NovelToon NovelToon

My Little Queen

Bab.1. Hilangnya Putri Arabella

"Adikku mungkin ini tidak adil bagimu tapi aku mohon kabulkan permohonan ku sekali ini." ujar putri Arabella kepada adiknya putri Artha.

"Tapi kakak,ayahanda akan murka dengan semua ini,kumohon pikirkanlah!" ujar putri Artha memohon dengan sangat kepada sang kakak putri Arabella yang merupakan putri mahkota kerajaan Pulchara.

Putri Arabella menengok ke belakang dia menatap mata Andreas Casew sang kekasih hati,pemuda tampan berpangkat menengah pasukan bersenjata kerajaan Pulchara.

"Terserah padamu Bella,aku tidak mau ada penyesalan nantinya,aku akan ikut keputusan mu." ujar Andreas mantap.

Putri Arabella terlihat sedikit ragu,ia menggigit bibirnya, lalu raut wajahnya berubah penuh keyakinan.

"Set..!"

Putri Arabella menggenggam erat tangan sang kekasih.

"Mari kita pergi!" ujarnya pada Andreas.

Andreas pun mempererat genggaman tangannya sambil mengangguk yakin.

"Yang mulia putri mahkota Arabella Frederick, adikmu putri Artha Frederick memohon dengan sangat pertimbangkan kembali keputusan yang mulia!" mohon putri Artha sambil berlutut di depan kakak nya.

"Jgeeer...!"

Petir menyambar di langit, kilatan warna putih terlihat jelas di atas sana,suara gemuruhnya memperdengarkan suara alam yang menakutkan seakan menjadi penanda hal buruk yang akan terjadi.

Putri Artha masih tertunduk berlutut di atas rumput yang mulai basah oleh rintik hujan malam itu.

"Hiks..hiks..!"

Buliran air matanya bersatu dengan rintik air hujan yang membasahi wajahnya yang cantik

Jubah yang di pakainya berkibar diterpa angin,menyibakkan tutup kepalanya sehingga menampakan rambutnya yang berwarna cokelat tua kemerahan tergerai dan basah tertimpa air hujan.

"Maafkan aku Artha..!" seru putri Arabella dari atas punggung kuda yang mereka tunggangi.

"Trap..trap..trap!"

Suara derap kaki kuda yang berlari kencang membelah gelapnya hutan Pinus.

Kuda hitam itu terus berlari membawa mereka berdua lebih masuk ke bagian dalam hutan yang lebat.

Mereka sengaja memilih jalur yang paling sulit di lewati tujuan mereka adalah daerah perbatasan selatan kerajaan Pulchara yang masih jarang d tempati oleh manusia karena di anggap angker dan keramat.

"Wusshh...!"

Suara hembusan angin menggoyangkan pucuk-pucuk pohon pinus di hutan sepi itu, Andreas memeluk erat tubuh putri Arabella, begitu pun sang putri dia menenggelamkan punggungnya ke pelukan sang kekasih, sehingga mereka berdua berbagi rasa aman satu sama lain.

Saat ini hanya mereka berdua di hutan gelap tanpa penerangan itu,suara-suara hewan malam seakan menambah seram suasana yang ada,kini tidak ada orang lain yang akan tahu keberadaan mereka,tidak ada..!

"Kakak jangan pergi...!"

Teriak Putri Artha,suaranya tercekat, napasnya tersengal.

Putri Artha terbangun dari tidurnya.

"Mimpi buruk!" gumamnya sambil menekan dadanya yang narik turun karena mimpi barusan.

Rasa bersalah putri Artha akan kepergian sang kakak ,membuatnya selalu bermimpi yang sama.

"Apa yang terjadi,tuan putri?" pelayan wanita yang berdiri di belakang pintu kamar segera masuk saat mendengar teriakan putri Artha.

"Tidak apa-apa Aster, aku hanya bermimpi buruk." ujar putri Artha kepada sang dayang.

Sudah empat hari semenjak kejadian menghilang nya putri Arabella,suasana kerajaan Pulchara jadi mencekam,tiap rumah penduduk di periksa para pengawal.

Daerah perbatasan di awasi dengan ketat, tidak ada yg bisa keluar maupun masuk tanpa pengawasan dari para prajurit kerajaan.

Raja Alfredo yang bijaksana dan sangat di puja oleh rakyatnya tiba-tiba memerintahkan rakyatnya untuk tetap tinggal di wilayah kerajaan Pulchara,tidak ada yang boleh melakukan perjalanan baik untuk bisnis maupun perdagangan.

Jam malam di laksanakan,tidak ada yang boleh keluar rumah setelah matahari terbenam, prajurit kerajaan berjaga di mana - mana, hal itu membuat rakyat merasa tidak tentram dan damai lagi.

Beberapa orang mulai protes dengan keadaan itu,sebagian besar adalah para pedagang yang harus menjajakan dagangannya ke kerajaan tetangga tapi mereka semua di tangkap.

Kerajaan Pulchara adalah kerajaan kecil yang hanya terdiri dari empat daerah bagian,berbatasan dengan kerajaan Tartan di sebelah barat, Kerajaan besar Magna di sebagian besarnya serta hutan Pinus Quebek di bagian selatan.

Sementara itu di ruangan pribadi sang raja.

"Aaagh..!"

Geram raja Alfredo,tinjunya mengenai meja marmer di depannya darah segar mengalir dari tangannya.

"Yang mulia,hamba mohon berhentilah menyakiti diri anda sendiri." ujar jendral Theodore, panglima perang sekaligus sahabat dan orang kepercayaan raja Alfredo.

"Bagaimana bisa,bagaimana bisa putriku Arabella berpikir sempit itu Theodore." geramnya sambil mengepalkan tangannya.

Kemarahan Raja Alfredo bukanya tanpa alasan baru saja prajurit yang mencari jejak putri Arabella melapor, mereka menemukan bahwasanya pengawal pribadi putri Arabella Andreas Casew turut serta dalam pelarian sang putri.

Selama ini para pekerja dan orang-orang di istana kerajaan Pulchara, sudah mulai curiga dengan gerak-gerik putri Arabella dan pengawal pribadinya Andreas Casew,mereka terlihat terlalu akrab dan mesra untuk suatu hubungan antara tuan putri dan pengawalnya.

Bahkan para pelayan yang merawat sang putri dari kecil telah memperingatkan sang putri maupun permaisuri Anastasia.

Akan tetapi kecurigaan tersebut seakan terbantahkan karena sikap putri Arabella yang santun dan penurut serta kepintarannya yang sudah di akui.

Tidak mungkin rasanya sang putri akan melepaskan gelarnya sebagi seorang putri mahkota dan kenyamanan yang ia peroleh dari kecil hanya untuk seorang prajurit kelas menengah seperti Andreas Casew.

Tapi apalah daya ,nasi sudah menjadi bubur. Sekarang semua kecurigaan dan ketakutan orang-orang di sekitarnya istana itu telah benar-benar terjadi.

Nb. Hello readers ini karya kedua aku sebagai penulis,semoga tema cerita di novelku kali ini bisa di terima dan di sukai oleh kalian semua,mohon dukungannya semua ya!. Terimakasih.

Bab.2. Keputusan Raja Edward

"Yang mulia permaisuri,putri Artha ingin menemui anda." seorang dayang memberitahukan kabar tersebut dengan lembut kepada permaisuri Anastasia.

Permaisuri yang sedang termenung di atas tempat tidurnya itu,hanya menganggukkan kepalanya.

Sejak menghilangnya putri Arabella, permaisuri Anastasia selalu menangis dan melamun di kamarnya, beliau tidak mau makan dan hanya meratapi kepergian Putri pertamanya itu.

"Ibunda!" putri Artha berlari memeluk sang ibu.

Tangis mereka berdua kembali pecah.

"Hiks..hiks!".

"Putri ku...!" kata permaisuri Anastasia.

"Apakah kakakmu sudah di temukan?" tanyanya pelan,seakan dia tahu harapannya itu hanya sekedar harapan saja.

Putri Artha menggelengkan kepalanya pelan.

"Hhhh...apakah ini akhir dari kerajaan Pulchara." kata permaisuri Anastasia sambil menghela napas berat.

"Ibunda,jangan berbicara seperti itu!" putri Artha kembali memeluk erat sang ibu.

"Aku yakin, pasti akan ada jalan keluar dari semua masalah ini." ujar putri Artha,walaupun dirinya sendiri tidak yakin dengan perkataannya.

"Artha,pernikahan kakak mu dan pangeran Enzo dari kerajaan Magna tinggal setengah purnama lagi,saat ini pasti kerajaan Magna sudah mendengar berita hilangnya kakak mu." kata permaisuri Anastasia.

Artha melepaskan pelukannya.

"Ibu,bukankah raja Edward Magna bersahabat dengan ayah dari kecil, tidakkah mereka bisa memaafkan kita akan kejadian ini?" tanya putri Artha polos.

"Artha, seorang raja tidak hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan keluarga nya saja, keputusannya haruslah berdasarkan banyak pertimbangan,selain itu mestilah berdasarkan kesepakatan oleh banyak pihak terutama penasihat kerajaan dan dewan kerajaan." jelas permaisuri Anastasia

"Dan kau tahu Artha,bagi para tetua di dewan kerajaan menghilangnya Arabella sebelum acara pernikahan dengan putra mahkota Enzo Magna akan di anggap sebagai penghinaan bagi pewaris tahta kerajaan Magna." sambung permaisuri Anastasia, tangisnya kembali pecah mengingat hal itu.

"Ibunda jangan menangis lagi, kumohon!" Artha memeluk sang ibu yang sedang bersedih.

Di kerajaan Magna,para anggota dewan kerajaan datang menghadap raja Edward Magna di aula kerajaan.

"Yang mulia Raja Edward Magna,kami para dewan kerajaan datang menghadap" ketua dewan kerajaan membungkukkan badannya diikuti anggota dewan kerajaan yang lain.

Raja Edward Magna duduk dengan gagah di singgasananya. Dia sudah menduga para anggota dewan dan Mentri kerajaan akan membawa masalah ini ke sidang kerajaan.

"Ya,aku terima kedatangan kalian", Raja Edward berkata dengan suaranya yg berat dan tegas.

"Yang mulia Raja, beberapa hari terakhir kami mendengar desas-desus tentang menghilangnya putri Arabella dari kerajaan Pulchara" ketua dewan kerajaan memulai laporan nya.

"Dan yang lebih memalukan lagi dari kabar yang kami terima baru-baru ini bahwa putri Arabella melarikan diri dengan pengawal pribadi nya yang seorang prajurit rendahan" para anggota dewan yang lain terdengar menghujat dan mengejek keadaan tersebut.

Para bangsawan kerajaan Magna terkenal dengan sikap angkuhnya mereka merasa bahwa derajat mereka sebagai bangsawan sangatlah penting dan tinggi.

Status seseorang menjadi tolak ukur mereka dalam menjalin hubungan,baik hubungan pertemanan maupun pernikahan.

Perdana menteri kerajaan Markus yang berdiri di belakang raja menyeringai senang melihat hal tersebut.

"Hal itu sangatlah memalukan yang mulia,mereka seperti mencoreng arang di muka putra mahkota Enzo dan yang mulia Raja Edward serta kerajaan Magna yang kita cintai ini,yang mulia!!" seru ketua dewan kerajaan dengan berapi-api.

Anggota dewan kerajaan yang lain pun ikut menyerukan hal yang sama.

"Maaf yang mulia,apa yang saya katakan ini sangatlah memalukan, namun hal tersebut adalah PERSELINGKUHAN!!" seru anggota dewan kerajaan yang bertubuh gemuk lebih berapi-api lagi.

Suasana aula menjadi ricuh oleh bisik-bisik para anggota dewan dan beberapa Mentri yang ada di sana.

"Semuanya DIAAM..!!" amarah raja Edward tidak bisa di bendung lagi

Semua yang hadir d aula terkejut dan terdiam.

"Apa kalian pikir aku tidak memikirkan hal ini? aku pun malu dengan apa yang terjadi." raja Edward mengepalkan tangannya.

"Siiing...!" hening sejenak di aula setelah mereka mendengarkan perkataan sang raja

"Namun yang mulia,derajat dan martabat kerajaan Magna yang agung akan di injak-injak apabila kita diam saja dan tidak bertindak apapun pada kerajaan Pulchara" tutur perdana menteri kerajaan dengan nada bicara yang di tekankan.

"Aku tahu Markus,tapi kita beri kerajaan Pulchara kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini, apabila dalam dua hari putri Arabella tidak juga di temukan atau tidak ada penyelesaian atas masalah ini,kita akan mengerahkan pasukan untuk menyerang kerajaan Pulchara." suara raja Edward Magna menggema di seluruh aula.

Semua anggota dewan dan Mentri bertepuk tangan atas keputusan sang raja.

Perdana menteri kerajaan bertepuk tangan dengan keras, seringainya terlihat menakutkan.

Di ruangan kerja pribadinya raja Edward duduk d belakang meja kerja,dia terlihat merenung dengan kedua tangan nya menopang dagu.

"Fuuu..!" dia menghembuskan napasnya yang terdengar berat.

Bagaimana pun Raja Alfredo Frederick adalah sahabatnya sejak kecil,bahkan anak-anak mereka sudah bergaul sejak mereka masih kanak-kanak.

Pangeran Enzo berusia 21 tahun saat ini,terpaut 4 tahun dari Putra kedua kerajaan Magna,Pangeran Adrian yang berusia 17 tahun.

Putri Arabella berusia 18 tahun, sedangkan adiknya putri Artha berusia 16 tahun.

Karena persahabatan kedua raja itulah akhirnya mereka menjodohkan Anak tertua mereka Enzo dan Arabella sejak mereka masih kecil,mereka berharap dengan pernikahan keduanya dapat mempersatukan dua kerajaan yang bertetangga tersebut.

Bahkan kedua putri dan putra bungsu mereka Artha dan Adrian bersahabat sejak kecil sampai sekarang.

"Tok..tok..tok!"

Pintu ruangan di ketuk.

"Saya Valentine yang mulia." ucap mentri pertahanan kerajaan Magna.

"Masuklah Valentine" jawab raja Edward.

Valentine masuk keruangan,ia tahu persis apa bila sang raja saat ini pikirannya sedang kalut dan ingin bertukar pikiran.

"Apakah aku terlalu lemah Valentine?" raja Edward berdiri menatap ke luar jendela ke arah hutan white rose ,hutan yang tidak cukup luas yang memisahkan kerajaan Magna dan kerajaan Pulchara.

"Kadang kelemahan kita adalah kekuatan kita yang terbesar yang mulia." tutur Valentine kepada sang raja.

"Haha..kau sangat bisa berkata-kata Valentine" raja Edward tertawa tanpa makna.

"Dunia ini sangat kejam, apakah seorang sahabat harus membunuh sahabatnya sendiri untuk bertahan hidup?!" raja Edward mengeluarkan semua keluh kesah di hatinya.

Valentine hanya diam,dia tidak dapat menjawab pertanyaan sang raja.

"Kau lihat Valentine,kau sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan ku." tuturnya sambil menyeringai.

"Terkadang kita hanya menjalani takdir yang ada yang mulia." jawab Valentine

"Hhh...takdir katamu?!" raja Edward kembali tertegun.

"Ya, Valentine hanya takdir yang akan menyelesaikan masalah ini." tuturny.

"Terimakasih sudah mau mendengar kan ku Valentine." kata nya lagi.

"Saya ijin undur diri yang mulia." ujar jendral Valentine keluar ruangan meninggalkan raja Edward yang masih menatap keluar jendela.

Bab.3.Tempat Pertemuan Rahasia

"Braaak...!!" pintu kamar kerja pangeran Enzo terbuka.

"Kakak!!" panggil seseorang.

Pangeran Enzo yang sedang membaca buku menoleh ke arah suara.

"Kau sudah dengar berita nya?" pangeran kedua kerajaan Magna Adrian Magna bertanya dengan napas yang terengah-engah, karena berlari.

"Apa?" ujar pangeran Enzo datar.

Pangeran Adrian mengatur napasnya sebelum berbicara lagi.

"Ayahanda memerintahkan untuk menyerang kerajaan Pulchara dalam tempo dua hari!" serunya.

"Mmm..sudah aku duga." timpalnya sambil kembali menatap buku yang tadi dia baca.

"Kau sama sekali tidak perduli?" tutur Adrian.

"Mereka itu kerajaan Pulchara,Enzo!" tambahnya.

"Kedua kerajaan ini akan berperang!" tambah pangeran Adrian terlihat putus asa.

"Hhh..." pangeran Enzo menarik napas panjang.

"Kita tidak bisa berbuat apa-apa, Adrian." katanya datar.

"Para anggota dewan telah memutuskan hal itu" ia menambahkan.

"Ada apa denganmu, Enzo?" pangeran Adrian menyilangkan kedua tangan nya di depan dada.

"Apakah kau merasa sakit hati,karena putri Arabella meninggalkan mu sebelum hari pernikahan kalian,hah?" kata pangeran Adrian dengan nada mengejek.

"Hhhh..!!" pangeran Enzo menarik napas yang lebih berat dari sebelumnya.

Dia merasa semenjak menghilang nya putri Arabella, orang-orang mulai menatap nya sambil berbisik-bisik. Seolah-olah dia adalah pria yang sangat menyedihkan karena di tinggal oleh calon pengantin nya.

Sebenarnya Enzo tidak merasa sakit hati karena hilangnya Putri Arabella,karena bagaimanapun dia tidak yakin kalau dia mencintai putri Arabella begitu pun sebaliknya, putri Arabella juga tidak mencintai nya.

Hanya saja sebagai putra mahkota, tidak ada celah bagi Enzo untuk menolak perjodohan itu.

Yang membuat nya terluka saat ini adalah, anggapan orang-orang di sekitarnya. Selain itu dia juga merasa iri dengan putri Arabella yang dengan beraninya melarikan diri dari perjodohan mereka.

"Jaga mulutmu Adrian!!" Enzo berkata dengan nada yang meninggi.

Adrian hendak melanjutkan kata-katanya,tapi akhirnya dia menyadari tidak ada gunanya berdebat dengan sang kakak saat ini.

"Braaak..!"

Adrian menutup pintu ruangan tersebut dengan keras sambil berlalu.

Enzo yang mendengar hal itu menjadi kehilangan semangat nya untuk membaca.

"Blaaam..!" dia menutup kasar buku yang dia pegang.

Matanya terpejam beberapa saat,dadanya nya terasa sesak sekarang.

Di tempat lain, pangeran Adrian diam-diam mengambil seekor kuda dari stall ( Kandang kuda) kerajaan.

"Draap...drap..drap!!"

Pangeran Adrian memacu kudanya dengan sangat kencang melewati hutan white rose,entah apa yang ada di pikiran nya saat ini.

Artha,hanya Artha yang dia pedulikan saat ini, putri kedua kerajaan Pulchara,teman bermain nya sedari kecil yang diam-diam ia cintai.

Tadi Adrian sudah mengirimkan pesan lewat merpati yang biasa ia gunakan untuk berkirim pesan.

Adrian meminta agar Artha menemuinya di tempat rahasia mereka sedari kecil ,saat mereka bermain petak umpet.

Di balik susunan pagar tanaman boxwood,ada lubang kecil yang bisa di lewati seseorang bertubuh langsing yang di tutupi jerami kering bekas sarang burung rel.

Dahulu Artha maupun Adrian dengan bebas melewati lubang tersebut untuk pergi bermain d sungai di tepi hutan white rose agar tidak ketahuan oleh para pengawal.

Karena apabila tidak benar-benar di amati seseorang tidak akan tahu kalau ada lubang di antara semak pohon itu.

Pangeran Adrian mengikatkan tali kudanya d sebatang pohon d tepi hutan white rose.

Dia berjalan berlahan menuju pagar tanaman boxwood membuka tumpukan jerami kering yang menutupi lubang kecil tersebut.

"Suiit...!" dia bersiul kecil,tidak ada tanda-tanda putri Artha di sana.

Pangeran Adrian bersandar d batang pohon ,dia gelisah menunggu kedatangan putri Artha.

"Kemana dia? apakah pesanku tidak sampai padanya?" berbagai pertanyaan bermunculan di benaknya.

"Kresek..kresek..!"

Pangeran Adrian bersembunyi d belakang pagar boxwood, telinganya mendengarkan dengan seksama asal suara langkah yang mengarah padanya.

"Adrian,ini aku!" panggil putri Artha dengan suara kecil nyaris seperti bisikan.

Pangeran Adrian langsung keluar dari persembunyiannya ,dia segera menuju lubang kecil yang ada pagar.

"Artha,kenapa kau lama sekali?aku sangat cemas!" ujar pangeran Adrian dengan wajah yang tampak sangat cemas.

"Pengawasan di kerajaan Pulchara sangat ketat saat ini,aku hampir saja ketahuan oleh pengawal yang sedang berjaga." jawab putri Artha.

"Aku ada berita penting yang ingin ku sampaikan padamu, Artha." pangeran Ardian terlihat sangat serius.

"Prajurit Kerajaan Magna akan menyerang Kerajaan Pulchara dalam tempo dua hari!" tutur nya sambil menatap tajam ke Artha.

Putri Artha tidak percaya dengan apa yang di dengarnya,dia menutup mulut nya dengan kedua tangannya,matanya mulai terlihat berair.

Putri Artha tidak percaya bahwa kepergian sang kakak akan menimbulkan masalah sebesar ini.

"Bagaimana..bagaimana mungkin, Adrian!" ujarnya terbata.

"Aku pun tidak menduga hal ini akan terjadi,dewan kerajaan sudah memutuskan nya hari ini,apabila dalam dua hari putri Arabella tidak di temukan atau tidak ada penyelesaian akan masalah ini maka peperangan akan di mulai." jelas pangeran Adrian.

"Tapi bagaimana kami bisa menemukan kakakku dalam tempo dua hari?,itu suatu hal yang mustahil!!" air mata mulai membasahi kelopak mata putri Artha.

Pangeran Adrian sangat sedih melihat tangisan putri Artha, ingin sekali dia memeluk dan menghapus air mata wanita yang sangat ia cintai itu,tapi hal itu tak mungkin ia lakukan karena putri Artha tidak tahu akan perasaan yang dia pendam selama ini.

"Artha, apakah kau tahu kemana kakak mu pergi?" tanya pangeran Adrian serius.

Artha terdiam sejenak,dia memang satu-satunya orang yang tahu kepergian putri Arabella dan Andreas malam itu,tapi dia tidak mengetahui ke mana sebenarnya tujuan mereka berdua.

"A..aku tidak tahu kemana tepatnya mereka pergi,tapi mereka pergi ke arah selatan,kearah hutan Pinus Quebek." tutur nya.

"Hutan Pinus Quebek?,tidak mungkin,jarang ada orang yang pernah ke sana,di hutan itu banyak sekali hewan buas dan hutannya sangatlah gelap dan lembab." tutur pangeran Adrian sambil berpikir keras.

Setelah berpikir sejenak pangeran Adrian berkata.

"Seperti nya tidak ada jalan lain." katanya lagi.

"Artha ,mari ikut denganku,kau akan aman di Magna ,aku tahu tempat persembunyian yang bagus tidak ada seorang pun yang tahu tempat itu selain aku." pangeran Adrian mengulurkan tangannya menggapai tangan putri Artha.

"Plaak..!!" Putri Artha menepis tangan pangeran Adrian.

"Aku putri Artha Frederick,putri kerajaan Pulchara,aku tidak akan pernah meninggalkan orangtuaku dan rakyatku hanya untuk keselamatan ku sendiri " putri Artha menghapus air matanya.

"Kresek... kresek!!"

Suara langkah kaki menuju tempat pangeran Adrian dan putri Artha berada.

"Siapa disana?!" ujar seorang pria dari balik pepohonan.Mereka adalah prajurit kerajaan Pulchara yang sedang berjaga.

Adrian segera bersembunyi lagi d balik pagar tanaman boxwood,dia merunduk menyembunyikan dirinya.

Sementara itu putri Artha segera mengendap-endap menuju semak bunga hortesia yang rimbun untuk bersembunyi.

"Ah,ada lubang kecil d pagar ini!" seru prajurit yang satu lagi.

"Mari kita tutup dengan batang kayu besar yang tergelak di sana." sambung yang lainnya.

Kedua prajurit itu segera mengangkat beberapa batang kayu ,dan menutup lubang kecil yang ada d pagar tanaman tadi.

"Baiklah,sekarang sudah aman mari kita pergi." ujar salah satu prajurit lagi. Dan para prajurit kerajaan Pulchara itu pun pergi meninggalkan tempat itu dengan segera.

Setelah beberapa saat, pangeran Adrian kembali ke lubang kecil yang kini sudah tertutup tumpukan batang kayu besar itu.

"Artha, Artha,kau masih d sana?" panggil nya.

Tidak ada sahutan yang dia dengar dari seberang pagar, dia menelisik rimbunnya pagar tersebut,namun dia tidak mendengarkan maupun melihat bayangan tubuh putri Artha lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!