4

Bab 4.

Sai dan pasukannya sudah kembali ke Tebing Langit, Sai dan Yinsa membawa topeng putih ke ruang perawatan, seorang tabib yang sudah berumur sedang mengobati, ia dikenal dengan nama nenek Chu. “Tidak perlu khwatir, perempuan itu akan selamat” Chu membawakan kabar, “perempuan?” Yinsa terkejut, Chu tertawa “jadi kalian belum melihat dibalik topengnya ya, wajahnya cantik” canda Chu, “ternyata benar kalian sudah kembali” Enma datang menghampiri “Sai, ketua Wan mencarimu” – “aku akan segera kesana” jawab Sai.

Sai sudah berada di ruangan Wan, diruang itu juga ada Wu, Kong, dan Lim Mereka semua duduk melingkar. “Sepertinya mereka mencuri beberapa obat-obatan, jumlah mereka tiga orang, dua berhasil kabur, satu tahanan masih dalam proses penyembuhan” Sai membawakan laporan, “sudah seharusnya mengirim pasukanku, tentu saja tidak mungkin ada yang berhasil kabur” celetuk Kong, “ini bukan saatnya untuk berdebat, aku ingin melihat dulu pergerakan mereka selanjutnya” kata Wan.

Kara dan Hibi sudah sampai disebuah rumah diwilayah Lembah Kabut, Lembah Kabut adalah kota tersembunyi dalam kabut, tempat yang sangat cocok untuk persembunyian para penjahat. “Maaf kami terlambat” Kara dan Hibi memberi hormat kepada seorang laki-laki dengan sekujur tubuh dibalut perban, hanya memperlihatkan bagian matanya, ia dikenal dengan nama tuan Shibaku.

“Mana ramuannya?” tanya Shibaku yang duduk lemas di tempat tidurnya, Kara memberikan sebotol ramuan, Shibaku langsung meminumnya hingga habis “tubuhku sudah membaik, tetapi aku butuh lebih banyak ramuan ini” kata Shibaku, “kami akan segera mencari kereta obat selanjutnya, tapi tuan, Sasa berhasil ditangkap musuh” lapor Kara, “beritahu Sada jika aku yang menyuruhnya” – “baik tuan!” Kara dan Hibi memberi hormat dan beranjak pergi.

Hari ke sebelas seleksi pasukan baru, Niki sedang membersihkan dirinya di tempat mandi benteng. Lou dan lima orang anak buahnya datang menghampiri “hei kau!” teriak Lou, Niki hanya diam sembari melanjutkan membersihkan diri, “aku sedang bicara padamu!” bentak Lou kesal. Niki masih tidak menjawab, mengeringkan dirinya lalu berjalan pergi, “bos?” tanya Kako, salah satu anak buah Lou, “biarkan saja dia pergi, dia cukup menarik” jawab Lou.

Hari-hari terus berjalan, dua hari sudah berlalu, semua calon pasukan dikumpulkan dihalaman utama, Vivian berdiri diatas altar “semuanya dengarkan! Mulai hari ini kalian tidak akan bertarung secara individu lagi, kalian akan bertarung secara berkelompok, satu kelompok beranggota lima orang, kuberi waktu satu dupa untuk memilih kelompok”.

Semua calon pasukan langsung bergegas mencari pendekar-pendekar hebat untuk masuk ke dalam kelompok mereka, dan tidak sedikit pendekar-pendekar arogan yang menolak untuk berkelompok dengan pendekar lemah, sedangkan Niki hanya berdiri diam tidak berusaha untuk mencari kelompok.

“Sudah kutebak kau pasti tidak mencari kelompok” Ge dan Ju datang menghampiri Niki, “jadi kalian sudah berteman? kalian mau mengajak aku berkelompok dengan kalian, bukan begitu?” tanya Niki, Ge tertawa “ya begitulah” – “baiklah aku ikut” jawab Niki, Ge dan Ju terdiam, tidak menyangka Niki mau bergabung dengan mereka.

Satu dupa hampir terbakar habis, kelompok mereka masih beranggotakan tiga orang, tidak ada yang mau bergabung dengan kelompok lemah, “wah ternyata Niki disini, anggota kalian sudah berapa orang? Boleh aku bergabung?” Kin menghampiri mereka, “wah tentu saja boleh” jawab Ge dengan antusias, sepertinya kemampuan Niki membuat Kin tertarik padanya. Satu dupa sudah terbakar habis, kelompok mereka masih beranggotakan empat orang, Tang dan seorang pemuda berbadan gemuk bernama Chocho datang menghampiri “dari yang kulihat kalian masih beranggota empat orang, kalau begitu Chocho kumasukan dalam kelompok kalian” kata Tang lalu langsung berjalan pergi, “hallo, namaku Chocho, salam kenal ya” Chocho tersenyum lebar memperkenalkan diri.

Disalah satu kota, di rumah perjudian, mayat-mayat berceceran, berdiri seorang laki-laki berambut putih panjang diikat dengan wajah yang ditutupi masker, membawa belati pendek dipunggungnya, namanya Sada, dijuluki racun timur. Sada menghampiri Hung, laki-laki paruh baya yang sudah terluka parah, menusukan belatinya ke paha Hung, Hung berteriak kesakitan, belati milik Sada mengandung racun, tubuh yang tertusuk akan merasa seperti terbakar, “beritahu aku pengiriman selanjutnya, akan kuberikan penawarnya” Sada memberikan penawaran, Hung tidak bisa menahan sakitnya lagi “baiklah-baiklah akan kuberitahu”, Sada tersenyum.

Kara masuk kedalam rumah perjudian, Sada baru saja memenggal kepala Hung “itu penawarnya” Sada tertawa, “sudah selesai?” tanya Kara, “kau datang tepat waktu” Sada berjalan menghampiri Kara “tiga hari, Jalur Lebah, tengah malam” kata Sada, Kara mengangguk “satu lagi, tuan Shibaku memintamu mengeluarkan Sasa dari Tebing Langit, kau yang paling mengenal petanya” – “beritahu Shibaku, gandakan bayaranku” Sada berjalan pergi.

Malam yang tenang di Tebing Langit, Niki masih duduk ditempat tidurnya, ia tidak bisa tidur, memilih mencari udara. Chocho melakukan rutinitas malamnya, mengintip para perempuan tidur dari atas tembok benteng. Sada sudah berhasil menyelinap masuk kedalam Tebing Langit, tiga orang pasukan sudah menjadi korban “masih saja mudah disusupi” kata Sada.

Chocho sudah merasa bosan, ia beranjak pergi kembali ke kamar. Sada berjalan dengan tenang di tembok benteng, dalam perjalanan ia berpapasan dengan Chocho, Chocho hanya berjalan melewati Sada, berpikir hanya pasukan penjaga, Sada tersenyum “sayang sekali tidak boleh ada saksi mata ya” Sada mencabut belatinya dan bermaksud menyerang Chocho, tetapi Niki datang dan menahan belati Sada dengan kerambitnya, Choco terkejut, Sada langsung menendang tubuh Niki hingga terpental menghantam Chocho, mereka berdua terpental.

“Maaf ya, aku tidak ada waktu untuk main-main” Sada menerjang kearah mereka, “cepat lari!” teriak Niki sembari menahan serangan Sada, pertarungan terjadi, tetapi Niki bukan lawan yang sebanding untuk Sada, tidak butuh waktu lama Niki sudah dijatuhkan kembali. Niki terlihat kesakitan, lengan kirinya tersayat belati Sada, racunnya bereaksi, tubuh Niki mulai terasa panas.

“Satu beres, tinggal si gendut” Sada berjalan mendekati Chocho, Chocho hanya diam terpaku ketakutan, Niki kemudian melompat dan menandang wajah Sada, Sada pun terpental. “Bajingan!” Sada kesal, ia bangkit berdiri “dengan ini akan selesai” Sada mengeluarkan beberapa jarum dan melemparkannya kearah Niki, tiba-tiba beberapa pisau dilemparkan mengentikan jarum-jarum itu, Vivian melompat kedapan Niki “maaf terlambat”. Niki tertolong, saat itu tubuhnya sudah lemas, Niki tergeletak pingsan.

“Sudah sampai datang bantuan, sudah ketahuan ya, kalau begitu pergi saja, selamat tinggal Vivian” Sada melemparkan bubuk asap, lalu pergi menghilang. Vivian tampak terkejut, ia mengenal suara itu, tetapi tidak mengenali wajah Sada.

Niki masih tidak sadarkan diri, ia sedang dirawat oleh Chu diruang pengobatan. Chocho, Ge, Ju, dan Kin menunggu didepan ruang pengobatan. “Jika tidak ada Niki, mungkin aku sudah mati” kata Chocho, “hei sudahlah, bukan kau saja yang pernah ditolong Niki” jawab Ge.

Wan mengadakan pertemuan dengan Sai, Tang, dan Vivian di ruangannya. “Saya sudah memastikan dari luka-luka para korban, semua terkena racun” lapor Tang, “jarum yang digunakan juga sama dengan yang kemarin saya temukan, kemungkinan besar memang dia orangnya” lanjut Sai, “bagaimana Vivian? Kau bertarung langsung dengannya?” tanya Wan, “aku mengenal suaranya, tetapi wajahnya tidak jelas, ditambah lagi rambutnya bewarna putih” Vivian menjelaskan, Wan menghela nafas “ternyata sudah sejauh itu ya”.

Di ruang pengobatan, Niki sudah sadarkan diri, Tang dan Vivian datang menjenguk, “bagaimana keadaanmu?” tanya Vivian dengan senyum manisnya, Niki terkejut melihat senyum Vivian, selama ini ia pikir Vivian perempuan yang galak.

Vivian dan Tang keluar dari ruang pengobatan, Sai sudah menunggu disana “bagaimana keadaanya?” – “dia sudah membaik, nenek Chu sudah mengeluarkan racunnya, aku pergi dulu ya, masih banyak pekerjaan” jawab Tang kemudian berjalan pergi meninggalkan Sai dan Vivian. “Kau sepertinya tertarik dengan anak ini” kata Vivian, “dia berhasil selamat setelah bertarung dengan racun timur, itu saja sudah membuatnya menarik” Sai tersenyum “aku pergi dulu” Sai juga berjalan pergi meninggalkan Vivian.

Terpopuler

Comments

Sofandsyah

Sofandsyah

kenapa nikki belum juga belajar.... ?

2020-07-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!