Tidak ada waktu lagi untuk berpikir, Juan segera meletakkan berkas lamaran itu ke tempat semula. Sebelum para pegawai kembali ke ruangan mereka, dia harus segera pergi dan kembali ke ruangannya, meneruskan kembali makan siangnya yang sempat tertunda tadi. Seorang pria yang begitu cuek, ternyata bisa berbuat apa saja demi cinta.
"Pak David sepertinya suka sama kamu, Clara," ucap Cindy, ketika makanan mereka datang.
"Aduh, jangan panggil Clara kalau lagi di pabrik, Kak Cindy lupa y?" tanya Clara, sambil menaruh telunjuk di bibirnya.
"Maaf, Aku lupa, belum terbiasa soalnya," kata Cindy, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Jhony hanya tertawa melihat kelakuan kedua sahabatnya, dia terus melanjutkan makan bakso, menu favoritnya.
"Iya Rin, kalau bisa jangan dekat-dekat dengan pak David ya, takutnya ada yang tidak suka dan berusaha menyingkirkan kamu dari sini," ujar Jhony penuh perhatian, sebelum mereka kembali ke ruangan.
"Sebenarnya Aku juga tidak ada perasaan Jhon, hanya kagum dan hormat saja, apalagi niat ku ke kota kan mencari kerja, bukannya mencari pria," jelas Clara, yang tidak ingin teman dan kakaknya salah paham.
"Ya sudah, yuk Kita kerja lagi," kata Jhony, kepada mereka.
Mereka kembali ke ruangan dan bekerja kembali. Mereka benar-benar melakukan pekerjaannya dengan baik, serta sangat hati-hati. Awalnya agak lambat, lama-lama mereka semakin mahir.
Hari berganti hari, tak terasa telah seminggu mereka bekerja. Mereka mulai menikmati pekerjaannya. Besok adalah Hari Jadi PT. Gemilang Sejahtera yang ke 53 tahun, seluruh pegawai dan pekerja di haruskan memakai kostum dengan tema profesi. Boleh jadi Polisi, Dokter, Perawat, dll.
"Aduh, ada-ada saja sih pakai kostum profesi segala, eh Aku jadi Salesman saja lah, tidak ribet," kata Jhony, saat baru tiba di tempat Januar.
"Kalian mau pakai ap,Cindy? Clara? biar nanti Aku pinjamkan temanku yang punya tempat persewaan baju, tenang, gratis kok," ujar Januar, yang baru saja selesai mandi.
"Aku bingung, terserah saja deh, kamu saja yang pilihkan Janu, asal jangan yang aneh-aneh ya," jawab Cindy, pasrah.
"Aku juga terserah deh, Janu," kata Clara, yang juga tidak ada ide.
"Siap, habis magrib aku pergi ya, semoga kalian suka dengan pilihan ku," kata Januar, mengiyakan keputusan mereka.
"Kamu tidak sekalian pinjam, Jhon? tanya Januar, yang melihat Jhony tidak ada respon.
"Tidak perlu Jan, aku jadi Salesman saja, ada kok di lemari," jawab Jhony, seraya masuk ke kamarnya.
Sehabis magrib Januar bergegas pergi, setengah jam kemudian dia telah kembali, sembari membawa pesanan teman-temannya.
"Ternyata banyak yang telah disewa, tinggal beberapa saja, ini aku pilihkan kostum Perawat dan Pramugari, semoga Kalian berkenan ya," ujar Januar yang tiba-tiba datang, saat mereka sedang nonton TV.
"Hah? Aku ambil yang perawat saja ya," kata Cindy, sembari mengambil tas yang dibawa Januar.
"Iya, tidak apa-apa, yang mana saja deh," kata Clara, mengalah kepada kakaknya.
Setelah mengobrol sebentar, mereka pun istirahat, mempersiapkan diri agar ketika bangun besok merasa lebih segar.
Rencananya besok pabrik akan memberikan tambahan istirahat 1 jam untuk para pekerja, acara akan di mulai pukul 12.00-14.00. Akan disuguhkan beberapa hiburan, sedikit sambutan dari pejabat pabrik, pemotongan kue, serta pengumuman pemenang kostum terbaik. Semua penghuni pabrik wajib turut serta.
"Januuu, kenapa bawahannya seperti ini?" teriak Clara pagi itu, di depan kamar Januar, membuat seisi rumah berhamburan keluar.
"Ada apa? ada apa, Clara?" tanya Janu panik, langsung membuka pintu kamarnya, wajahnya terlihat kuatir sekali mendengar teriakan Clara.
"Coba kamu liat, atasan sih ok, bawahannya benar panjang tapi belahannya sampai paha begini, gimana mau dipakai, aku malu," jawab Clara, sambil menundukkan wajahnya.
"Bukannya semalam sudah aku suruh coba dulu, Clara? kirain kamu tidak ada masalah, kamu sih masuk-masukin saja tanpa di cek, gimana dong sekarang?" tanya Januar, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa tidak enak dengan Clara.
"Dikasih daleman saja Clara, kamu kan punya yang warna hitam itu," sahut Cindy, memberi ide.
"Iya itu bisa dicoba, maaf ya Clara," kata Januar memberi tanggapan, dia masih merasa bersalah.
"Iya tidak apa-apa, aku coba dulu ya" jawab Clara, sambil melenggang pergi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30, mereka semua telah siap. Cindy keluar kamar, sementara Clara masih berdandan.
"Bu, hati saya sakit habis ditinggal pergi pas sayang-sayangnya, bisa diservice tidak?" tanya Jhony, sambil tertawa lebar, puas sekali menggoda Cindy.
"Bisa banget, mau saya las atau dicabut, diganti baru nih?" tanya Cindy, menanggapi gurauan Jhony dengan agak sadis, sambil tersenyum penuh arti.
"Alamak, sadis banget si ibu ini, apa tidak bisa diganti dengan ibu saja," rayu Jhony, membuat Cindy tertawa keras sekali.
"Sudah cukup Jhon, jangan tertawa terus ah, kata ibu kalau tertawa terus, nanti malah nangis tahu," ujar Cindy menakuti Jhony, padahal itu hanya mitos.
"Iya, iya, mana sih Clara kok lama banget?" tanya Jhony, sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, mencari keberadaan Clara.
Teng, teng, teng, Clara akhirnya keluar.
"Allahuakbar," ucap Jhony, melihat Clara yang baru saja keluar kamar. Mereka semua tertegun melihat Clara, dia benar-benar terlihat bak pramugari. Cantik, elegan, namun sangat natural.
"Selamat datang di Clara Airline, semoga hari Anda menyenangkan," kata Clara penuh senyum, berusaha menirukan pramugari yang pernah di lihatnya di TV, seraya mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
Teman-temannya terkekeh melihat tingkahnya. Clara memang lebih familiar dengan fashion dan make up, daripada Cindy yang lebih suka natural dan memakai pakaian ala kadarnya. Saat di sekolah dulu Clara sering tampil mengikuti lomba-lomba fashion, bahkan sering mendapat juara.
Mereka telah sampai di pabrik. Semua orang sudah banyak yang datang, dekorasi sederhana pun telah dipasang. Suasana hari ini lain dari biasanya, lebih ramai dan meriah. Seperti biasa sebelum masuk kerja, Clara pergi ke toilet untuk sekedar bersih-bersih atau menunaikan hajat. Toilet pekerja ada di bagian belakang, melewati ruangan para pegawai dan pejabat pabrik.
"Aduh ampun deh, mana pakai baju begini, pakai sakit perut segala," gerutu Clara, sembari merapikan pakaiannya, baru keluar dari toilet. Dia tergesa-gesa berlari kecil, sampai akhirnya... Brakkk.
"Aduh, maaf ya saya tidak sengaja," kata Clara, seraya membungkukkan badannya, tanpa melihat siapa yang dia tabrak.
Hening, tidak ada jawaban. Juan hanya diam tanpa berkata sepatah katapun, jantungnya seperti berhenti berdegup, lidahnya seketika mati rasa, seluruh badannya berkeringat dingin. Dia benar-benar tidak menyangka akan di pertemukan dengan gadis itu, dengan cara begini.
Clara akhirnya mendongakkan kepalanya, karena merasa tidak mendapat respon dari orang yang ia tabrak. Mata mereka bertemu, seketika keduanya membisu, hanya tatapan mereka yang menyiratkan arti. Hati Clara sedikit bergetar, melihat sosok tampan di depannya, ia terpana. Belum pernah selama hidup dia melihat pria sesempurna ini. Badannya yang tinggi tegap, matanya, hidungnya,ah tapi kemudian dia berhasil menguasai diri kembali. Dia takut terlambat bekerja.
"Sekali lagi maaf ya, saya benar-benar tidak sengaja, saya harus pergi dulu, takut terlambat," ujar Clara , sambil membungkukkan badannya kembali, lalu melenggang pergi.
"Iya, Ririn," jawab Juan, ketika Clara telah pergi dan tidak mendengar kata-katanya. Dia masih terpaku menatap kepergian pujaannya. Dia benar-benar jatuh cinta rupanya.
"Aku harus mendapatkan cintanya," batin Juan, sebelum akhirnya masuk ke ruangannya.
💝💝💝 Bisa tidak ya, Juan mendapatkan cinta Clara? apa yang akan Juan lakukan? ikuti terus kisahnya ya Kak. Jangan lupa komen dan like nya ya Kak, terimakasih. 💝💝💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Fatma ismail
ehm.. smangat Juan 😍
2022-10-29
3
Zenun
Bisa aja Jhony😁
2022-10-20
1