngetemnya.
"Duduk sebelah sini aja mba gak papa," ucap seorang ibu paruh baya yang tengah duduk dibangku belakang.
"Terimakasih bu," ucap Annara sambil tersenyum dan menundukkan kepala dengan sopan.
Sambil membawa kotak makanan ditangan kirinya, ia lupa bahwa itu adalah titipan ibunnya untuk Lukman. Lalu, Annara bergegas masuk ke kantor Lukman yang tak jauh dari kantornya. Mata Annara pun, mencari cari keberadaan Lukman saat itu.
"oh ok.. dia belum datang mungkin," gerutu Annara lirih dalam hati.
"Pagi Ra... kamu ngapain disini, pasti mau ketemu Lukman ya." sapa Abi teman sekantor Lukman.
"Hai Bi, iya nih mau anter makanan dari ibu." sahut Annara sambil tergesa-gesa.
Sambil berlalu, ia meninggalkan tempat kerja Lukman. Dengan wajah penuh keringat, ia duduk dengan lemas di atas kursi tempat kerjanya. Lalu bergegas menyalakan komputer yang ada dihadapannya.
Srrk ... Srrk ...
Suara kertas Pak Baruna yang ada disebelah ruangan terdengar sampai meja Annara. Terlihat dengan serius Baruna membolak-balikan setumpuk kertas putih di atas meja kerjanya. Dengan wajah serius, Baruna tidak melepaskan pandangan matanya sedikitpun pada kertas kertas itu.
Ia adalah pemilik perusahaan tempat Annara bekerja. dengan parasnya yang tampan, tinggi semampai serta berkulit putih. Membuat semua perempuan dikantor mengidolakannya dan berdecak kagum. Tapi tidak dengan Annara.
"Hei ,sini kamu," perintah Pak Baruna memanggil Annara.
"Saya pak ?," ucap Annara dengan lirih menjawab Baruna.
"iya siapa lagi , coba kamu perhatikan ini. bukanya saya sudah pernah bilang ke kamu agar merapikan semua ini?, tapi kenapa semua ini belum beres sih."
ketus Baruna dengan kesal
"Baik pak, akan saya perbaiki lagi." jawab Annara dengan sopan sambil menunduk.
"Sudah berkali-kali kertas ini ku revisi, tetap saja kurang." gumam Annara sambil menyusun setumpuk kertas putih yang ada di tangannya.
"Kita akan meeting setelah jam istirahat. Untuk laporan yang belum selesai, saya harap nanti pada saat meeting sudah bisa terselesaikan dengan baik. jangan ada yang sampai tidak datang, apalagi datang terlambat. Saya sangat tidak suka, kalian semua tau itu kan?." perintah Baruna pada semua karyawannya.
Semua karyawan bergegas memasuki ruang meeting dengan tergesa-gesa. Nampak sibuk menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan saat meeting. Semua duduk dengan rapi diruangan, sambil memegang kertas putih diatas meja.
Suasana ruangan seketika menjadi hening, saat Baruna menjelaskan didepan.
Semua matapun tertuju pada Pak Baruna. Dengan nada yang tegas, ia menyampaikan setiap laporan yang ia terima dari masing masing karyawanya.
"Baik, saya akan tutup rapat ini, saya harap semua mampu berkontribusi dengan baik." pungkas Baruna.
......................
"Kamu lagi ngapain disini, musam gitu wajahnya." ucap Lukman, sambil duduk tepat disamping Annara.
"Nggak tau ni ... lagi bingung aja. dikantor mau ada pengurangan karyawan, mau karyawan lama ataupun baru juga bakal kena imbasnya. aku bingung, nggak tau harus apa. kalau sampai namaku jadi salah satu nama didaftar pengurangan karyawan." jawab Annara .
Dengan menatap langit yang sama, sayup lirih terdengar suara angin. Mereka sama-sama terdiam memandang indahnya awan sore hari itu. Memikirkan hari yang begitu panjang, dan sangat pelik yang harus mereka lalui.
Lukman adalah anak dari dua bersaudara, ia tinggal bersama ibu dan adiknya. karena ayahnya sudah terlebih dulu berpulang meninggalkan mereka.
Tidak jauh beda dengan Annara, ia juga hanya tinggal berdua saja dengan ibunya. Selepas kepergian ayahnya, dirumah itu ... Annara adalah anak tunggal. Ia harus mampu menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi tulang punggung keluarga. Karena sang ibu tak lagi bekerja.
"kita jalan-jalan aja yuk," ucap Lukman sambil menggandeng tangan Annara.
Dengan wajah yang musam, Annara mengiyakan ajakan itu. Cukup lama mereka mengitari sepanjang jalan, Lukman sesekali melihat dari kaca spion motor miliknya ... untuk memastikan bahwa sahabatnya itu baik baik saja. Tak satu katapun keluar dari mulut Annara, ia hanya terdiam memandangi sepanjang jalan.
Ayah ... maafkan Annara, yang belum bisa bahagiakan ibu sepenuhnya. Annara rindu Ayah ...
Annara nggak bisa berjalan lurus tanpa Ayah.
Cukup lama terdiam, tiba-tiba mata Annara terbelalak dengan apa yang baru saja ia lihat. Seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat, Annara segera menepuk punggung sahabatnya itu untuk memberhentikan laju motornya.
Ternyata benar saja, yang ia lihat adalah Tomy pacarnya. Mereka tengah berduaan di salah satu taman kota, duduk berhadapan dan saling melempar tawa. Dengan wajah yang sedih ia pandangi pacarnya itu dari kejauhan. Bagaikan langit runtuh saat memandangi pemandangan tersebut. Bagaimana tidak, selama ini dia menaruh rasa percaya yang sangat besar kepada Tomy.
"Ra ... kamu gak papa kan?," tanya Lukman lirih. disamping Annara.
"Aku mau pulang," sahut Annara lemas. Sembari mengusap air mata di pipinya.
Lukman dengan sigap berlari ke arah Tomy, kala melihat Annara menangis dihadapannya. Sontak Annara berteriak, Lukman ... jangan.
Lalu, Lukmanpun menarik kemeja Tomy dengan cepat.
bugh bugh bugh
Cukup keras ia layangkan pukulan ke arah wajah Tomy, sampai ia mengerang kesakitan. Annara datang untuk melerai mereka berdua.
"Cukup!!!" teriak Annara di depan dua lelaki itu.
Tidak perduli apa yang tengah dirasakan Tomy saat itu, Annara menarik tangan Lukman untuk segera pergi dari tempat itu.
"Sayang ... maafin aku!," seru Tomy sambil mengerang menahan sakit diwajahnya.
"Ayo aku bantu berdiri," sambut Anya sambil meraih tangan Tomy.
Ia adalah teman sekampus Annara dan Tomy.
"Aaaakkhhhh sakit," rintih Tomy menahan sakitnya.
Sambil berlari Annara membuka pintu kamarnya, dan menutupnya dengan keras.
Blakkkkk
Lukman hanya bisa tertunduk lemas melihat Annara, dia sangat kecewa dengan dirinya. Merasa tak mampu menjaga wanita yang ia sayangi. Hal yang selama ini ia tutup rapi dan di sembunyikan begitu baik pada Annara, terbongkar sudah.
"Ra ... sudah pulang kamu?," tanya Ibu pada Annara sembari mencari-cari dimana anaknya tersebut.
"Tante ... Lukman mau ijin pulang dulu ya," ucap lirih Lukman penuh sopan sambil mencium tangan ibu Annara.
Seakan tahu apa yang terjadi, ibu Annara hanya diam dan mengiyakan Lukman untuk pergi. Dan hanya bergumam dalam hati.
Ada apa dengan mereka, sepertinya ada sesuatu di antara mereka.
Ini adalah karya pertamaku,
terimakasih buat kalian yg udah mau mampir membaca ini ya.
jangan lupa like dan komen yah, biar tambah semangat bikin kelanjutan ceritanya ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Lita Yanis
know g d ambil motornya arra, cowok g modal, selingkuh pake motor cweknya si arra, buang aja yg bgtyuu Ra, cari gntinya tuuh ada Lukman dri dulu suka,
2022-09-20
6
🤗🤗
semangat
2022-09-01
3