📢📢📢 BOM KOMENTARNYA BESTIE🔪
***
Seperti biasa, Franklin langsung masuk ke dalam kamar hotel yang di gunakan oleh bosnya untuk bermalam bersama seorang wanita bayaran begitu dia datang. Dia dengan santainya memungut selimut yang sudah teronggok di lantai sembari melirik ke arah wanita yang sedang meringkuk ketakutan di sudut kamar.
Eh, ada apa ini? Apa yang sudah Tuan Jove lakukan pada wanita itu? Apa jangan-jangan semalam Tuan Jove lepas kendali lalu secara tidak sadar melakukan kekerasan sebelum mereka berhubungan? Astaga, ini gawat. Nyonya Besar Rose harus tahu hal ini. Sepertinya efek racun itu semakin membahayakan saja. Ya Tuhan ....
"Hiksss, T-Tuan. A-apa yang terjadi pada Tuan Jove? Saat bangun tadi dia tiba-tiba berteriak seperti itu. Ak-aku takut," ucap si wanita sambil menangis sesenggukan. Penampilannya yang sangat kacau membuatnya terlihat begitu menyedihkan.
"Siapa namamu?" tanya Franklin sembari membuka kotak obat yang baru saja dia ambil dari dalam laci meja.
"Larissa, Tuan."
"Nama yang cukup bagus. Aku suka," sahut Franklin. "Tapi sayang sekali, Nona Larissa. Nama yang cantik itu tidak akan membuat hidupmu berakhir dengan cantik pula. Terima kasih telah menemani malam bosku. Dan maaf, aku harus membunuhmu sekarang juga!"
"A-apa? Tuan, aku ....
Dorr
Dalam sekali kedipan Franklin langsung menembak kepala Larissa hingga membuat isi kepalanya berceceran di lantai. Setelah itu Franklin berjalan ke arah ranjang, membantu bosnya untuk duduk lalu memasukkan obat ke dalam mulutnya. Dengan cepat Franklin menyambar gelas berisi air putih yang berada di atas meja lalu memberikan pada bosnya yang sedang terlihat begitu tidak berdaya.
Haah hahhh hahhh
Nafasnya Jove memburu. Dia lalu melirik ke arah wanita yang sudah mati dengan cara yang sama seperti wanita-wanita yang lainnya. Setelah itu Jove memejamkan mata, merasa lega karena rasa sakit itu perlahan-lahan mulai meninggalkan tubuhnya.
"Jangan pernah kau terpikir untuk memberitahukan hal ini pada mereka. Kalau kau sampai berani melakukannya, kau akan sangat menyesal telah hidup di dunia ini, Franklin!" ucap Jove dengan nafas yang masih sedikit memburu.
"Tapi bos, sikap anda sedikit berbeda dari biasanya. Selama ini anda tidak pernah memperlakukan wanita dengan kasar, tapi wanita itu ... saya yakin sekali semalam dia pasti sangat menderita," sahut Franklin memberanikan diri untuk membantah. Bukan niat kurang ajar, Franklin hanya sedang mengkhawatirkan keadaan bosnya saja.
"Bukan aku yang memulai, tapi wanita itu sendiri yang memohon agar aku menyiksanya terlebih dahulu sebelum memulai permainan kami. Dan sialnya aku suka. Emosiku berangsur-angsur membaik setelah melihatnya merengek kesakitan dengan wajah di penuhi air mata. Reaksi wanita itu seperti mendatangkan hal yang baru untukku, Frank. Dia membuatku merasa candu!"
Kedua alis Franklin saling bertaut setelah dia mendengar penuturan bosnya. Tidak-tidak, itu tidak mungkin.
Jadi wanita itu adalah seorang masokis?
"Bantu aku ke kamar mandi. Aku butuh sesuatu yang dingin untuk menghilangkan rasa sakit yang masih tertinggal!" ucap Jove menyadarkan Franklin dari lamunannya.
"Baik, Tuan."
Dengan tubuh polos tanpa tertutup sehelai benangpun, Jove melangkah pelan menuju kamar mandi dengan di papah oleh Franklin. Jujur, dia sebenarnya juga bingung dengan reaksi tubuhnya ketika diminta untuk menyiksa wanita itu sebelum mereka bercinta. Dan yang lebih membuat Jove semakin tidak mengerti lagi adalah rasa candu yang tiba-tiba muncul di mana Jove berkeinginan untuk kembali menyakiti para wanita sebelum dia menidurinya. Ini aneh, benar-benar sangat aneh. Andai saja hal ini sampai di ketahui oleh ibunya, Jove yakin sekali kalau dirinya pasti akan menerima hukuman yang sangat berat. Rosalinda Osmond, ibunya itu adalah seseorang yang menganut paham di mana wanita berhak untuk membunuh laki-laki yang berani melakukan pelecehan terhadap kaum mereka. Kalian semua pasti tahu bukan semengerikan apa amarah ibunya itu?
"Tuan, ada seseorang yang mencoba mencari gara-gara dengan kita. Orang ini semalam mengirim penyusup untuk membakar gudang di sebelah barat. setelah itu mereka juga menghabisi orang kita dengan cara yang cukup brutal," ucap Franklin melaporkan masalah pada bosnya. Sambil mengisi bathup dengan air dingin, Franklin kembali melanjutkan laporannya. "Sebenarnya semalam saya ingin langsung membuat perhitungan dengan mereka. Akan tetapi saya ingat kalau besok malam anda akan melakukan transaksi barang. Saya khawatir tindakan saya akan menimbulkan masalah yang tak terduga, jadi saya memutuskan menunggu arahan dari anda saja!"
"Apa itu adalah ulah anak buahnya Albert?" tanya Jove sambil menikmati rasa dingin yang menusuk.
"Benar, Tuan. Albert adalah dalang di balik penyerangan semalam," jawab Franklin.
"Lalu sampah-sampah itu ada di mana sekarang?"
"Mereka ada di rumah, Tuan. Sengaja saya menahan mereka di sana agar Albert tak merasa curiga. Dia pasti akan mengira anak buahnya telah berhasil memprovokasi anda setelah menerim laporan kalau semalam tidak ada mayat yang di kirim ke rumahnya."
Jove menghela nafas. Satu tangannya bergerak mengusap bagian dadanya yang kekar. Sungguh, Jove sangat tidak mengerti mengapa Albert selalu saja mencari masalah dengannya. Selama ini Jove diam bukan karena takut, melainkan sedang menjaga hati agar tak mendatangi markas mereka kemudian menjadikan Albert sebagai bola sepak yang bisa dia tendang sesuka hati. Namun, sepertinya orang ini salah dalam menanggapi sikapnya. Hmmmm.
"Setelah ini kau antarkan aku menemui mereka. Sudah saatnya aku mengingatkan Albert kalau dia itu belum sepadan untuk menjadi musuhku!" ucap Jove dengan suara yang cukup berat. Pikirannya tiba-tiba terbersit keinginan untuk kembali menyakiti wanita seperti apa yang dilakukannya semalam.
"Tuan, sepertinya anda belum bisa menemui mereka sekarang. Tadi saat saya hendak membangunkan anda, Tuan Besar Marcellino meminta saya agar memberitahu anda kalau beliau ingin bertemu. Dan anda tidak diperkenankan untuk menolak. Harus datang atau beliau sendiri yang akan mendatangi anda!" ucap Franklin menyiratkan kalau bosnya tengah di tunggu oleh mantan mafia yang juga memiliki sepak terjang mengerikan di dunia pernarkobaan.
"Apa kau mengatakan sesuatu padanya? Tumben sekali dia memaksa untuk bertemu," tanya Jove sembari memejamkan mata.
Brengsek. Kenapa aku bisa sampai kecanduan begini gara-gara kejadian semalam. Aku tidak mungkin menjadi seorang sadomasokist 'kan?
"Saya tidak pernah mengatakan apapun tentang anda kepada Tuan Besar. Bahkan kejadian yang tadi saya lihatpun baru terbersit saja di pikiran saya. Jadi penyebab mengapa Tuan Besar begitu ingin bertemu dengan anda saya sama sekali tidak tahu, Tuan. Sungguh!" jawab Franklin dengan santai menjelaskan bahwa dirinya tidak tahu menahu tentang tujuan dari ayah bosnya memaksa untuk bertemu.
"Siapkan pakaianku. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak, kita harus secepatnya datang ke sana!"
"Baik, Tuan."
Franklin segera berjalan keluar dari dalam kamar mandi untuk menyiapkan pakaian milik bosnya. Oya, hotel ini merupakan hotel khusus yang hanya boleh di tempati oleh bosnya saja, jadi di dalam kamar ini semua kebutuhan bosnya sudah tersedia. Karena bosnya memiliki hobi meniduri dan menghabisi para wanita yang telah menghangatkan ranjangnya, kamar hotel ini di desain dengan bentuk kedap suara dan juga layaknya rumah pribadi. Oh, satu lagi. Jove Alexander Lorenzo, nama Alexander sendiri diberikan untuk mengenang nama manusia yang menjadi awal mula bosnya mengidap penyakit langka. Nama tersebut sengaja diberikan oleh kedua orangtua bosnya dengan tujuan agar mereka selalu ingat kalau penyakit tersebut bukanlah penyakit alami, melainkan hasil dari kejahatan orang lain. Sungguh keluarga yang begitu mengerikan sekali bukan sampai-sampai memasukkan nama musuh di tengah-tengah nama putra semata wayang mereka sendiri. Hmmm.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Anonymous
nampaknya kisah maknya ga kalah seru
2023-02-26
0
Asih Ningsih
jove sangat menderita melebihi ibu nya.
2022-10-01
1
Asih Ningsih
julukan apalgi tu
2022-10-01
1