Bab 5.
Malam pengiriman di Jalur Lebah, kereta kuda obat dalam perjalanan, dikawal empat orang pasukan berkuda. Hibi berdiri menghadang jalan mereka, “Hei siapa kau, cepat minggir!” teriak Chou, pemimpin pasukan itu. Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari salah satu pasukan, Chou menengokan wajahnya, tiga orang anak buahnya dan penunggang kereta kuda sudah dibunuh, Kara berdiri disana dengan ceruritnya yang penuh darah. Chou turun dari kuda, mencabut pedangnya, tetapi tiba-tiba Kara sudah berdiri dibelakangnya, Chou terkejut, dalam sekejap Chou sudah tergeletak dengan darah yang berceceran. Kara dapat bergerak dengan sangat cepat, saking cepatnya ia terlihat seperti menghilang, itu mengapa ia dijuluki tanpa bayangan.
“Ayu ambil ramuannya” kata Kara ke Hibi, Hibi berjalan kearah kereta obat “kapan-kapan aku yang beraksi”. Dari kejauhan seorang laki-laki berambut panjang dan berwajah pucat, memakai topi caping, memperhatikan itu semua dari atas pohon. Ia bernama Oto, dijuluki si hantu.
Disalah satu kota, Oto masuk kedalam rumah bunga (tempat perempuan penghibur), “hallo tuan mau kutemani?” sapa gadis-gadis dirumah itu. Oto tidak menanggapi mereka, berjalan naik ke lantai dua, masuk ke salah satu ruangan. Kong berada didalam ruangan itu bersama dua orang gadis, “tuan” Oto memberi hormat “mereka sudah bergerak lagi” Oto memberi laporan, Kong tersenyum “kau tau apa yang harus kau lakukan”, Oto mengangguk dan beranjak pergi.
Niki masih dirawat diruang pengobatan, Ge dan teman-teman satu kelompok menjenguk. “Ya begitulah, karna kau dianggap belum bisa melanjutkan seleksi, mereka memasukan Lee kedalam kelompok” Ge menjelaskan, “tidak apa-apa, aku tidak keberatan” jawab Niki, perbincangan terjadi diantara teman sekelompok. Ge dan yang lainnya sudah pergi dari ruang perawatan, Yuyu menghampiri Niki, membawakan semangkuk obat “ini diminum dulu, untuk menetralisir racunnya” kata Yuyu dengan senyum manisnya, “terima kasih” Niki mengambil mangkuk itu dan meminumnya hingga habis.
Yuyu melanjutkan pekerjaannya hari itu, ia sedang membersihkan halaman depan ruang pengobatan, Lou dan anak buahnya datang menghampiri. “Hai Yuyu” sapa Kako, Lou menghampiri Yuyu dan memegang lengannya “apa kabarmu cantik?” goda Lou, “lepaskan!” Yuyu berusaha memberontak, tetapi ia tidak memiliki tenaga yang cukup, Lou dan anak buahnya hanya tertawa. Sebuah batu dilempar tepat mengenai kepala Lou, ia terjatuh dan kepalanya mengeluarkan darah, “hanya dilempar batu saja langsung jatuh” ejek Niki, Lou bangkit berdiri “ku kira kau tidak suka ikut campur urusan orang lain”, Niki tersenyum “kau salah, Yuyu itu temanku”.
Lou menghapus darah yang mengalir ke wajahnya “kalau begitu pas sekali, aku juga ingin bertarung denganmu” Lou langsung menyerang Niki, pertarungan terjadi. Niki belum bisa bergerak dengan normal, tetapi ia masih bisa menghindari serangan-serangan Lou, hingga satu titik tubuh Niki tidak bisa bergerak dan sebuah hantaman mengenai wajahnya, Niki terjatuh. Lou tertawa puas “itu balasan berani menyerangku” Lou berajalan pergi diikuti anak buahnya, Yuyu langsung menghampiri Niki “terima kasih” Yuyu membantu Niki berdiri dan membawanya kembali ke ruang pengobatan.
Disebuah rumah diwilayah Lembah Kabut, Shibaku baru saja menghabiskan ramuannya, “dengan begini tubuhku sudah semakin baik” Shibaku tertawa. “Sepertinya kau sudah siap untuk rencana selanjutnya” Oto masuk kedalam rumah itu, Kara dan Hibi langsung mencabut senjata mereka dan menodongkannya kepada Oto. “Hentikan! Aku mengenalnya” perintah Shibaku, “lama tidak berjumpa tuan Shibaku” sapa Oto, “kingkong putih yang menyuruhmu kemari?” tanya Shibaku, Oto mengangguk “pergerakan racun timur kedalam Tebing Langit gagal, sebentar lagi berita pengiriman obat diserang juga akan terdengar, lalu menurutmu berapa lama Sasa akan tahan dengan interogasi merpati putih?”
Disalah satu kota, dirumah bunga, seorang laki-laki berjenggot tipis, beberapa rambutnya sudah memutih, membawa kipas putih ditangan, sedang bermain catur seorang diri, ia bernama Fei, ketua pasukan penyergap, dijuluki merpati putih. Fei sedang bermain catur, seorang burung pengantar surat hinggap dijendela kamarnya, Fei membaca surat itu.
Di dalam ruang interogasi di Tebing Langit, Sasa duduk diikat dengan rantai, ia berteriak kesakitan, Fei sedang mengacaukan pikiran Sasa dengan hipnotis, perlahan-lahan Sasa akan memberitahu apa yang diinginkan, Fei salah satu yang terbaik dalam hal hipnotis. Cukup memakan waktu hingga Fei keluar dari ruang interogasi, Wan dan Wu sudah menunggu disana, “bagaimana?” tanya Wan, “sepertinya dia tidak tahu banyak, tetapi ada dua nama, Kara dan Hibi, aku akan segera menyelidikinya” jawab Fei.
Malam yang tenang di Tebing Langit, Kong sedang berendam air hangat, Oto secara tiba-tiba muncul dibelakangnya, “hebat juga, bahkan Taka dan Taki tidak bisa mencium kehidaranmu” puji Kong sembari terus berendam, Oto menyerahkan sebuah gulungan “ini rencana terbaru dari Shibaku”, Kong mengambil gulungan itu, Oto langsung menghilang.
Malam itu Oto masuk ke Tebing Langit bukan hanya untuk satu tujuan, Oto masuk kedalam ruang tahanan, Sasa disana, duduk terikat tidak berdaya. Oto menghampiri Sasa “tidak boleh ada informasi yang bocor” Oto mengeluarkan pisau dan menyayat leher Sasa, darah langsung mengalir keluar, dalam sekejap Sasa sudah tidak bernyawa.
Hari ke dua puluh seleksi pasukan baru, Niki sedang makan siang di tempat Su, ia tidak ikut tugas terakhir karna dianggap masih dalam pemulihan. “Sepertinya teman-temanmu sedang ditugaskan keluar benteng ya?” Su membuka pembicaraan, “begitula, sepertinya setelah mereka kembali aku akan dipulangkan, aku tidak mengikuti tugas terkahir” jawab Niki sembari mengunyah makanan, Su hanya tersenyum. Vivian memberi tugas terakhir kepada setiap kelompok, mereka harus melakukan tugas selama sepuluh hari diluar Tebing Langit, seperti menjadi pengawal dan sebagainya. Su dan Niki melanjutkan makan siang mereka dengan tenang, tiba-tiba pintu pondok diketuk, Enma masuk dengan terengah-engah “maaf tetua Su, tetapi ada hal penting, ketua Wan meminta tetua Su datang”.
Su dan Enma memasuki ruangan Wan, didalam sana sudah ramai oleh para petinggi. “Musuh kita sudah bergerak sangat jauh, bahkan Tebing Langit berhasil mereka susupi dua kali, semalam salah satu tahanan kita dibunuh, kita sudah dianggap remeh, mulai sekarang kita yang harus bergerak duluan!” Wan memukul meja, “ketua, sepertinya kita harus mengabari ini kepada kekaisaran dan juga benteng lainnya, mungkin saja mereka juga mengalami hal yang sama” usul Wu, “bicara apa kau Wu, nama Tebing Langit bisa tercoreng jika tidak bisa mengatasi hal semacam ini” potong Kong. Perdebatan panjang terjadi.
Niki baru menyelesaikan makannya, ia merasa bosan menunggu Su dan memutuskan untuk berkeliling melihat-lihat pondok. Didalam pondok Su terdapat sebuah rak gulungan, Niki melihat-lihat gulungan itu. Sedang asik melihat-lihat, ia tertarik dengan sebuah gulungan bertuliskan “jurus delapan totokan”, Niki pun membaca isi gulungan itu.
Su dalam perjalanan kembali ke pondok sambil menghisap cerutunya, ia ditemani Sai. “Tampaknya perdebatan tadi sangat panas ya” kata Sai membuka pembicaraan, “semua petinggi mempunyai pandangan masing-masing, sebagai calon pengganti Wu, kau seharusnya sudah boleh berpendapat” jawab Su, “lalu tetua sendiri mengapa tidak berpendapat pada pertemuan tadi?” tanya Sai, “sudut pandang orang tua seperti ku sudah tidak diperlukan, kalian anak muda yang menjalankan Tebing Langit, bukan aku” Su tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
akun nonaktifkan
5 like dulu ya, semangat 😁
Mampir karyaku ya, sekalian like, dan rate 🥺🙏🏻
Pasti aku selalu mampir karya mu kok, kalau ada kamu komen eps dikaryaku😆
Tunggu aja🙏🏻
2020-07-30
0
Yuni Sri
👍
2020-07-25
0