Aku mencium bau yang membuatku tersadar. Tenyata aku telah berada disebuah ruangan yang serba putih, Rumah sakit. Kepala ku masih terasa pusing. ku coba bangkit dan duduk. Sesaat ku terdiam, mencoba mengingat apa yang telah terjadi. Dan kenapa aku sampai disini. Siapa yang telah membawaku ke Rumah sakit ini.
Tak lama, pintu terbuka. Seorang perawat masuk dan tersenyum. "mba sudah bangu ? " tanya perawat itu. aku hanya tersenyum.. Lalu perawat itu memeriksa ku. Aku baru tersadar kalau di tanganku ada slang infus yang terpasang. "saya kenapa sus, " aku mencoba untuk bertanya.
"Alhamdulillah, sepertinya mba sudah mendingan. Kalau mba sudah merasa lebih baik, mba sudah diperolehkan pulang. Kandungan mba juga kata dokter dalam kondisi baik. janin mba sehat insyaAllah." terang suster itu menjelaskan kondisi ku.
Aku terdiam, mncerna semua perkataannya, "apa, kandunganku ? apa aku hamil ?" batinku.
"apa sus, saya hamil ?" sekali lagi kucoba memastikan perkataan suster itu. "iya mba, mba hamil. Dokter sudah meresepkan beberap vitamin utuk mba. agar kondisi mba tetap sehat." jawab suster itu.
Aku masih diam, tepatnya semakin putus asa. Apa ini tuhan. belum cukupkah deritaku. aku larut dalam fikiranku.
"ini mba, obat dan vitamin mba. dan mba sudah boleh pulang. Alhamdulillah.. ohya ini juga ada pesan dari yang membawa mba kesini. tadi disuruh berikan ke mba, kalau mba sudah baikan." ujar suster itu sambil memberikan obat dan vitamin. juga selembar kerta.
"apapun masalahmu, jangan pernah berfikir lagi untuk mengakhiri hidupmu. Kau pikir setelah mati semua akan selesai ??? justru disitulah kehidupanmu baru akan dimulai. tidak ada bunuh diri yang berhadiah syurga. Tapi orang yang bunuh diri, tempat nya kekal di neraka. Apalgi kamu juga telah membunuh anak yang ada di rahim mu juga. Pikirka berapa besar dosa yang akan kau tanggung kelak"
Aku terisak membaca surat itu. berani nya dia menasehatiku. siapa dia. apa dia tau hidup seperti apa yang ku jalani. Tau apa dia. Aku segera merapikan pakaian ku. dan keluar dari ruangan rumah sakit. Tapi aku bingung, aku akan kmana. Kalau aku pulang sudah pasti lelaki yang bergelar suamiku itu akan menghajarku lagi. Karna aku sudah seharian pergi tanpa pamit padanya. Tapi aku tak tau lagi harus kemana. Pergi kerumah ibu, jangan sampai nati dia datang dan memukuli ayahku lagi.
Dengan lesu ku berjalan. Ya sudahlah, mungkin sudah takdirku. Aku putuskan untuk pulang, meskipun sampai dirumah dia akan menghajarku lagi. Tapi aku terngat dengan perkataan suster di Rumah sakit. Aku hamil, kalau nanti dia memukulku bagaimana kalau dia juga menyakti anakku. " Ya Allah, lindungi anakku." doaku dlm hati, sambil mengelus perutku yang masih rata.
"dasar wanita j*lang, kemana saja kau seharian hah..." tiba tiba aku merasakan sakit, ternyata suamiku dan dia menarik rambutku dengan kuat nya. " sakit mas, ampun.." teriakku.
"sakit katamu, kemana saja kau seharian wanita si*lan. mau mati kau rupanya ya" tak dipedulikan nya aku yang telah terisak menangis kesakitan. apalagi orang orang telah memperhatikan kami dijalanan itu Dia terus menarik rambutku, hingga kami sampai dirumah.
Di hempaskan nya tubuhku ke dinding kamar. Kurasakan sakit di keningku karna terbentur dinding. Sakit..
Kulihat dia membuka ikat pinggangnya.. Dan langsung memukulku dengan sabuk pinggangnya itu.. Sakit kurasakan sekujur punggungku. Tak tau lagi airmata ku. Aku teringat akan anak yang ada di rahimku. Aku tak ingin dia sampai menyakiti anakku.
Dia terus saja memukulku, hingga aku telah tersungkur menahan sakit. Entah kekuatan apa yang merasuki ku. Tiba tiba saja aku bangkit, dan langsung memegang sabuk ikat pinggangnya.
"laki laki biad*b, sampai kapan kau terus menyiksaku." teriakku padanya.
Dia seperti terkejut, yang melihat ku berani melawannya. " Berani kau sekarang wanita bin*l, mau melawanku kau sekrang. " dia bersiap siap lagi mengangkat sabuknya utuk kembali memukulku.
Tak kalah cepat, dengan refleks aku mengambil kursi kayu yang ada di dekat jendela kamar, dan ku hantamkan ke kepalanya. Dan seakan tak percaya, pukulanku lebih dulu cepat ke arahnya. Dia pun tersungkur. Aku yang sudah dikuasai amarah, sakit hati, dendam, kebencian. Terus saja menghantamnya dengan kursi. Sambil berteriak sekeras kerasnya. "mati kau bajing*n. matilah kau, aku membencimu. mati lah kau." Bertubi tubi ku memukul kepalanya, sampai darah bercucuran. Sampai aku merasakan tanganku tak sanggup lagi mengangkat kursi itu, dan tersadar, ku lihat dia tak bergerak lagi. Kepalanya, wajahnya sudah berlumuran darah.
"Airin,,, airin,,, keluarlah,, apa yang terjadi. " tia tiba tetanggaku datang, dan dia terkejut melihat suamik yang udah bersimbah darah. " Airin, kau sudah mebununya." tetanggaku terkejut dan langsung berteriak keluar. Sehingga semakin banyak orang orang berdatangan.
Mereka semua tak percaya dengan yang terjadi. Aku, seorang wanita yang dikenal pendiam tak banyak bicara, telah membunuh suamiku sendiri. Mereka mungkin tau kalau suami ku suka memukul ku, tapi dari tatapan mereka. menampakan seakan tak percaya kalau aku telah melakukan ini semua.
"anakkuuuu... " tiba tiba ibu mertuaku datang, mungkin ada orang yang memberitahukannya. sehingga dia pun cepat datang. "pembunuh, kau telah membunuh anakku. dasar wanta kur*ang aj*r. wanita set*an. kamu sudah membunuh anakku " ibu mertuaku histeris sambil memukulku. dia menamparku, menjambak rambutku. Aku masih saja membisu, karna akupun tak tau apa yang sudah kulakukan.
Aku yang tadinya berniat untuk bunuh diri kenapa sekarang malah aku yang membunuh suamiku. Aku terdiam.Sampai Polisi datang dan memborgol tanganku, aku masih mematung. Polisi membawaku. sayup sayup ku dengar suara ibu dan ayahku. "anakku, maafkan ayah nak. Maafkan Ayah Airin. " kulihat Ayahku menangis, mencba mengejarku dengan tongkatnya. Dan terjatuh, Ayah terus memanggilku. Sampai tak terdengar lagi. Karna kini Polisi telah membawa ku.
Di mobil Polisi, aku membisu meskipun airmata ku tak berhenti. Entahlah, apa yang sekarang kurasakan. Bahagia ? karna lelaki bi*adab itu sudah mati dan dia takkan pernah bisa menyiksaku lagi. Tapi sekarang, aku ditahan. Apakah aku akan dipenjara karna telah membunuh nya.
Bagaimana dengan anakku, apakah aku akan melahirkannya di penjara, bagaimana kalau nanti dia tau bahwa aku yang sudah membunuh ayahnya.. Apakah dia akan membenciku. Bagaimana hidup kami nanti. Atau kah aku akan dihukum mati juga. Semua berkecamuk dalam hatiku.
Sampai di kantor Polisi, aku langsung di masukkan ke sel tahanan. Aku masih tak bersuara. isak tangispun tak ada, meski mataku telah bengkak karna menangis.. Aku benar benar tak menyangka akan berada diruangan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments