My Little Queen
"Adikku mungkin ini tidak adil bagimu tapi aku mohon kabulkan permohonan ku sekali ini." ujar putri Arabella kepada adiknya putri Artha.
"Tapi kakak,ayahanda akan murka dengan semua ini,kumohon pikirkanlah!" ujar putri Artha memohon dengan sangat kepada sang kakak putri Arabella yang merupakan putri mahkota kerajaan Pulchara.
Putri Arabella menengok ke belakang dia menatap mata Andreas Casew sang kekasih hati,pemuda tampan berpangkat menengah pasukan bersenjata kerajaan Pulchara.
"Terserah padamu Bella,aku tidak mau ada penyesalan nantinya,aku akan ikut keputusan mu." ujar Andreas mantap.
Putri Arabella terlihat sedikit ragu,ia menggigit bibirnya, lalu raut wajahnya berubah penuh keyakinan.
"Set..!"
Putri Arabella menggenggam erat tangan sang kekasih.
"Mari kita pergi!" ujarnya pada Andreas.
Andreas pun mempererat genggaman tangannya sambil mengangguk yakin.
"Yang mulia putri mahkota Arabella Frederick, adikmu putri Artha Frederick memohon dengan sangat pertimbangkan kembali keputusan yang mulia!" mohon putri Artha sambil berlutut di depan kakak nya.
"Jgeeer...!"
Petir menyambar di langit, kilatan warna putih terlihat jelas di atas sana,suara gemuruhnya memperdengarkan suara alam yang menakutkan seakan menjadi penanda hal buruk yang akan terjadi.
Putri Artha masih tertunduk berlutut di atas rumput yang mulai basah oleh rintik hujan malam itu.
"Hiks..hiks..!"
Buliran air matanya bersatu dengan rintik air hujan yang membasahi wajahnya yang cantik
Jubah yang di pakainya berkibar diterpa angin,menyibakkan tutup kepalanya sehingga menampakan rambutnya yang berwarna cokelat tua kemerahan tergerai dan basah tertimpa air hujan.
"Maafkan aku Artha..!" seru putri Arabella dari atas punggung kuda yang mereka tunggangi.
"Trap..trap..trap!"
Suara derap kaki kuda yang berlari kencang membelah gelapnya hutan Pinus.
Kuda hitam itu terus berlari membawa mereka berdua lebih masuk ke bagian dalam hutan yang lebat.
Mereka sengaja memilih jalur yang paling sulit di lewati tujuan mereka adalah daerah perbatasan selatan kerajaan Pulchara yang masih jarang d tempati oleh manusia karena di anggap angker dan keramat.
"Wusshh...!"
Suara hembusan angin menggoyangkan pucuk-pucuk pohon pinus di hutan sepi itu, Andreas memeluk erat tubuh putri Arabella, begitu pun sang putri dia menenggelamkan punggungnya ke pelukan sang kekasih, sehingga mereka berdua berbagi rasa aman satu sama lain.
Saat ini hanya mereka berdua di hutan gelap tanpa penerangan itu,suara-suara hewan malam seakan menambah seram suasana yang ada,kini tidak ada orang lain yang akan tahu keberadaan mereka,tidak ada..!
"Kakak jangan pergi...!"
Teriak Putri Artha,suaranya tercekat, napasnya tersengal.
Putri Artha terbangun dari tidurnya.
"Mimpi buruk!" gumamnya sambil menekan dadanya yang narik turun karena mimpi barusan.
Rasa bersalah putri Artha akan kepergian sang kakak ,membuatnya selalu bermimpi yang sama.
"Apa yang terjadi,tuan putri?" pelayan wanita yang berdiri di belakang pintu kamar segera masuk saat mendengar teriakan putri Artha.
"Tidak apa-apa Aster, aku hanya bermimpi buruk." ujar putri Artha kepada sang dayang.
Sudah empat hari semenjak kejadian menghilang nya putri Arabella,suasana kerajaan Pulchara jadi mencekam,tiap rumah penduduk di periksa para pengawal.
Daerah perbatasan di awasi dengan ketat, tidak ada yg bisa keluar maupun masuk tanpa pengawasan dari para prajurit kerajaan.
Raja Alfredo yang bijaksana dan sangat di puja oleh rakyatnya tiba-tiba memerintahkan rakyatnya untuk tetap tinggal di wilayah kerajaan Pulchara,tidak ada yang boleh melakukan perjalanan baik untuk bisnis maupun perdagangan.
Jam malam di laksanakan,tidak ada yang boleh keluar rumah setelah matahari terbenam, prajurit kerajaan berjaga di mana - mana, hal itu membuat rakyat merasa tidak tentram dan damai lagi.
Beberapa orang mulai protes dengan keadaan itu,sebagian besar adalah para pedagang yang harus menjajakan dagangannya ke kerajaan tetangga tapi mereka semua di tangkap.
Kerajaan Pulchara adalah kerajaan kecil yang hanya terdiri dari empat daerah bagian,berbatasan dengan kerajaan Tartan di sebelah barat, Kerajaan besar Magna di sebagian besarnya serta hutan Pinus Quebek di bagian selatan.
Sementara itu di ruangan pribadi sang raja.
"Aaagh..!"
Geram raja Alfredo,tinjunya mengenai meja marmer di depannya darah segar mengalir dari tangannya.
"Yang mulia,hamba mohon berhentilah menyakiti diri anda sendiri." ujar jendral Theodore, panglima perang sekaligus sahabat dan orang kepercayaan raja Alfredo.
"Bagaimana bisa,bagaimana bisa putriku Arabella berpikir sempit itu Theodore." geramnya sambil mengepalkan tangannya.
Kemarahan Raja Alfredo bukanya tanpa alasan baru saja prajurit yang mencari jejak putri Arabella melapor, mereka menemukan bahwasanya pengawal pribadi putri Arabella Andreas Casew turut serta dalam pelarian sang putri.
Selama ini para pekerja dan orang-orang di istana kerajaan Pulchara, sudah mulai curiga dengan gerak-gerik putri Arabella dan pengawal pribadinya Andreas Casew,mereka terlihat terlalu akrab dan mesra untuk suatu hubungan antara tuan putri dan pengawalnya.
Bahkan para pelayan yang merawat sang putri dari kecil telah memperingatkan sang putri maupun permaisuri Anastasia.
Akan tetapi kecurigaan tersebut seakan terbantahkan karena sikap putri Arabella yang santun dan penurut serta kepintarannya yang sudah di akui.
Tidak mungkin rasanya sang putri akan melepaskan gelarnya sebagi seorang putri mahkota dan kenyamanan yang ia peroleh dari kecil hanya untuk seorang prajurit kelas menengah seperti Andreas Casew.
Tapi apalah daya ,nasi sudah menjadi bubur. Sekarang semua kecurigaan dan ketakutan orang-orang di sekitarnya istana itu telah benar-benar terjadi.
Nb. Hello readers ini karya kedua aku sebagai penulis,semoga tema cerita di novelku kali ini bisa di terima dan di sukai oleh kalian semua,mohon dukungannya semua ya!. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments