Pesta pernikahan yang meriah itu sudah selesai. Edewina lega karena akhirnya ia tak lagi harus berpura-pura terlihat berbahagia. Mami dan ibu mertuanya sudah mengantar dia ke kamar ini. Kamar yang berbeda dengan kamar yang ditempatinya kemarin.
Kamar ini terlihat begitu indah. Ada beberapa lilin aroma terapi yang di pasang. di atas kasur ada kelopak-kelopak mawar yang telah diletakan dan diatur berbentuk buah hati.
Edewina melepaskan asesoris yang menempel di tubuhnya. Ia membuka gelas, kalung, dan anting-anting yang dipakainya.
Ia kemudian memandang cincin pernikahannya. Haruskah ia melepaskan cincin ini juga?
Hati Edewina menjadi gelisah. Ia terus memikirkan Kennard. Ia sangat yakin pria itu datang ke pernikahannya.
Edewina kemudian melepaskan mahkota yang ada di atas kepalanya. Ia juga mencoba melepaskan sanggul rambutnya. Di hadapannya ada peralatan make up yang entah dari mana sudah berada di depan meja rias ini. Edewina mencari pembersih wajah dan ia mulai membersihkan wajahnya dengan kapas yang ada.
Pintu kamar terbuka. Edewina menoleh ke arah pintu. Nampak Reo masuk. Pria itu sudah membuka jasnya, menggulung kemeja putihnya sampai ke siku tangannya, membuka dua kancing di kemejanya.
Edewina langsung memalingkan wajahnya. Kembali fokus membersihkan wajahnya.
"Sayang, kau belum ganti pakaian?" tanya Reo lembut lalu berdiri di belakang Edewina.
Tangan Edewina yang sementara membersihkan wajahnya terhenti. Ia meletakan kapas di atas meja hias itu lalu berdiri.
"Win, kamu butuh bantuan untuk membuka gaun mu?" tanya Reo.
"Aku akan menelpon keluargaku."
"Mereka semua kan sudah meninggalkan hotel ini."
Edewina baru ingat kalau memang mereka semua pergi dari hotel ini.
"Ayo, aku bantu untuk membukanya. Nggak lucu kan kalau kamu harus meminta bantuan pelayan hotel untuk membukanya."
Edewina bingung. Tak mungkin juga kan dia akan tidur dengan gaun pengantin ini?
"Edewina sayang, apakah kamu akan tidur dengan gaun ini?"
Edewina membalikan punggungnya. Reo langsung mengerti dan mendekati istrinya itu. Secara perlahan ia membuka resleting gaun pengantin Edewina.
Pria itu menelan salivanya saat melihat punggung mulus istrinya. Terbayang kembali kejadian malam itu.
"Cukup!" Kata Edewina sambil menahan gaun itu di dadanya agar tidak terbuka. Dengan cepat ia melangkah ke kamar mandi dan membanting pintu itu saat menutupnya.
Reo menatap kepergian istrinya sambil tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya sendiri.
Reo, kau sudah memilih jalan ini untuk menjadikan Edewina sebagai milikmu. Maka kau harus bersabar menghadapi kebencian gadis itu padamu.
Reo duduk di atas sofa lalu mulai membuka sepatu dan kaos kakinya. Ia juga mengeluarkan kemeja putihnya. Ia kini hanya mengenakan singlet putih dan celana hitam saja.
Sambil menunggu Edewina yang ada di dalam kamar mandi, Reo menuangkan segelas sampanye ke dalam gelas. Ia menyesapnya secara perlahan sambil menatap cincin pernikahan yang kini ada di jari manisnya.
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Nampak Edewina keluar menggunakan jubah mandi. Ada handuk yang membungkus kepalanya.
"Sayang, kamu keramas malam-malam begini?" tanya Reo dengan penuh perhatian.
"Jangan pedulikan aku!" ketus Edewina. Ia membuka kopernya dan mengeluarkan piyamanya. Kemudian ia kembali ke kamar mandi dan berganti pakaian di sana.
Reo hanya bisa menarik napas panjang dan menghembuskan nya secara perlahan.
Cinta telah membuatnya buta untuk melihat kenyataan bahwa Edewina tak mencintainya. Namun Reo yakin akan bisa memenangkan hati gadis itu secara perlahan. Reo berjanji akan sabar menunggunya.
Begitu Edewina keluar dari kamar mandi, gadis itu sudah memakai sepasang piyama lengan panjang dengan celana panjang pula. Rambutnya terlihat masih basah.
Edewina duduk di depan meja rias sambil menyisir rambutnya. Setelah itu ia mencari ponselnya di di dalam koper namun tak menemukannya.
"Sayang, kamu mencari apa?" tanya Reo.
Edewina tak menjawab.
"Kamu mencari ini?"
Edewina menoleh dan terkejut melihat ponselnya ada di tangan Reo.
"Mengapa hp ku ada padamu?" tanya Edewina masih dengan nada ketus. Ia bermaksud akan mengambil hp itu dari tangan Reo namun pria itu justru menjauhkannya.
"Berikan!"
"Cium aku dulu!"
Dahi Edewina berkerut. "Berikan....!"
"Cium aku dulu...!" Reo mundurbeberapa langkah.
"Christensen Haireo, berikan hp ku!"
Reo tersenyum. "Aku suka kalau kau menyebut nama lengkapku Edewina Carensia Almond!"
"Namaku Moreno!"
"JIka perempuan menikah, bahwa dia akan mengikuti nama suaminya."
"Tidak denganku!"
Reo tersenyum. "Kita akan lihat nanti."
"Berikan hpku!"
Reo mendekat dan sebelum ia menyerahkan hp Wina ke tangannya, dengan cepat ia mencium pipi gadis itu.
Edewina terkejut. "Jangan pernah kau menyentuh aku lagi!" kata Edewina marah sambil mengusap pipinya dengan kasar.
"Mengapa aku tak boleh menyentuhmu? Kau adalah istriku!" Reo maju beberapa langkah sehingga jarak diantara mereka menjadi semakin dekat.
"Jangan mendekat!" Edewina menjadi panik dan mundur beberapa langkah.
"Bukankah ini malam pengantin kita? Bukankah seharusnya malam ini kita berdua menikmati indahnya hubungan suami dan istri?"
"In your dream!"
"I'll prove that kit's wedding night isn't just a dream." (akan kubuktikan kalau malam pengantin kita bukan hanya di dalam mimpi).
Reo membuka kaos singletnya. Menampilkan perut sixpack nya. Edewina langsung memalingkan wajahnya melihat pemandangan indah di depannya.
"Jangan mendekat!" kata Edewina sambil mengangkat kedua tangannya. Gadis itu terus mundur tanpa menyadari kalau di belakangnya sudah ada ranjang besar. Ketika ia mundur dan kakinya sudah menyentuh pinggir ranjang, ia tak bisa lagi menahan keseimbangan tubuhnya dan membuat ia jatuh terlentang di atas tempat tidur.
Reo dengan cepat menyusulnya dan berada tepat di atas gadis itu dengan bertumpuh pada kedua lututnya.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Edewina dengan jantung yang berdetak kencang.
"Mendapatkan hakku sebagai suamimu!" kata Reo dengan tatapan yang mengintimidasi Edewina membuat gadis itu memalingkan wajahnya.
"Aku tak mau!"
"Tapi aku begitu menginginkan mu. Dan suatu dosa yang besar jika kau menolak suamimu!"
"Aku lebih baik berdosa dari pada harus melayanimu!"
Reo mendekat. Ia mengendus leher Edewina secara perlahan. "Benarkah?"
Edewina memejamkan matanya. Ia merasakan ketakutan yang sangat dalam.
"Jangan sentuh aku. Aku mohon!" Edewina mulai menangis.
Reo menghapus air mata istrinya itu dengan lembut. Ia kemudian mencium dahi Edewina. "Good ninght, honey." ujarnya lalu ia turun dari atas ranjang dan segera masuk ke kamar mandi.
Edewina menarik napas lega. Ia segera mengambil bantal lalu segera menyuju ke sofa. Ia kan tidur di sana.
Selama 15 menit Reo mandi. Ia kemudian keluar hanya menggunakan boxernya. Ia melihat Edewina yang tidur di atas sofa. Entah gadis itu sudah tertidur atau belum, yang pasti Reo tak akan menganggunya lagi. Setelah berpakaian, Reo mengambil botol sampanye yang tadi sudah di bukanya dan ia berjalan ke balkon. Duduk di sana sambil menikmati sampanye dan memandang langit London yang terlihat muram malam ini. Seperti juga hati Reo yang muram.
************
Pukul 1 dini hari, Reo akhirnya masuk kembali ke dalam kamar. Ia menggendong tubuh Edewina dan memindahkannya ke atas ranjang. Ia menyingkirkan kelopak-kelopak mawar yang ada lalu menyelimuti tubuh Edewina. Sedangkan Reo sendiri berbaring di samping Edewina sambil menatap wajah cantik istrinya itu. Wajah yang telah membuatnya jatuh cinta bahkan ketika Edewina baru berusia 10 tahun.
**********
Hallo bagaimana dengan kisah ini..?
Jangan lupadukung emak terus ya guys
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
gia nasgia
Buah tdk jauh jatuh dari pohon nya😂jadi ingat jack saat mengejar Mom Riani
2024-04-04
0
Hani Ekawati
Menarik nih, biasanya CEO nya pemaksa dingin dan kejam. Dikisah ini CEO nya yang mengejar ngejar cinta sang istri.☺️
2023-01-25
1
Ajusani Dei Yanti
seru kak Enny
2022-10-12
1