"Ibu Airin, ada tamu untuk anda" seorang penjaga memanggilku. Lalu membukakan pintu sel ku. Akutak tau siapa yang datang , apakh Ayah dan Ibu.
Benar, Ayah dan Ibu datang. Ku lihat wajah sedih keduanya. Ibu kembali menangis memelukku. Tak henti hentinya keduanya mengucapkan kata maaf. Ayah pun keliata sangat terpukul. Mata tua itu bengkak, mungkin ayahpun menangis terus sampai matanya membengkak.
Ku paksakan untuk tersenyum. "Sudahlah, Ayah dan Ibu tidak perlu lagi bersedih. Semua sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir yang harus Airin jalani." ujarku sambil menggenggam tangan Ayah. Ayah pun memelukku. "semua salah Ayah nak, seandainya dulu Ayah tidak memaksamu menikah dengan Andri, mungkin sekrang kamu tak ada disini." isaknya memelukku.
"tak ada lagi yang pelu disesali Ayah, sekrang kita harus menerima kenyataan ini." sahutku. Yang sebenanya aku berusaha untuk memuatkan diriku sendiri.
Waktu berkunjungpun tak terasa udah habis. Aku harus kembali ke sel ku. Tetap ku tersenyum, agar Ayah dan Ibuku sedkit tenang. "Airin baik baik saja, doa dri Ayah dan Ibu yang sangat Airin butuhkan saat ini. Ayah dan Ibu jangan banya fikiran, Yakinlah Allah akan jaga Airin." ujarku.
Sebelum pergi Ayah dan Ibu memeluk ku lagi. Apalagi Ibu, beliau lah yang paling dapat merasakan luka ku. Dan Ayah masih terus mengucapkan maaf.. "Airin sayang Ayah dan Ibu, Jaga diri kalian. Karna mungkin Airin tak dapat menemui kalian entah akan berapa lama." ku peluk lagi Ayah.
Didalam sel, airmata ku tumpah. sejak tadi aku berusaha menahan untuk tak menangis. agar Ayah dan Ibu tak mencemaskan keadaanku disni. Karna aku tak tau apa yg akan terjadi padaku.
"Ya Allah kupasrahkan hidupku padaMu. Karna aku tak tau lagi apa yang harus kulakukan" isakku.
Perlahan ku dengar suara adzan, ku panggil penjaga sel. "pak, bolehkah saya berwudhu untu sholat" tanya ku. Penjaga itu tak menjawab, hanya dia membukakan pintu sel ku. " cepatlah saya antar ke kamar mandi." ujarnya
Setelah wudhu, aku sholat dzuhur didalam sel. Tadi Ibu membawakan beberapa baju ganti ku dan kain sholatku.. Selesai sholat kutumpahkan smua sesak di dada ku. Ku kadukan smua pada Tuhan. Sungguh aku tak sanggup lagi rasanya. Aku tak sanggup membayangkan bagaimana nasib anak dalam kandunganku. Akan kah dia bisa sehat, sementara sekrang aku berada di tahanan. Meskipun belum ada sidang pengadilan, aku merasa bahwa aku akan di penjara. Apakah anakku harus lahir di penjara. "Ya Allah.. jika memang ini adalah takdir hidup ku. Kuat kan aku Ya Allah. Sehatkan anakku." pintaku dalam do'a.
Tak terasa aku tertidur setelah sholat, masih dengan mukenah dan diatas sajadah. Saat ku terbangun hari telah berganti malam. Aku izin lagi ke penjaga untuk ke kamar mandi. membersihkan diri dan wudu lagi untuk sholat. Alhamdulillah penjaga sel itu megizinkan ku.
Saat aku kembali ke dalam sel, ternyata disana ada seorang wanita lagi. Dia juga ditahan, mungkin dia juga telah melakukan kejahatan. Sehingga di tahan sepertiku. Wanita itu tersenyum. "oh ternyata gue ngk sendirian disini." ujarnya. Lalu dia mengangkat tangan ingin bersalaman."gue Luna, nama lu siapa" ujarnya lagi.
Ku ulurkan tangan menerima perkenalannya. " saya Airin mba," jawabku.
" ooo, salam kenal ya Airin. Ngapa lu sampai masuk sini. Lu maling atau karna apa ? " denga santai dia bertanya.
"saya,,, " aku ragu untuk menjawabnya.
"kenapa ? " dia makin penasaran.
" saya membunuh.. " jawab ku sambil terus menunduk. Sungguh aku malu mengakunya. Karna ang aku tak sngaja melakukannya. Semua terjadi diluar kesadaranku.
Mba Luna tertawa keras, "beneran lo pembunuh... hahahhahah,, abis bunuh apa, cicak apa kecoa, Hahahaha" dia masih saja tertawa. Apanya yang lucu, apakah membunuh itu lucu sehingga dia bisa tertawa seperti itu.
"Diam, jangan berisik." penjaga penjara memarahi kami.Mba Luna pun terdiam. "eh, serius lo habis unuh orang ?" dia bertanya lagi. Aku hanya mengangguk. Kemudian aku memakai mukenahku. Aku mau sholat maghrib. Karna ketiduran td, aku sudah terlambat mau sholat maghrib karna sebntar lagi sepertiya akan adzan Isya.Luna masih saja menatapku. Selama ku sholat dia terus memperhatikanku.
Selesai sholat, dugaanku benar. Adzan Isya pun terdengar. Dan ku lanjutkan mengerjakan sholat isya. Sekilas ku lihat Luna masih memperhatikan ku. Tak kupedulikan, lebih baik aku sholat.
Selesai sholat, kurapikan mukenah dan sajadah Lalu ku simpan lagi dalam tas baju ku yang tadi ibu bawakan. "Jangan terus memandangiku, lebih baik mba Luna juga sholat. Waktu isya sudah masuk." ujarku padanya. Dia berjalan menghampiri kemudian duduk disebelahku. "serius lo udah matiin orang" lagi dibertanya. Aku mengangguk kembali. "siapa ? " dia mash memandangku seakan tak pecaya. "suamiku" sekarang aku mulai terbuka. Mungkin sedkit lebih baik kalau aku ada teman disni. Daripada senidiri terus, hanya akan membuatku terus befikir dan menangis.
"busyet, sadis bener lo. Tampang alim begini ternyata abis bunuh laki. Kenapa, laki lo selingkuh ? atau KDRT ?" wanita itu makin kepo. aku hanya meliriknya sekilas, kemudian lanjut merapikan tas ku. "ayo lah cerita padaku. tenang saja, ngk akan gue ketawain lagi." dia membujukku.
Akhirnya aku ceritakan padanya. Apa yang sudah kulakukan. Sampai kisah aku menikahpun kuceritakan. Bagaimana perlakuan suamiku selama ini padaku. Ceritaku memgalir begitu saja semuanya. Seakan ada yang lepas dari dada ku, beban yang slama ini ku tahan sendiri. Setelah ku ceritakan semua, dadaku serasa longgar. Entahlah, mungkin selama ini aku terlalu lama memendam luka itu sendiri. Karna tak ada teman untuk bebagi cerita.
"kasian banget dah lo" Luna menatapku pilu. apa dia ikut merasakan sakit ku atau hanya memandang sdih padaku. "kapan lo masuk kesini. trus udah ada jadwal sidang kasus lo. punya pengacara ngk" ucap Luna.
"baru 2hari mba, ngk ada mba. Aku ngk ada pengacara apapun. Darimana biayanya. Biarlah smua ku pasrahkan saja sama Allah. Mungkin sudah takdir hidupku. Mungkin Allah sangat menyayangiku, makanya aku diberikan ujian cobaan ini jawabku berusaha untuk tersenyum.
"Sayang apa nya Allah ama lo g*bl*k. Kalau sayang, lo ngk bakalan dikasih suami macam itu. Bodoh banget lo." ujar nya sambil ketawa. "astaghfirullah, mba Luna ngk boleh bicara seperti itu. Tidak semua kebahagian kesenangan didunia ini yang menunjukkan kasih sayang Allah. Justru Allah akan menguji haba hambaNya. Menguji Iman kita. Kalau kita mampu melaluinya maka tingkat keImanan kita akan naik." sahutku.
"bego lo, udah hidup kayak neraka begitu masih aja ngomong Allah sayang sama lo. Coba kalau mertua lo ngk nerima, terus bayar orang buat mainin kasus lo ini. Biar lo dihukum mati. Gimana, itu berarti Allah masih sayang sama lo , hah " Luna malah marah.
"Allah lebih tau apa yang terbaik buat hambaNya mba. Kita ngk boleh su'udzon" aku masih tersenyum padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments