Di meja makan, Park Jong Ah dan Adiknya Park Nam Jong, atau yang biasa dipanggil Nam Jong tengah menghabiskan sarapan pagi mereka.
"Nam Jong, aku akan melakukan kegiatan sosial mewakili sekolahku ke luar kota. Mungkin akan memakan waktu beberapa hari kedepan. Sore ini Ayah dan Ibu akan kembali, kau jangan melakukan hal-hal aneh, mengerti?" Park Jong Ah memberi pesan pada sang Adik.
Dia tau betul, bila sang Adik memanglah bukan orang yang suka melakukan hal-hal aneh. Tapi biar bagai manapun sebagai seorang Kakak dia akan tetap menasehati Adiknya.
"Hei kau pikir aku anak TK yang harus selalu kau nasehati setiap saat?"
"Kau memang tak lagi duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, tapi otakmu masih sama dengan mereka yang duduk di sana."
"Cih kau ini!" Kesal Nam Jong pada Kakanya.
Usai menghabiskan sarapan pagi, mereka kemudian berangkat menuju halte bus. Biasanya sang Ayah yang akan mengantarkan mereka ke sekolah bila masih pagi seperti saat ini. Namun, berhubung Ayah dan Ibu mereka masih berada di luar kota maka dua Kakak beradik itu akan naik bus pagi.
Pemberhentian bus menurunkan Park Jong Ah dan Park Nam Jong, mereka akhirnya berjalan kaki menuju sekolah masing-masing. Beruntung sekolah Park Jong Ah tak jauh dari halte bis tempat mereka turun tadi, hingga kini gadis itu telah tiba di gedung sekolahnya.
Deretan bus mini telah berjejer rapi di halaman sekolah. Para Guru yang akan mendampingi muridnya untuk mengikuti kegiatan sosial di luar kota tengah melakukan absensi.
Satu persatu murid mulai memasuki bus dan mencari tempat duduknya. Sialnya, tempat duduk mereka telah diatur oleh para Guru. Hingga ia tidak dapat memilih teman yang akan berada di sampingnya. Park Jong Ah lebih dulu duduk di kursi itu sebelum teman di sampingnya tiba.
Saat bis akan bergerak, akhirnya orang itu tiba dan duduk di samping Park Jong Ah. Semula gadis itu tak perduli siapa yang duduk di sampingnya dan masih memperhatikan ke luar jendela sambil menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Hingga suara seseorang yang begitu familiar di telinganya terdengar.
"Selamat pagi Jong Ah, kita satu bangku saat ini."
Dengan cepat, gadis itu menolehkan kepala ke sisi kanan untuk memastikan apakah pendengarannya tidak salah mengenali orang. Ternyata benar, pria yang duduk di sampingnya adalah Kim Nam Jun, lelaki yang akan menyakitinya di masa depan.
Tak dapat dia tutupi betapa bencinya Park Jong Ah pada lelaki itu, hingga tanpa membalas salam dari Kim Nam Jun, Park Jong Ah langsung memalingkan kembali wajahnya ke arah jendela.
"Apakah aku pernah berbuat salah? Tolong jelaskan, sikapmu saat ini sungguh membuatku sakit." Pria itu berucap sambil memandang ke arah wajah Park Joh Ah. Dia benar-benar bingung akan perubahan sikap gadis itu yang begitu signifikan terhadapnya.
"Kau memang belum melakukan kesalahan saat ini. Tapi bukan berarti kau tak akan melakukan itu di masa depan. Dan sebelum itu terjadi, lebih baik menjauhlah dariku!"
Tanpa menatap lawan bicara Park Jong Ah berujar dengan nada yang begitu dingin. Hingga tak ada lagi percakapan di antara keduanya. Kim Nam Jun ingin membuktikan pada Park Jong Ah, bila ia sungguh-sungguh mencintai gadis itu. Maka kini ia memilih untuk membiarkan emosi gadis itu mereda terlebih dahulu, baru ia akan kembali mencari tahu apa kesalahan yang telah ia perbuat hingga gadis itu begitu menghindarinya.
Setelah menempuh perjalanan panjang yang memakan waktu 11 jam, akhirnya bus tiba di tempat tujuan. Sebuah desa yang terpencil dan jauh dari kata bersih.
Banyak sampah berserakan di mana-mana. Tak ada tempat untuk MCK, bahkan orang-oarang di sana menggunakan air sungai yang kotor untuk dijadikan air minum dan memasak makanan mereka.
Tak lama, beberapa mobil hitam memasuki desa itu. Turunlah delapan mahasiswa berpakaian seragam fakultas mereka bersamaan dengan para Dosen pembimbing.
"Ah, apakah mereka yang akan menemani kita selama melakukan kegiatan sosial di sini?"
"Aku rasa begitu. Hei lihat Kakak yang satu itu sangat tampan. Ah, aku rasa telah menemukan pasangan masa depanku."
"Bukankah itu adalah Lee Min Im? Putra sulung dari keluarga terkaya di Korea Selatan?"
Percakapan beberapa orang Siswi yang berada di belakang Park Jong Ah, membuat gadis itu tak sengaja mendengarnya. 'Lee Min Im? aku merasa familiar dengan nama itu' batin Park Jong Ah.
Dosen dari universitas yang mengikuti kegiatan sosial bersama dengan SMA tempat Park Jong Ah bersekolah, tengah melakukan pembinaan pada para siswa.
"Kita di sini bertugas untuk membantu warga di desa ini. Kita akan melakukan penyuluhan mengenai pentingnya kebersihan dan bagaimana cara menjaga agar lingkungan tetap bersih. Kita akan membagi setiap orang dan membentuk empat kelompok. Setiap kelompok akan memiliki tugasnya masing-masing. Saya akan menyebutkan nama ketua kelompok. Dan ketua kelompok nanti yang akan bertugas menyebutkan nama anggota kelompoknya. Baiklah saya mulai, kelompok pertama dipimpin oleh Dong Yu Lee. Kelompok Kedua akan dipimpin oleh Bae En Jo. Kelompok ketiga akan dipimpin oleh Ji Soo Jee. Kelompok terakhir akan dipimpin oleh Lee Min Im. Tugas kelompok pertama dan ke empat adalah membersihkan pinggiran sungai. Tugas kelompok kedua, adalah membantu warga menyiapkan bahan untuk membangun tempat MCK. Tugas kelompok ke tiga, adalah membersihkan sampah di sekitaran desa. Itu saja, baiklah kegiatan hari ini kita mulai."
Setiap masing-masing ketua kelompok pun mulai menyebutkan nama anggota kelompoknya satu per satu. Lee Min Im menyebutkan nama orang yang akan satu kelompok dengannya.
"Dae Kang So, Byun Wah, Park Jong Ah, Bin Kai Jing, Min So Im, Ji Bai, An Dee Yong, Chai Gu Min, dan Kim Nam Jun."
Mendengar nama Kim Nam Jun juga berada satu kelompok dengannya, Park Jong Ah menjadi tidak bersemangat. Bagaimana dia lupa, bila di kehidupannya yang dulu dia dan Kim Nam Jun saat berada di desa ini telah resmi berpacaran. Dan malam nanti akan ada acara api unggun, di mana dia dan Kim Nam Jun akan melakukan dansa sebagai hukuman karena lelaki itu salah menjawab pertanyaan.
"Ingat aliran air di sini cukup deras, jadi usahakan kalian jangan terlalu ketengah saat memungut sampah. Bagi yang tidak bisa berenang cukup memungut yang di daratan saja." Ucap Lee Min Im memberikan arahan pada para juniornya.
Semua orang hari itu sibuk berkerja, masing-masing kelompok menyelesaikan setiap tugasnya. Hingga matahari kini telah condong ke barat menandakan waktu telah sore.
Lee Min Im dan Dae Yu Lee sebagai ketua kelompok, menginstruksikan pada anggotanya untuk menyudahi kegiatan hari ini dan kembali ke desa.
Saat semua orang hampir meninggalkan sungai, Park Jong Ah mendengar suara rintihan anak Anjing. Ia mencari di sekitar dan menemukan seekor anak Anjing yang terjebak di antara bebatuan sungai.
Gadis itu kemudian turun dan mencoba menolong anak Anjing tersebut. Namun, kaki si anak Anjing terjepit bebatuan. Air di sana pun sangat deras, membuat Park Jong Ah kesulitan untuk mengeluarkan kaki anak Anjing itu dengan sebelah tangan. Karena tangan yang satunya, digunakan gadis itu untuk menahan diri, agar tak hanyut oleh derasnya air sungai.
Saat ia hampir berhasil mengeluarkan kaki anak Anjing, tiba-tiba tangan kiri yang di pergunakannya untuk menahan diri terlepas dari batu besar yang jadi pegangannya. Park Jong Ah hampir saja hanyut, bila tak segera dibantu oleh seorang pria.
"Apakah kau bodoh? Sudah ku katakan bila air di sungai ini sangat deras. Hanya demi seekor anak Anjing, kau lantas mengorbankan nyawamu?!" Ucap Lee Min Im yang kesal atas kebodohan Park Jong Ah. Ia tak habis pikir mengapa ada seorang wanita yang begitu bodohnya, rela terjun ke sungai yang memiliki aliran air deras hanya untuk seekor anak Anjing.
"Maaf ketua Lee." Hanya kata itu yang dapat keluar dari bibir Park Jong Ah. Air yang begitu dingin dan waktu yang cukup lama berendam di sana membuat gadis itu menggigil.
"Aku akan menahanmu, cepat bantu anak anjing itu!" Ucap Lee Min Im sambil sebelah lengannya memeluk perut Park Jong Ah.
Park Jong Ah segera mengangguk senang dan tersenyum manis pada Lee Min Im, memperlihatkan kedua lesung di pipinya.
Degh..!
Jantung Lee Min Im tiba-tiba berdentam keras, kala melihat senyum manis dari gadis remaja yang di peluknya saat ini. Gadis itu segera melepaskan kaki anak Anjing tadi dari celah bebatuan. Tak membutuhkan waktu lama, usaha kedua orang itu pun berhasil, mereka dapat menyelamatkan anak Anjing dari kematian.
BERSAMBUNG....
jangan lupa like,favorit dan komennya ya...😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments