Bertemu si kembar.

Gama menjadi tidak fokus dalam bekerja, bahkan ini kali pertama bagi pria itu terlambat berangkat ke perusahaan.

"Sejak kapan kamu berdiri di sini???" tanya Gama pada Mahardika yang merupakan asisten pribadinya, saat Gama baru saja membuka pintu kamarnya.

"Sejak dua jam yang lalu tuan??." Mahardika menjawab pertanyaan dari pria yang kini masih mengenakan piyamanya, padahal saat ini waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Gama beralih menatap jam yang menggantung di dinding kamarnya. pria itu pun segera melangkah menuju kamar mandi, saat melihat waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Semalam Gama Sulit memejamkan matanya, hingga pukul lima pagi barulah ia dapat memejamkan matanya, itulah yang membuatnya sampai terlambat bangun pagi ini.

"Siapkan mobil!!." titah Gama saat berada di depan pintu kamar mandi.

Usia mandi dan bersiap, Gama segera turun menemui Mahardika yang sejak tadi menunggu dirinya.

"Mobilnya sudah siap tuan." kata Mahardika sopan saat menyadari kedatangan tuannya dan Gama pun mengangguk.

"Apa hari ini anda akan menemui istri anda tuan??." tanya Mahardika, namun yang di maksud oleh pria itu adalah Malini.

"Dia bukan istriku." jawab Gama dengan tegas.

"Maafkan saya tuan." ujar Mahardika karena merasa pertanyaannya ternyata salah di mata majikannya itu.

Mahardika merupakan orang kepercayaan Gama, pria itu bahkan tahu semua yang terjadi pada majikannya tersebut. bahkan tentang sosok wanita bernama Malini yang tiga bulan terakhir telah menyamar sebagai nyonya Malina pun tak luput dari pengetahuan Mahardika.

Setibanya di perusahaan, Gama segera menuju ruangan kerjanya. baru beberapa saat ia menempati kursi kebesarannya, tiba tiba ponselnya berbunyi ternyata ibunya yang menelpon dan mengatakan jika kedua putri kembarnya terus menangis mencari ibunya.

"Gama, Mesya dan Nasya sejak tadi terus menangis." kata ibunya saat Gama baru saja menerima panggilan.

"Baiklah Bun, Gama akan segera kembali ke rumah sekarang juga." jawab Gama sebelum mematikan sambungan telepon kemudian beranjak dari duduknya hendak kembali ke rumah, sebab pria itu jadi tak tenang saat ibunya mengatakan kedua putrinya terus menangis.

Beberapa saat kemudian, Gama tiba di rumah dengan di antarkan oleh Mahardika selaku asisten pribadinya.

"Anak Papa kenapa menangis??." tanya Gama seraya mendekati kedua putrinya yang kini tengah di temani baby sitter serta nyonya Sisilia.

"Mesya mau bertemu mama, Nasya juga kangen dengan mama pa,."ujar kedua putrinya yang mulai fasih dalam berbicara, meski keduanya masih berusia tiga tahun.

"Nanti ya sayang!!." Gama berusaha membujuk kedua putrinya, namun sayang sepertinya kali ini pria itu tidak berhasil melakukannya, terbukti kedua gadis kecil itu sama sekali tak menghentikan tangisannya.

Gama memandang ke arah bundanya seolah menanyakan solusi agar bisa membuat kedua putri kesayangannya itu berhenti menangis.

"Tidak ada cara lain, kita harus mempertemukan Nasya dan Mesya dengan wanita itu." Wanita yang di maksud oleh bundanya Gama adalah Malini.

"Tapi Bun, wanita itu bukan mamanya mereka." ujar Gama, tak setuju dengan ide bundanya dengan nada lirih agar kedua putrinya tidak mendengar ucapannya.

"Terus kamu mau bagaimana lagi, kamu mau membawa kedua putrimu mencari mamahnya kemana??? keberadaannya saat ini saja kamu sendiri tidak tahu." Ucap Bundanya dengan nada menyindir.

****

Sorot mata Malini nampak berbinar saat melihat sosok kedua gadis kecil yang begitu di rindukannya.

"Mamah." kedua anak kembar itu langsung berlarian ke pelukan Malini dan wanita itu pun langsung berlutut menyambut keduanya.

"Sini sayang!!." Malini memeluk erat tubuh keduanya seraya memejamkan matanya. nampak jelas jika wanita itu juga begitu merindukan gadis kembar tersebut.

"Nasya sangat merindukan mamah,,,Mesya juga mah." ucap keduanya yang kini berada di pelukan hangat Malini.

"Mama juga sangat merindukan kalian sayang." ujar wanita itu dengan raut wajah tulus, setelah melepaskan pelukannya untuk memberi jarak agar bisa menatap wajah keduanya bergantian.

Malini kemudian mengajak keduanya duduk di bangku untuk sekedar mengobrol untuk melepaskan kerinduan.

"Mamah kenapa nggak pulang ke rumah sih??." tanya Nasya dengan polosnya dan di dukung Mesya dengan anggukan.

"Nanti mama pasti pulang sayang, tapi kalian harus janji Sama mama tidak boleh menangis lagi!!." ucap Malini dengan penuh kasih sayang, sebab tadi nyonya Sisilia sempat mengatakan jika keduanya terus menangis jika merindukan sosok Malini.

"Baik mah, tapi mama juga janji ya nggak boleh lama lama di sini!!." ucap Nasya dan Malini pun mengangguk dengan genangan air mata yang terus di Tahan oleh wanita itu sejak tadi.

Malini merasa terharu saat mengetahui jika kedua gadis kembar itu begitu merindukan dirinya, meski pada kenyataannya keduanya rindu karena menyangka jika ia adalah ibu kandung mereka, Malina.

Sementara di sudut ruangan, Gama yang menyaksikan keakraban kedua putrinya dengan Malini merasa relung hatinya terasa begitu hangat, namun begitu Gama segera mengusir perasaan itu jauh jauh.

Tiga puluh menit kemudian Gama pun mengajak kedua putrinya untuk segera kembali, meski berat hati namun Nasya dan Mesya menurut karena tadi wanita yang di anggap mamah mereka tersebut telah menasehati keduanya.

"Sayang sekarang kita pulang ya!!." ajak Gama.

"Baiklah pah." jawab keduanya pasrah, sebab sejujurnya keduanya masih merasa berat jauh dari sosok wanita yang begitu menyayangi keduanya selama beberapa bulan terakhir.

"Mah, kami pulang dulu ya, nanti kalau papah tidak sibuk di kantor kami akan main ke sini lagi." ucap Nasya dengan polosnya, karena tidak mengetahui tempat apa sebenarnya yang mereka kunjungi saat ini.

"Iya sayang." jawab Malini sembari mengembangkan senyumnya.

Gama pun mengandeng kedua putrinya, namun pria itu menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar ucapan Malini.

"Terima kasih tuan sudah mempertemukan saya dengan anak anak anda." kata Malini, yang cukup tahu diri dengan posisinya saat ini.

"Hemt ." hanya itu yang terlontar dari mulut Gama, sebelum kembali melanjutkan langkahnya dengan mengandeng tangan kedua putrinya.

Saat tiba di rumah usai menidurkan si kembar, nyonya Sisilia menemui Gama di kamarnya.

Gama yang tengah berdiri di dekat jendela kamar menoleh saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

"Bunda." ~Gama

"Bukannya membenarkan apa yang sudah di lakukan gadis itu, tetapi Bunda hanya merasa kagum sekali dengan sosok Malini, wanita itu nampak begitu tulus menyayangi Nasya dan Mesya." Gama seperti tak terima saat bundanya seakan membela sosok Malini.

"Tapi dia itu bukan mamanya anak anak Gama Bun, wanita itu hanyalah seorang penipu, dia bukan istri Gama." ujar pria itu seolah tidak setuju dengan pendapat bundanya tentang sosok seorang Malini.

Nyonya Sisilia nampak mengeryit sebelum kembali menimpali kalimat putranya.

"Siapa bilang wanita itu istri kamu, Malina, istri kamu bahkan tidak pantas jika di sandingkan dengan Malini. istri kamu itu tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan seorang wanita bernama Malini." cetusan sinis bundanya sanggup membungkam mulut Gama, sebab apa yang di katakan bundanya benar adanya. meski memiliki wajah yang begitu identik namun dari segi sifat dan sikap keduanya sangat jauh berbeda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!