"Bagaimana Jhon kata temanmu? dapat kerjaan barunya?," tanya Clara, ketika sarapan pagi.
"Masih belum, katanya nanti di kabarin lagi," jawab Jhony, sembari memakan sarapan buatan Cindy.
"Memang pekerjaan apa sih yang ditawarkan, Jhon?" tanya Cindy penasaran, merasa Jhony menyembunyikan sesuatu.
"Nanti juga kalian tahu sendiri, kalau aku sudah kerja," ujar Jhony, membuat kedua kakak beradik itu bersitatap.
"Tapi bukan pekerjaan yang dilarang agama kan? pekerjaannya halal kan, Jhon?" tanya Clara, karena tak biasanya Jhony bermain rahasia dengan mereka, membuat mereka curiga.
"Sudahlah, itu juga belum pasti, jadi kalian tidak perlu kuatir dan menduga yang tidak-tidak ya," kata Jhony, berusaha menenangkan sahabatnya.
"Ingat ya tujuan kita kesini, jangan sampai karena ingin cepat mendapat uang banyak, kita lupa diri dan menghalalkan segala cara," kata Cindy, sedikit memberi ceramah, sambil menatap keduanya lekat-lekat.
"Iya Kak, kita akan selalu saling mengingatkan dan menguatkan, dalam keadaan apapun," kata Clara, mereka berangkulan, penuh haru.
"Eh iya, semalam Januar cerita kalau sepertinya rumah ini ada yang mengawasi, bahkan katanya pria itu bertanya tentang penghuni rumah ini, kepada beberapa tetangga sekita," kata Jhony.
"Hah? tapi untuk apa Jhon? kita kan tidak punya apa-apa, lalu apa yang akan dia curi?" tanya Cindy, dengan lugunya.
"Bukan begitu Cin, kata Januar, sepertinya ada yang curiga dengan identitas Clara, karena yang banyak ditanyakan kepada tetangga, itu tentang Clara," jelas Jhony.
"Apa? duh bagaimana kalo ketahuan? belum juga sebulan kerja, udah seperti ini," kata Clara, penuh kekuatiran.
" Jangan sedih, itu kan hanya dugaan saja, jadi belum tentu benar. Yang penting sekarang kita lebih hati-hati ya, karena kan kita belum tahu, siapa yang mengawasi rumah ini," ujar Jhony, berusaha menenangkan Clara.
"Rupanya mereka bersekongkol," kata pria itu, yang sedari tadi tengah mengawasi mereka. Iya, dia adalah orang yang disuruh Juan untuk menguntit Clara. Setelah merasa cukup banyak informasi yang dia dapat, dia menelpon Juan untuk bertemu.
***
Di sebuah rumah makan berkonsep lesehan, Juan sudah menunggu dengan resah. Rumah makan itu berkonsep pedesaan, berupa saung-saung yang cukup besar, dikelilingi kolam ikan dan taman yang indah. Mereka buka 24 jam, sehingga di pilih Juan untuk bertemu orang yang dia bayar kemarin, sekalian sarapan. Dia memesan sebakul nasi, ikan gurame bakar asam manis, tumis kangkung, sambal, ayam goreng saos mentega, serta tak lupa kerupuk.
"Ayo duduk, Gas! Kita ngobrol sambil sarapan, kamu pasti juga belum sarapan kan," kata Juan, mempersilahkan Bagas duduk.
"Iya Mas, terimakasih," kata Bagas, sopan.
"Bagaimana hasilnya penyelidikanmu?" tanya Juan, sambil melahap menu yang ia pesan.
"Sebelum cerita, Bagas mau tanya, sebenarnya siapa wanita itu, Mas Juan?" tanya Bagas, membuat Juan berhenti mengunyah.
"Ehm, sebenarnya dia pekerja baru di pabrik," jelas Juan, masih merasa malu bercerita.
"Kalau itu Bagas juga tahu, maksudnya apa hubungannya dengan Mas Juan? apa Mas suka ya, dengan wanita itu?" selidik Bagas, membuat Juan salah tingkah.
"Kamu ya, itu bukan urusanmu! Bagas, cepat ceritakan saja hasil penyelidikanmu," kata Juan, berpura-pura marah untuk menutupi rasa malunya.
"Ini sisa bayaranmu, ayo cepat ceritakan!" tegas Juan, sambil menyodorkan amplop coklat kepada Bagas.
"Iya, sabar dong Mas, kalau Mas marah, berarti memang suka nih, aku kasih tahu tante ah," goda Bagas, membuat Juan makin kesal.
Bagas sebenarnya adalah sepupu Juan, dia masih kuliah semester akhir. Namun dia merupakan tangan kanan Juan, semua tugas rahasia menyangkut hidup ataupun segala bidang usaha keluarga Juan, dia percayakan pada Bagas. Jadi wajar Bagas suka sekali menggoda Juan, apalagi tentang wanita, sebenarnya dia senang Juan menyukai seorang wanita. Namun karena dari hasil penyelidikannya terungkap bahwa Clara itu penipu, dia sedikit kuatir.
"Namanya Clara, Mas. Bukan Ririn seperti Mas katakan, dia adik dari Cindy, sedangkan pria bernama Jhony adalah sahabat mereka. Mereka berasal dari desa yang sama, saat ini mereka tinggal di rumah Januar, seorang pekerja bagian jahit di pabrik Mas Juan," kata Bagas, mulai bercerita.
"Kenapa dipanggil Clara? apa itu mungkin nama panggilan?" tanya Juan, merasa sedikit bingung.
"Bukan Mas, tapi namanya benar-benar Clara, aku sempat mendengar mereka bicara kok. Sepertinya dia telah menggunakan data orang lain untuk melamar di Pabrikmu," tegas Bagas, yang sudah berhasil memperoleh info tentang Clara.
"Sepertinya dia kurang cocok untukmu, wanita itu seorang penipu, dia tidak pantas bersanding denganmu," kata Bagas, melihat Juan tidak ada respon mendengar ceritanya tadi.
"Sudahlah, kamu tidak perlu ikut campur! Pergilah sekarang, tugasmu sudah selesai !" perintah Juan, kepada Bagas yang menurutnya sudah terlalu banyak bicara.
"Iya, aku pergi. Mas Juan harus hati-hati, jangan sampai karena cinta buta apapun di lakukan ya," pesan Bagas, kemudian segera berlalu.
Pikiran Juan berkecamuk, dia bingung harus berbuat apa. Antara percaya dan tidak, dia mendengar cerita Bagas tadi. Namun dari awal dia memang merasa ada yang janggal dengan gadis cantik itu.
"Aku harus memanggilnya, sebelum ada pihak lain yang mengetahui. Mungkin dia punya alasan kuat di balik rahasia ini. bisa fatal kalau sampai personalia tahu, gadis itu bisa langsung dipecat," kata Juan, seraya berlalu dari tempat itu.
Dalam perjalanan ke kantor, Juan tidak fokus menyetir mobilnya, nyaris saja tadi dia menabrak pengendara motor dari arah berlawanan. Masih beruntung dia bisa membanting setir, sehingga semua bisa selamat. Namun kepalanya sedikit memar, sehingga ia perban dengan plester.
"Masih 15 menit lagi dia masuk, apa dia sudah datang ya? apa aku panggil ketika jam istirahat saja?" tanya Juan kepada dirinya sendiri.
Sejak datang dia hanya mondar-mandir seraya menatap ke arah bagian produksi, dia masih bingung bagaimana akan memulai bicara dengan Clara nanti. Haruskah dia bertanya dulu? Atau langsung saja menceritakan penyelidikannya? Juan mulai menyusun strategi, dia tidak ingin melukai Clara, namun dia harus mengetahui yang sesungguhnya.
"Hei, Stella, cepat kesini," kata Juan, ketika melihat seseoarang mekewati ruangannya.
"Iya Pak, ada apa ya?" tanya pegawai itu penuh tanda tanya.
"Tolong kamu beritahukan Pak Hendro, anak buahnya yang bernama Ririn Dwi Susanti, suruh menghadap saya, saat istirahat nanti ya," kata Juan, kepada Stella.
"Oh baik Pak, akan segera saya sampaikan," jawab Stella tidak banyak bertanya, walaupun dia sangat penasaran untuk apa Bosnya memanggil gadis itu.
"Ok Stella, terimakasih ya, kamu boleh pergi," ujar Juan.
"Sama-sama, Pak, saya pamit dulu," jawab Stella, segera berlalu dari sana.
"Clara, kamu harus menceritakan sejujurnya kepadaku, aku akan berusaha selalu melindungimu, aku tidak sanggup melihatmu terluka," kata Juan lirih, lalu segera melanjutkan pekerjaannya.
❤❤❤ Makin penasaran ya? Menurut kalian apa yang akan dilakukan Juan? Kira-kira Clara bakal jujur tidak ya? Terus ikuti kelanjutannya ya Kak, jangan lupa like, vote, dan komennya ya biar author makin semangat berkarya, terimakasih ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Fatma ismail
jujur lebih baik
2022-10-29
2
Alifia Najla Azhara
jujur memang baik
2022-09-20
1