"Duh kenapa Aku jadi kepikiran Gadis tadi sih? siapa sebenarnya Dia ya? apa mungkin pekerja baru?" tanya Juan kepada dirinya sendiri. Sebenarnya Dia bisa saja bertanya kepada para pegawainya, tapi tentu saja Dia malu, karena selama ini Dia terkenal dingin dengan semua wanita. Hampir semua pegawai dan pekerja, baik yang masih gadis atau sudah menikah begitu memujanya, namun tak seorangpun yang mampu meluluhkan hatinya.
Sementara di kediaman Januar, mereka sedang merayakan keberhasilan mereka mendapat pekerjaan.
"Tahu tidak, Kita tadi tuh kuatir banget sama Kamu, Clara," ujar Jhony seraya memakan ayam penyet kesukaannya.
"Hah, memang kenapa Jhon?" tanya Clara merasa heran.
"Ya iyalah, gimana tidak kuatir? Kita semua Khan tahu, kalau kamu pinjam ijazah dan data Ririn untuk melamar kerja, Kita takut kamu ketahuan," ujar Jhony.
"Iya nih, sebenarnya aku tadi juga tegang, tapi Pak David itu baik sekali, Dia sama sekali tidak bertanya tentang ijazah,dll, jadi ketakutan ku hilang deh," tanpa sadar Clara memuji Kepala Personalia itu.
"Aku tidak menyangka sama sekali, Allah sangat mempermudah jalan Kita semua seperti ini, Aku jadi tidak sabar memberi kabar Ibu dan Bapak," kata Clara mengingatkan Cindy dan Jhony yang terlampau senang langsung dapat pekerjaan baru, sampai lupa kalau belum memberi kabar kepada orang tua mereka.
"Oiya, Kita sekarang buat satu Surat saja untuk Bapak, biar nanti Bapak juga menyampaikan kepada Bapakmu Jhon," sahut Cindy, memberi ide.
"Terserah,bagaimana enaknya saja, yang penting orang tua Kita semua tahu keadaan kita di sini," jawab Jhony pasrah, Ia masih terlarut dengan kebahagiaannya.
keesokan hari
Untuk semua pekerja pabrik yang baru, hari ini di wajibkan masuk pukul 07.00, karena mereka harus ditraining terlebih dahulu mengenai pekerjaan mereka semua. Tidak ad pembagian shift hari itu. Clara, Cindy, serta Jhony telah siap dari pukul 06.00, karena kuatir terlambat di hari pertama mereka bekerja. Karena belum mendapat seragam mereka memakai pakaian sesuai yang di instruksikan kemarin, yang penting rapi dan sopan.
Mereka bertiga serempak mengenakan celana kain bahan satin berwarna hitam, dipadu dengan kemeja lengan pendek warna putih, khas pakaian anak baru. Menggunakan sepatu kets khas remaja, para wanita mengikat rambutnya dengan rapi.
Bagi yang tidak mengenal, mereka tidak akan percaya jika Cindy dan Clara adalah saudara kandung. Pasalnya mereka memang tidak mirip. Cindy memiliki kulit putih bersih, rambut hitam yang lembut, dengan mata agak sipit serta hidung dan bibir yang mungil, mirip orang China. Sedangkan Clara berkulit kuning kecoklatan, rambut panjang lurus agak kecoklatan, dengan mata Belo yang indah, bibirnya padat, dengan hidung yang mancung.
Sementara di Pabrik, Juan telah sampai di ruangannya, walaupun hari masih pagi. Bisa di tebak, ia pasti sudah tidak sabar sekali melihat wanita pujaannya. Semua Pegawainya sampai bingung melihat bosnya sudah sampai kantor sepagi itu, padahal pegawai masuknya masih pukul 08.00, sedangkan ini masih belum pukul 07.00.
"Lama sekali sih waktu ini," kata Juan mondar-mandir sambil selalu melirik jam. Sebenarnya dia tidak akan bertemu pekerja secara langsung, karena itu bukan bagiannya. Tetapi karena di rumah, dia tidak berhasil menghapus bayangan Clara dari ingatannya, dia memutuskan berangkat ke kantor lebih awal.
"Eh Pak Juan, tumben pagi sekali, Pak? ap ada yang mendesak di kerjakan ya?" tanya David, yang heran melihat bosnya sudah di kantor sepagi itu.
"Tidak kok Vid, hanya saja kerjaan sedang banyak, biar tidak pulang terlalu malam, jadi berangkat lebih pagi saja," jawab Juan setenang mungkin, berhasil membuat David tidak curiga.
"Oh,begitu ya, Pak. Silahkan dilanjutkan saja, Saya tinggal training anak- anak baru dulu ya, Pak," David undur diri penuh hormat.
"Ok,Vid. semoga lancar ya," ujar Juan memberi semangat.
"Amin, terimakasih Pak Juan, semoga pekerjaannya juga cepat selesai," jawab David, sambil berlalu.
Tepat pukul 07.00, sekitar 50 orang termasuk Jhony dan teman-temannya telah berkumpul diruang aula pabrik. Mereka di berikan pengetahuan tentang seluk-beluk dalam pembuatan sepatu. Untuk saat ini, yang dibutuhkan hanya bagian membuat pola dan ngelem sepatu saja, sedangkan menjahit dilakukan pekerja profesional.
Dari kejauhan Juan tidak berhenti memperhatikan Clara, gadis cantik itu beda dengan yang lain, sehingga dia mudah menemukannya. Juan tidak fokus dengan pekerjaannya, dari tadi dia senyum-senyum sendiri. Beruntung tidak ada yang melihatnya, kalau tidak pasti sudah di sangka kurang waras.
Semua anak baru memperhatikan betul-betul yang disampaikan para trainer, mengenai cara membuat pola, kemudian cara ngelem agar kuat dan awet, bahkan mereka diajari mengenal bahan-bahan sepatu. Mereka semua mulai bisa menyesuaikan diri.
David yang dari tadi sudah berusaha bersikap profesional sebagai trainer, akhirnya bisa bernafas lega saat jam istirahat tiba. Dia yang seharusnya mengurusi bagian personalia, bahkan dengan khusus mengajukan diri ikut serta menjadi trainer, karena ketertarikannya dengan Clara.
"Halo, Ririn," sapa David, menghampiri Clara yang akan keluar istirahat.
"Eh, Pak David, ada apa ya?" tanya Clara yang kaget, ia belum terbiasa dengan nama itu.
"Kita makan siang bareng, yuk! ini Khan sudah, waktunya istirahat," Ajak David, kepada Clara.
Clara diam sesaat, dia bingung harus menjawab apa. Ada perasaan senang, karena selain David punya kedudukan, dia juga masih muda dan tampan. Namun dia tak enak hati dengan yang lain, jika menerima ajakannya.
"Loh, kok malah bengong?" tanya David, makin gemas melihat Clara seperti itu.
"Eh, maaf, Pak. Bukan mau nolak, tapi saya sudah janji sama teman-teman kos untuk makan bareng-bareng, maaf ya,Pak," ujar Clara memberi alasan.
"Ya sudah tidak apa-apa, tapi lain kali harus mau makan bareng ya?" tanya David, memastikan kalau cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.
"Iya, Pak, insyaallah," jawab Clara cepat, karena sudah di kode Jhony dan Cindy sejak tadi. Ia segera berlalu, meninggalkan David yang sedikit kecewa.
"Duh, kenapa itu Si David seperti berusaha deketin gadis itu? Wah, tidak bisa di biarkan ini, bisa-bisa aku keduluan," kata Juan, yang tidak sengaja melihat mereka berbicara dari kejauhan.
"Apa aku cemburu? padahal aku belum mengenal gadis itu? Oh, tidak! lama-lama bisa gila aku ini," lagi-lagi Juan bermonolog.
Juan sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya, dia segera ke bagian personalia, ia membawa berkas lamaran Clara. Juan mudah menemukannya, karena ternyata David telah memisahkan berkas lamaran Clara di lacinya. Keadaan kantor yang sepi, membuatnya mudah masuk ke ruangan itu tanpa ada yang mengetahui.
"Ririn Dwi Susanti, jadi itu namanya, tapi...." Juan tidak meneruskan ucapannya, tiba-tiba dia merasa ragu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Fatma ismail
suka suka suka 😍😍
2022-10-28
1
SBY army
suka thor, teruskan
2022-09-09
2
Alifia Najla Azhara
cinta pada pandangan pertama nih ye
2022-09-05
1