"Rion sudah berangkat kerja, Dara?" Hana ibu mertuanya bertanya menghampiri Adara yang sedang menyiram tanaman di depan rumah.
"Sudah ma, kenapa?" Hana menggelengkan kepala, Adara kembali menyibukkan diri dengan bunga-bunganya.
"Dara," panggil Hana mengalihkan perhatian Adara lagi. "Apa kita bisa bicara sebentar sayang?" Dari nada bicaranya sepertinya Hana ingin membicarakan sesuatu yang penting. Adara mengangguk, meletakkan selang dan berjalan mematikan airnya. Kemudian mengikuti langkah mertuanya itu ke kamarnya.
"Duduklah," ujar Hana sembari menempatkan diri di sofa.
"Mama ingin mengatakan sesuatu?" tanya Adara dan di angguki ibu mertuanya.
"Dara, bagaimana kalau kita cari ...," Hana merasa ragu, membawa tangannya memijit pangkal hidungnya, mengumpulkan keberaniannya lalu berujar, "penyewa rahim." Gumamnya, melihat Adara.
Menantunya itu bergeming, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.
"Maaf ini terdengar konyol tapi kita bisa mencobanya kan, Dara?" Adara menggigit bibirnya, dadanya terasa penuh.
"Apa ..., mama merasa kalau aku tidak bisa mengandung anakku sendiri?" tanya Adara berusaha menatap Hana tenang.
"Tapi Dara, kita sudah menungga lama untuk itu," Adara tersenyum, merasakan getir dalam hatinya.
"Yah, mama benar tapi rekam medis ku mengatakan kalau aku baik-baik saja. Lalu kenapa aku harus menyewa rahim untuk tempat tinggal bayiku?"
Hana menghela napas panjang, tujuh tahun pernikahan Adara dengan Rion putranya belum juga di hadiahi keturunan. Adara benar, rekam medis kesehatan menantu dan putranya itu tidak ada masalah mengenai kesuburan.
Dua tahun yang lalu mereka melakukan tes kesuburan dan hasilnya memang bagus.
"Maafkan mama Dara, hanya saja mama merasa semakin tua dan ingin segera menimang cucu," katanya seolah perkataanya tadi hanya lelucon yang bisa di hilangkan secara otomatis dari memori otak Adara.
Dara tahu, mama menginginkan seorang cucu yang akan meneruskan keturunan Emirat. Dara juga merindukan itu mama ...tapi bukankah berlebihan menyewa rahim orang lain. Rahimku baik-baik saja, Mama.
Adara terpejam seraya mengangguk, "Dara mohon supaya mama bersabar. Jika dalam tahun ini Dara belum juga hamil, kami akan lakukan Metode tabung." ujar Adara.
Hana merasa bersalah, ia bangun dari duduknya dan menghampiri Adara. Mengambil tangan menantunya itu lalu mengelusnya lembut.
"Mama minta maaf, mama tidak bermaksud menyakiti perasaanmu." Hana menggelengkan kepalanya. Betapa bodohnya dirinya setelah kemarin ia membaca mengenai penyewa rahim dalam sebuah artikel dalam ponselnya dan berpikir ingin menggunakan cara itu untuk Adara.
Bodohnya diriku, Dara tidak bermasalah pada rahimnya kenapa juga aku mengatakan hal semacam ini. Hana mengutuk dirinya sendiri.
"Baiklah, mama akan menunggunya." katanya membelai rambut Adara mengambil hati menantunya kembali.
______________________________________________
"Kau sudah makan siang?" Rion yang sedang melamun di meja kerjanya di kejutkan kedatangan Adara.
"Honey kau datang? Belum, kau membawakan makan siangku?" Rion menarik tangan Adara dan menempatkannya dalam pangkuanya.
"Sayang jangan begini, ini kantor bukan kamarmu. Bagaimana kalau stafmu datang?" Protes Adara tetapi ia sendiri melingkarkan tangannya di leher suaminya itu. Kelakuan sama perkataan tidak sejalan. Rion terkekeh mencubit hidung mancung Adara.
"Mana makan siangku?" Biasanya Adara jika berkunjung di jam makan siang selalu membawakan makanan untuk suaminya itu tapi kali ini tangan wanitanya itu kosong.
"Apa kau tidak merasa bosan dengan masakanku?" Adara berbisik lima inci di depan wajah Rion.
Rion menggelang, "tidak sama sekali, Muah." Rion mengecup pucuk kepala istrinya mesra.
"Ayolah, kita makan siang di luar aku ingin makan makanan mahal."
Rion terkekeh, "siapa yang membuatmu kesal?" Rion sangat mengenal istrinya itu dan salah satu kebiasanya jika kesal ia akan memesan makanan yang paling mahal di satu restoran mewah dan hanya menatapnya tanpa memakannya. Cukup aneh. Tapi begitulah cara Adara meluapkan emosinya.
"Kau tidak perlu tahu," bisik Adara membelai rahang Rion lembut.
Adara tidak ingin mengatakan kalau ia kesal kepada mertuanya itu, "Ayo ...," ajaknya manja turun dari pangkuan Rion.
"Baiklah, kita jalan." Rion bangkit dari dudunya seraya mengantongi ponselnya.
______________________________________________
Calista tidak pernah lepas dari ponselnya, ia sangat berharap Rion menghubunginya dan mengambil keputusan yang tidak menyakiti hatinya. Pelan ia mengusap perutnya yang masih datar.
"Bagaimana kalau dia tidak menginginkanmu?" Tanyanya melihat perutnya itu. Ia menghela napas tanpa sadar ait matanya menitik.
"Apa yang harus aku lakukan padamu?" Tertawa menertawakan dirinya yang bodoh.
Kenapa kau tumbuh, kau hanya sebuah kesalahan. batinya menyatukan kedua kakinya dan memeluknya erat meratapi nasibnya.
Calista tinggal di sebuah kamar yang ia sewa untuk sementara. Calista bahkan tidak mengatakan kepulangannya pada kedua orang tuanya. Calista tidak punya alasan untuk itu. Ia juga tidak mungkin mengatakan kalau dirinya hamil. Bisa murka kedua orang tuanya yang di kenal sebagai orang taat beragama di lingkungan mereka. Calista tidak ingin mempermalukan orang tuanya yang sudah susah payah membesarkannya.
_____________________________________________
Adara refleks mengelus perutnya saat melihat wanita hamil, duduk di samping meja makan mereka. Rasa sedih tersirat di mata wanita itu, kenapa hingga saat ini mereka belum juga di karunia anak.
Rion menyadari hal itu, dan mengakhiri makan siangnya, menyedot air minumnya kemudian menggenggam satu tangan Adara yang ada di atas meja. Adara yang sibuk dengan pikirannya merasa terkejut.
"Kita pulang?" tanya Rion, ia tahu Adara pasti iri pada wanita hamil yang tak jauh dari tempat mereka makan.
"Kau sudah selesai?" Adara mengerutkan kening setengah makan siang Rion masih tersisa. "Apa makanannya tidak enak?"
"Aku sudah kenyang Honey, tadi di kantor sempat minum kopi." Rion berasalan.
Adara melihat makananya sendiri yang belum tersentuh, Rion berdecak "dasar kau ini," ujar Rion menarik tangan Adara keluar dari meja makan.
Saat Adara dan Rion berada di parkiran ada sepasang kekasih yang bertengkar tepat di depan mobil mereka.
"Aku bilang ayo kita putus!" Teriak gadis berambut keunguan itu pada pria dihadapannya.
"Jangan begini, lalu bagaimana dengan bayi ini," pria itu mencoba menangkan sembari menatap perut sang pacar.
"Kau khawatir? Kalau begitu nikahi aku brengkse dan ceraikan istrimu." Teriak gadis itu menangis memeluk kekasihnya.
Spontan Rion mengeratkan genggaman tangannya pada Adara, membuat istrinya itu meringis sakit. Ada rasa gundah menyergap dalam hatinya. Memposisikan dirinya pada pria yang tengah merayu kekasihnya itu. Lalu dalam pikiran Rion.
Apa yang terjadi selanjutnya? Mungkinkah pria itu menyanggupi permintaan pacarnya? Tidak! aku tidak sama dengan pria itu, hubunganku dengan Calista hanya satu malam dan sialanya perempuan itu hamil.
"Sayang sakit," Adara mengaduh, sembari menepuk lengan Rion membuat pria itu terkesiap.
"Sorry honey ...," Adara mengerutkan keningnya melihat suaminya itu, yang masih melihat kearah pasangan yang sudah berdamai di depan mobil mereka. Adara menghembuskan napas panjang.
"Sayang ..., sampai kapan kita berdiri disini?" Adara menarik tangan Rion mendekati mobilnya setelah pasangan bertengkar itu pergi.
"Dasar pria brengsek," gumam Adara seraya membuka pintu mobilnya dan masuk.
"Sudah tahu punya istri masih saja lirik wanita lain." gerutu Adara.
"Mak- maksudnya siapa sayang?" Rion yang belum fokus dan kebingungan saat Adara mengerutu.
"Siapa lagi? Pria tadi! Tega-teganya ia selingkuh sampai menghamili anak orang. Kalau aku istrinya? Akan kutenggelamkan ke laut biar mati sekalian." Rion melihat Adara yang berapi-api seolah kejadian itu menimpa dirinya.
"Mmm, jangan marah begitu." gumam Rion menjalankan mobilnya.
"Aku bersyukur punya suami seperti kamu. Sayang kau janji ya jangan pernah melakukan hal memalukan seperti itu." Adara menempelkan telapak tangannya di sisi wajah Rion dan pria itu mengangguk seraya menelan salivanya susah payah.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
🐊⃝⃟SUMI🐊⃝⃟🐊⃝⃟(HIATUS)
tp suami mu sdah melakukannya Dara
2021-06-01
0
💞my heart💞
tenggelam kan 😂😂
2020-10-17
3
Septy Cweet
ahhhh......sedih, kasihan adara
2020-10-10
3