"Yang mulia permaisuri,putri Artha ingin menemui anda." seorang dayang memberitahukan kabar tersebut dengan lembut kepada permaisuri Anastasia.
Permaisuri yang sedang termenung di atas tempat tidurnya itu,hanya menganggukkan kepalanya.
Sejak menghilangnya putri Arabella, permaisuri Anastasia selalu menangis dan melamun di kamarnya, beliau tidak mau makan dan hanya meratapi kepergian Putri pertamanya itu.
"Ibunda!" putri Artha berlari memeluk sang ibu.
Tangis mereka berdua kembali pecah.
"Hiks..hiks!".
"Putri ku...!" kata permaisuri Anastasia.
"Apakah kakakmu sudah di temukan?" tanyanya pelan,seakan dia tahu harapannya itu hanya sekedar harapan saja.
Putri Artha menggelengkan kepalanya pelan.
"Hhhh...apakah ini akhir dari kerajaan Pulchara." kata permaisuri Anastasia sambil menghela napas berat.
"Ibunda,jangan berbicara seperti itu!" putri Artha kembali memeluk erat sang ibu.
"Aku yakin, pasti akan ada jalan keluar dari semua masalah ini." ujar putri Artha,walaupun dirinya sendiri tidak yakin dengan perkataannya.
"Artha,pernikahan kakak mu dan pangeran Enzo dari kerajaan Magna tinggal setengah purnama lagi,saat ini pasti kerajaan Magna sudah mendengar berita hilangnya kakak mu." kata permaisuri Anastasia.
Artha melepaskan pelukannya.
"Ibu,bukankah raja Edward Magna bersahabat dengan ayah dari kecil, tidakkah mereka bisa memaafkan kita akan kejadian ini?" tanya putri Artha polos.
"Artha, seorang raja tidak hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan keluarga nya saja, keputusannya haruslah berdasarkan banyak pertimbangan,selain itu mestilah berdasarkan kesepakatan oleh banyak pihak terutama penasihat kerajaan dan dewan kerajaan." jelas permaisuri Anastasia
"Dan kau tahu Artha,bagi para tetua di dewan kerajaan menghilangnya Arabella sebelum acara pernikahan dengan putra mahkota Enzo Magna akan di anggap sebagai penghinaan bagi pewaris tahta kerajaan Magna." sambung permaisuri Anastasia, tangisnya kembali pecah mengingat hal itu.
"Ibunda jangan menangis lagi, kumohon!" Artha memeluk sang ibu yang sedang bersedih.
Di kerajaan Magna,para anggota dewan kerajaan datang menghadap raja Edward Magna di aula kerajaan.
"Yang mulia Raja Edward Magna,kami para dewan kerajaan datang menghadap" ketua dewan kerajaan membungkukkan badannya diikuti anggota dewan kerajaan yang lain.
Raja Edward Magna duduk dengan gagah di singgasananya. Dia sudah menduga para anggota dewan dan Mentri kerajaan akan membawa masalah ini ke sidang kerajaan.
"Ya,aku terima kedatangan kalian", Raja Edward berkata dengan suaranya yg berat dan tegas.
"Yang mulia Raja, beberapa hari terakhir kami mendengar desas-desus tentang menghilangnya putri Arabella dari kerajaan Pulchara" ketua dewan kerajaan memulai laporan nya.
"Dan yang lebih memalukan lagi dari kabar yang kami terima baru-baru ini bahwa putri Arabella melarikan diri dengan pengawal pribadi nya yang seorang prajurit rendahan" para anggota dewan yang lain terdengar menghujat dan mengejek keadaan tersebut.
Para bangsawan kerajaan Magna terkenal dengan sikap angkuhnya mereka merasa bahwa derajat mereka sebagai bangsawan sangatlah penting dan tinggi.
Status seseorang menjadi tolak ukur mereka dalam menjalin hubungan,baik hubungan pertemanan maupun pernikahan.
Perdana menteri kerajaan Markus yang berdiri di belakang raja menyeringai senang melihat hal tersebut.
"Hal itu sangatlah memalukan yang mulia,mereka seperti mencoreng arang di muka putra mahkota Enzo dan yang mulia Raja Edward serta kerajaan Magna yang kita cintai ini,yang mulia!!" seru ketua dewan kerajaan dengan berapi-api.
Anggota dewan kerajaan yang lain pun ikut menyerukan hal yang sama.
"Maaf yang mulia,apa yang saya katakan ini sangatlah memalukan, namun hal tersebut adalah PERSELINGKUHAN!!" seru anggota dewan kerajaan yang bertubuh gemuk lebih berapi-api lagi.
Suasana aula menjadi ricuh oleh bisik-bisik para anggota dewan dan beberapa Mentri yang ada di sana.
"Semuanya DIAAM..!!" amarah raja Edward tidak bisa di bendung lagi
Semua yang hadir d aula terkejut dan terdiam.
"Apa kalian pikir aku tidak memikirkan hal ini? aku pun malu dengan apa yang terjadi." raja Edward mengepalkan tangannya.
"Siiing...!" hening sejenak di aula setelah mereka mendengarkan perkataan sang raja
"Namun yang mulia,derajat dan martabat kerajaan Magna yang agung akan di injak-injak apabila kita diam saja dan tidak bertindak apapun pada kerajaan Pulchara" tutur perdana menteri kerajaan dengan nada bicara yang di tekankan.
"Aku tahu Markus,tapi kita beri kerajaan Pulchara kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini, apabila dalam dua hari putri Arabella tidak juga di temukan atau tidak ada penyelesaian atas masalah ini,kita akan mengerahkan pasukan untuk menyerang kerajaan Pulchara." suara raja Edward Magna menggema di seluruh aula.
Semua anggota dewan dan Mentri bertepuk tangan atas keputusan sang raja.
Perdana menteri kerajaan bertepuk tangan dengan keras, seringainya terlihat menakutkan.
Di ruangan kerja pribadinya raja Edward duduk d belakang meja kerja,dia terlihat merenung dengan kedua tangan nya menopang dagu.
"Fuuu..!" dia menghembuskan napasnya yang terdengar berat.
Bagaimana pun Raja Alfredo Frederick adalah sahabatnya sejak kecil,bahkan anak-anak mereka sudah bergaul sejak mereka masih kanak-kanak.
Pangeran Enzo berusia 21 tahun saat ini,terpaut 4 tahun dari Putra kedua kerajaan Magna,Pangeran Adrian yang berusia 17 tahun.
Putri Arabella berusia 18 tahun, sedangkan adiknya putri Artha berusia 16 tahun.
Karena persahabatan kedua raja itulah akhirnya mereka menjodohkan Anak tertua mereka Enzo dan Arabella sejak mereka masih kecil,mereka berharap dengan pernikahan keduanya dapat mempersatukan dua kerajaan yang bertetangga tersebut.
Bahkan kedua putri dan putra bungsu mereka Artha dan Adrian bersahabat sejak kecil sampai sekarang.
"Tok..tok..tok!"
Pintu ruangan di ketuk.
"Saya Valentine yang mulia." ucap mentri pertahanan kerajaan Magna.
"Masuklah Valentine" jawab raja Edward.
Valentine masuk keruangan,ia tahu persis apa bila sang raja saat ini pikirannya sedang kalut dan ingin bertukar pikiran.
"Apakah aku terlalu lemah Valentine?" raja Edward berdiri menatap ke luar jendela ke arah hutan white rose ,hutan yang tidak cukup luas yang memisahkan kerajaan Magna dan kerajaan Pulchara.
"Kadang kelemahan kita adalah kekuatan kita yang terbesar yang mulia." tutur Valentine kepada sang raja.
"Haha..kau sangat bisa berkata-kata Valentine" raja Edward tertawa tanpa makna.
"Dunia ini sangat kejam, apakah seorang sahabat harus membunuh sahabatnya sendiri untuk bertahan hidup?!" raja Edward mengeluarkan semua keluh kesah di hatinya.
Valentine hanya diam,dia tidak dapat menjawab pertanyaan sang raja.
"Kau lihat Valentine,kau sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan ku." tuturnya sambil menyeringai.
"Terkadang kita hanya menjalani takdir yang ada yang mulia." jawab Valentine
"Hhh...takdir katamu?!" raja Edward kembali tertegun.
"Ya, Valentine hanya takdir yang akan menyelesaikan masalah ini." tuturny.
"Terimakasih sudah mau mendengar kan ku Valentine." kata nya lagi.
"Saya ijin undur diri yang mulia." ujar jendral Valentine keluar ruangan meninggalkan raja Edward yang masih menatap keluar jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments