"Wah, namanya secantik orangnya." puji Hanifah, ia beranjak dari tempat duduknya lalu mengulurkan tangannya pada Anisa.
"Kalau nama saya Hanifah, panggilnya Mbak Hanifah saja ya." ujar Hanifah.
Anisa menganggukan kepalanya sembari membalas uluran tangan Hanifah. "Iya Mbak Hanifah." ucapnya pelan.
"Dan itu suami Mbak, namanya Mas Indra." ucap Hanifah sembari menunjuk kearah suaminya.
Anisa menatap Indra lalu mengatupkan kedua tangannya didada, begitupun dengan Indra melakukan hal yang sama pula.
"Nah, kalau ini anak Mbak, namanya Yusuf." ucap Hanifah lagi, ia mengedipkan sebelah matanya pada putranya itu begitupun dengan Yusuf yang membalas kedipan mata Umi nya.
"Oh ya, Abi. Anisa mau tinggal di pesantren, katanya dia mau bantu-bantu apa saja disini." tutur Umi Kalsum pada suaminya.
Abi Ridwan memanggut-manggutkan kepalanya, kemudian berkata. "Boleh aja. Nanti kamu bisa bantu-bantu mengajar di tingkatan Ibtidaiyah."
"Maaf, Abi saya gak punya pengalaman mengajar. Tapi kalau diperbolehkan tinggal disini saya bisa bantu-bantu masak atau bersih-bersih. Mencucikan pakaian santri disini juga saya mau." ujar Anisa.
Abi Ridwan terkekeh, begitupun dengan yang lainnya. "Santri disini gak sedikit loh, kamu sanggup cuci pakaian mereka semua? Mereka saja bergilir mencuci pakiannya karena jemurannya tidak muat, padahal jemuran diatas asrama putri luasnya hampir sama dengan lapangan di pesantren ini." ujar Abi Ridwan.
Anisa terperangah mendengar penuturan Abi Ridwan. Ah, ingin sekali ia menarik ucapannya itu yang ingin mencucikan pakaian para santri. Namun itu sudah terlanjur ia ucapkan, dan ia akan menerima jika pekerjaan itu yang diberikan pada nya.
"Gak apa-apa, Abi. Yang penting saya boleh tinggal disini." ucapnya pelan.
"Tapi Abi rasa kamu gak akan sanggup mencuci semua pakaian para santri disini." Abi Ridwan menundukkan kepalanya nampak berpikir, dan beberapa saat kemudian ia mengangkat pandangannya menatap Anisa.
"Em begini saja, bagaimana kalau kamu jadi kepala asrama putri saja. Tugas kamu mengawasi para santri putri, dan laporkan pada kami jika kamu menemukan ada santri yang melanggar aturan disini. Seperti membawa ponsel diam-diam, bersembunyi di asrama dan tidak mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung, dan periksa juga santri putri yang... Ekhem, Umi aja yang jelasin." ujar Abi Ridwan.
"Begini Anisa, disini tidak semua para santrinya yang manut. Kadang-kadang salah satu diantara mereka ada yang beralasan sedang berhalangan, padahal sebenarnya tidak, karena malas untuk shalat. Nanti tolong kamu awasi itu ya, kalau perlu dibuatkan catatan kapan tanggal terakhir haid mereka agar tidak kecolongan. Sebelumnya masalah ini dipantau oleh Uztazah Nia yang kebetulan juga tinggal disini, tapi sudah dua bulan ini Uztazah Nia cuti karena Bapaknya sedang sakit keras." ucap umi Kalsum menjelaskan.
"Baik Umi, Insya Allah saya bisa memantau semua para santri putri disini. Kalau perlu saya akan berkeliling ke setiap asrama." ucap Anisa dengan sumringah, ia sangat senang diperbolehkan tinggal di pesantren itu.
"Alhamdulillah, Abi merasa lega mendengarnya. Abi sangat prihatin saat ada santri yang seperti itu, tapi setelah ini Insya Allah tidak akan ada lagi." ucap Abi Ridwan.
"Oh ya, kalau yang memasak untuk para santri disini siapa ya Umi?" tanya Anisa.
"Kalau soal masak memasak untuk para santri, ada Bi Inah dan Bi Ani. Biasanya jam segini mereka lagi didapur mempersiapkan bahan-bahan, terus nanti dimasak setelah Azar." jawab umi Kalsum.
"Saya juga mau bantu-bantu masak, boleh kan Umi?" tanya Anisa.
Umi Kalsum tersenyum, ia hendak mengangukkan kepalanya namun tidak jadi karena cucunya langsung mengeluarkan kata-kata keramatnya.
"Jangan Tante, nanti bau bawang loh kayak Umi nya Yusuf. Terus nanti tangannya melepuh kena minyak. Tante jadi jodoh nya Om Rahmat aja, Tante." ucap Yusuf yang membuat Anisa tercengang, sementara yang lainnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, karena Yusuf selalu saja begitu, bahkan kepada setiap para orangtua santri yang datang berkunjung, Yusuf selalu mengeluarkan kata-kata ajaibnya.
"Gak usah dengerin Yusuf, dia memang suka ceplas ceplos kalau ngomong. Yuk ikut Mbak aja, Mbak mau nunjukin kamar kamu." ajak Hanifah, namun Anisa tak bergeming. Ia menatap Umi Kalsum yang juga menatapnya.
"Anisa bilang, dia mau tinggal diasrama Putri aja." tutur Umi Kalsum.
"Kamu gak apa-apa tinggal disana? Disini aja sih, masih ada kamar kosong kok." ujar Hanifah.
"Gak apa-apa, Mbak. Lagian agar saya juga lebih mudah mengawasi mereka." jawab Anisa.
"Ya sudah nanti Mbak antar kamu kesana, tapi nanti malam aja ya setelah Isya. Kita ngobrol-ngobrol dulu disini, lagian kamu juga belum kenalan sama Adeknya Mbak." Anisa menganggukkan kepalanya.
"Nanti kalau Tante Anisa kenalan sama Om Rahmat, pasti Tante Anisa langsung naksir, Om Rahmat kan ganteng." celetuk Yusuf, yang lagi-lagi membuat orangtuanya hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Tante Anisa jadi jodoh nya Om Rahmat aja ya, kalau enggak nanti di ambil sama Tante Nia kalau dia sudah pulang. Tante Nia kan suka sama Om Rahmat" ucap Yusuf lagi yang membuat Hanifah langsung menarik tangan putranya itu.
"Yusuf, ngomong apa sih, Nak?" tegur Hanifah, namun Yusuf tak memperdulikannya, bocah tampan terus saja Berceloteh.
"Beneran Umi, Yusuf pernah lihat Tante Nia senyum-senyum sambil lihatin Om Rahmat terus, itu kan namanya naksir. Sama kayak Abi yang naksir sama Umi, Abi senyum-senyum kalau lihat Umi." kata Yusuf menceritakan apa yang dilihat nya saat itu.
"Terus, waktu Tante Nia mau pergi Tante Nia sembunyi-sembunyi ambil foto Om Rahmat, kayak gini nih." Yusuf memperagakan bagaimana waktu itu Uztazah Nia mengambil gambar Uztad Rahmat secara diam-diam, diponselnya.
Semua yang ada dibalkon itu tercengang mendengar penuturan Yusuf, karena mereka sama sekali tidak tahu soal itu. Terutama Anisa, ia menampilkan gurat kecewa diwajahnya. Laki-laki yang sempat ia kagumi beberapa saat lalu, ternyata sudah ada yang naksir.
"Yusuf, sana mandi sebentar lagi Azar loh." tutur Umi Kalsum, agar cucunya itu berhenti berbicara.
Umi Kalsum khawatir jika perkataan Yusuf mengena di hati Anisa. Dan setelah Anisa tau Rahmat adalah laki-laki yang dijodohkan dengannya gadis itu akan benar-benar menolak Rahmat karena sudah ada wanita lain yang menyukainya. Sementara yang Umi Kalsum tahu jika putranya itu sudah tertarik pada Anisa saat hanya baru melihat fotonya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
andi hastutty
aduh aduh bocah jujur banget sih 😜🤭
2023-02-25
1
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu thor..
Nyicil baca nya..
5 like mendarat buatmu..
semangat terus ya.
Salam dari "Anakku bukan anakku".
2022-11-10
2
circle
jangan sampai patah sebelum tumbang ye Anisa. Kamu sih, nolak jodoh segala 🤭
2022-09-04
2