"Loh kok berhenti di depan masjid sih?" tanya Umi Kalsum. Ia heran putranya itu menghentikan mobilnya didepan masjid, dan bukannya langsung masuk ke pesantren.
"Benar kata orang, kalau jodoh emang gak akan kemana." gumam Rahmat, ia tersenyum tipis sembari menatap seorang wanita yang berdiri didepan gerbang pesantren orangtuanya.
"Rahmat, dengerin Umi gak sih?" Umi Kalsum menarik rambut putranya itu.
"Eh, iya apa Umi?" tanya Rahmat gelagapan. Ia terkejut rambutnya ditarik oleh Umi nya.
Sementara Abi Ridwan hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, sebenarnya Abi Ridwan tahu kenapa Rahmat menghentikan mobilnya didepan masjid. Namun, ia lebih memilih untuk berpura-pura tidak tahu karena ingin melihat bagaimana rekasi putranya saat melihat gadis itu secara langsung.
"Umi tadi tanya, kenapa malah berhenti di depan masjid. Kenapa gak langsung masuk ke pesantren?" tanya Umi Kalsum lagi.
Bukannya menjawab pertanyaan Umi nya, Rahmat malah tersenyum kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya.
"Coba Umi dan Abi perhatikan foto ini baik-baik." Rahmat menunjukkan sebuah foto pada Abi dan Umi nya, di ponselnya.
"Lah, ini kan foto nya Anisa," Umi Kalsum mengerutkan keningnya, sementara Abi Ridwan mengulum senyum.
"Kenapa, kamu mau cari Anisa?" tanya Umi Kalsum.
"Gak perlu di cari, Umi. Dia sudah ada disini." jawab Rahmat, senyumnya semakin mengembang.
Umi Kalsum terkekeh, kemudian memegang kening Rahmat untuk memastikan kalau putranya itu baik-baik saja. Bagaimana putranya itu bisa mengatakan jika Anisa 'ada disini' padahal mereka baru saja kembali dari rumah gadis itu, dan ia gadis itu kabur dari rumah nya.
"Gak panas, gak demam. Tapi kok kamu ngigau sih?"
"Umi, siapa yang ngigau sih. Beneran Umi, Anisa ada disini, itu lihat disana." Rahmat menunjuk kearah gerbang pesantren, dimana disana seorang wanita berhijab berdiri sambil menenteng tas nya.
Umi Kalsum mengikuti arah tunjuk putranya, dan seketika ia mengucek kedua matanya melihat sosok wanita itu.
"Umi gak salah lihat kan, itu beneran Anisa?" Umi Kalsum langsung membuka kaca mobilnya, dan ia hendak memanggil Anisa namun Rahmat segera mencegahnya.
"Anis...
"Umi, Umi jangan dipanggil."
"Loh kenapa memangnya?" tanya umi Kalsum.
Rahmat kembali tersenyum. Kemudian ia membisikkan sesuatu pada Umi nya. Umi Kalsum tampak memanggut-manggutkan kepalanya, ia juga tersenyum setelah dibisikkan sesuatu oleh putranya itu.
Dan Abi Ridwan yang tadinya berpura-pura tidak melihat keberadaan Anisa, iapun bertekad akan membantu putranya itu untuk meluluhkan hati gadis yang sedang berdiri didepan gerbang pesantren nya itu, setelah melihat reaksi Rahmat yang sepertinya menyukai Anisa.
Namun, abi Ridwan juga tak habis pikir atas apa yang terjadi hari ini. Gadis yang akan dijodohkan dengan putranya, melarikan diri dari rumah. Dan lihatlah sekarang, gadis yang kabur itu melarikan diri ke pesantren miliknya. Abi Ridwan terkekeh.
______________----------------________________
Pip...
Anisa segera bergeser dari hadapan gerbang saat sebuah mobil memebunyikan klakson dan sepertinya akan masuk ke pesantren tersebut.
Terlihat seorang satpam lari tergopoh-gopoh dari dalam pesantren, kemudian membuka gerbang itu.
Setelah gerbang terbuka, sebuah mobil berwarna hitam itu memasuki area pesantren, dan tak lama kemudian sepasang paruh baya turun dari mobil itu lalu menghampiri Anisa yang masih berada didepan gerbang.
"Assalamualikum," sapa Umi Kalsum, ia tersenyum pada Anisa, dalam hati ia mengagumi kecantikan gadis itu. Jika saja putranya tak merencanakan sesuatu, ingin sekali ia merangkulnya dan melamarnya secara langsung. Namun, setelah dipikirkan lagi apa yang direncanakan oleh putranya itu ada benarnya juga.
"Waalaikumsalam." jawab Anisa sopan, ia sedikit menundukkan kepalanya.
"Ayo silahkan masuk," ajak Umi Kalsum. Dan Anisa pun mengikuti langkah wanita paruh baya itu masuk ke dalam pesantren.
"Mau menjenguk siapa? Sebutkan saja namanya nanti kami panggilkan." tanya Umi Kalsum. Ia mensejajarkan langkahnya dengan Anisa, sementara Abi Ridwan sudah tak terlihat lagi disana.
Anisa menghentikan langkahnya, begitupun dengan umi Kalsum yang juga berhenti melangkah. Ia menoleh menatap gadis disampingnya dengan kening mengkerut, sekali lagi umi Kalsum menahan keinginannya untuk bertanya pada Anisa, kenapa gadis cantik ini kabur dari perjodohannya.
"Maaf, Bu. Sebenarnya saya disini bukan untuk menjenguk siapa-siapa," jawab Anisa. "Saya tadi hanya kebetulan lewat saja dan lihat pesantren ini." sambungnya.
"Apa kamu mau melamar jadi guru disini?" Anisa menggelengkan kepalanya.
"Bukan, Bu. Tapi saya ingin tinggal disini kalau diizinkan. Sebagai bayarannya saya bisa bantu-bantu apapun disini. Saya bisa masak, bersih-bersih saya juga mau asalkan saya diperbolehkan tinggal disini."
Umi Kalsum tercengang mendengar penuturan Anisa.
Awalnya umi Kalsum memang ingin menawarkan Anisa untuk ikut bantu-bantu mengajar di pesantren untuk tingkatan Ibtidaiyah, seperti perintah Rahmat agar bisa mendekati gadis itu sebelum mengatakan yang sebenarnya. Namun, yang umi Kalsum dapati ternyata Anisa memang berniat tingggal di pesantrennya. Sungguh, seperti sebuah keberuntungan untuk putranya itu.
"Maaf, kalau boleh tau alasannya apa ya kamu ingin tinggal disini?" tanya Umi Kalsum, ia berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja dan seolah tidak mengenal Anisa.
"Dan sebenarnya kamu ini dari mana?" tanya nya lagi.
"Saya dari seberang Musi, Bu. Tadi nya saya naik angkot dan berhenti dipangkalan becak didepan jalan sana. Terus saya jalan kaki masuk ke sini. Mau naik becak tapi uang saya gak cukup lagi buat bayar ongkos becak. Tadinya saya juga bingung mau kemana, tapi pas lihat pesantren ini saya jadi berkeinginan tinggal disini. Seperti yang saya bilang tadi, sebagai bayarannya saya bisa bantu-bantu apapun disini." jawab Anisa dengan polosnya.
Dalam hati umi Kalsum ingin sekali menertawakan kepolosannya calon mantunya ini. Namun, sebisanya ia menahan diri untuk terlihat biasa-biasa saja.
"Kamu gak lagi kabur dari rumah kan?" tanya Umi Kalsum spontan, dan saat menyadari ucapannya barusan umi langsung terkekeh agar Anisa tak curiga jika ia mengenal nya.
"Maaf, saya cuma bercanda." ujar umi tersenyum.
"Oh ya, panggil saya Umi saja ya seperti yang lainnya." sambungnya.
Anisa mengangguk canggung. "Iya U-mi."
"Ayo masuk kerumah Umi." ajak Umi Kalsum, namun Anisa menggelengkan kepalanya.
"U-mi, saya tinggal di asrama saja bareng sama santri-santri disini." ucap Anisa.
Umi Kalsum nampak berpikir, dan beberapa saat kemudian ia menganggukkan kepalanya sembari tersenyum menatap Anisa.
"Baiklah kalau begitu, tapi kamu ikut kerumah Umi dulu kenalan sama anak-anak Umi. Baru setelah itu nanti kamu diantar sama anak tertua Umi ke asrama putri."
Anisa mengangguk patuh, kemudian mengikuti langkah Umi menuju rumah nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
bobo
masyaallah klau udah jodoh gk akan k mn y...pasti ktmu
2023-05-12
2
andi hastutty
klo jodoh lari kemanapun pasti akan ketemu hahahah
2023-02-25
1
circle
jodoh yang berputar-putar 😂
2022-09-04
1