2 bulan kemudian ...
"Ya Tuhan, Naomi kemari deh, lihat ini. Kau harus melihat model High Heels ini," kata Karin padaku saat dia mencoba berbaring di tempat tidur dengan laptop terbuka.
"Astaga Karin, kau ingin belanja lewat online? Kau tidak takut apa gitu di tipu? Trus, bukannya kau sudah bilang kalau kau mau berhenti belanja?" Aku berkata padanya.
"Aku tahu apa yang aku katakan dan aku benar-benar berusaha untuk tetap berpegang teguh pada hal itu tapi, pandanganku tidak bisa lepas dari sepatu ini. Lihat deh, semua model sepatu disini membuatku menarik. Luar biasa." Karin menjawab, "Bagaimana aku bisa menolaknya?"
"Ah, dasar penggila belanja. Bukankah kau sudah punya cukup banyak sepatu?" Tanyaku saat aku meletakkan sisir dan pergi ke tempat tidurku dan duduk di sebelahnya, "Kau sudah memiliki seratus pasang sepatu. Beberapa darinya masih ada yang belum kau pakai, dan jika kau membeli yang lain lagi, kamu hanya membuang-buang uang."
"Naomi, apa kau sadar? Seorang wanita tidak akan pernah puas jika hanya memiliki sepasang sepatu dengan model itu-itu saja?" kata Karin padaku, "Kalau bisa, aku akan memiliki setidaknya 400 pasang lagi. Aku harus membelinya."
“Eww, terserah kau lah.”
“Daripada kau berdiam diri disitu, mendingan kamu lihat deh model sepatu ini,”
Aku mengikuti kemauannya, "Yang ini terlihat bagus, deh," aku setuju melihat model sepatu itu di layar monitor, "Terutama modelnya yang ada di bagian belakang sepatu itu, tapi itu harganya 500 ribu untuk satu pasang sepatu." Kataku. "Ini mustahil, aku bahkan pernah melihat sepatu yang harganya jauh lebih murah dari ini, tapi aku tidak mampu membelinya. Btw bagaimana bisa kau membeli barang semahal ini, bukankah kau sudah berhenti kerja sejak dua bulan yang lalu?"
"Ya, tenang saja aku punya cukup uang." kata Karin.
"Helloo uang darimana?" Aku tertawa.
"Apa kau tidak tahu kalau sekarang itu aku sedang berbisnis, Naomi?" Karin tersenyum padaku.
"Ya aku tau, kau pasti melakukan bisnis menggasak isi kantong Ayahmu kan?" Aku terkekeh, "Apa kau tidak merasa malu jika masih saja terus meminta uang sama ayahmu? Aku bahkan merasa sangat tidak nyaman jika Ayahku memberiku uang jajan. Karena aku sudah merasa kalau diriku sudah dewasa dan aku seharusnya sudah bisa membiayai diriku sendiri."
"Aku tahu apa maksudmu, itulah sebabnya aku memutuskan untuk mulai menghasilkan uang sendiri jadi, aku bisa membeli semua barang bagus yang aku suka - misalnya sepatu ini." jawab Karin, tersenyum.
"Menghasilkan uang sendiri? Bagaimana bisa? Karin, kau sudah tidak bekerja lagi bagaimana kau bisa menghasilkan uang? Bagaimana kau bisa membeli sepatu itu?" Aku bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Sebenarnya aku ingin membahas sesuatu padamu," Karin menjawab, "Ini sesuatu hal yang sudah aku lakukan, kira-kira sebulan yang lalu dan aku menganggapnya cukup menguntungkan. Tapi aku tidak pernah mau mengatakan apa-apa tentang itu karena aku mengenalmu dan aku tau sekarang kau sudah mulai sering menjudgeku."
"Apa? Apa kau bilang semua itu karena aku adalah orang yang suka menjudge dirimu?" Aku bertanya memandangnya dan ekspresi wajahnya sudah memberiku jawaban, "Karin! Aku tidak pernah menjudge siapapun!"
"Kau orang yang seperti itu Naomi. Kau mungkin tidak mau mengakuinya, tapi matamu sendiri yang selalu bilang apa yang sedang kau pikirkan," kata Karin padaku.
"Karin, apa pernah aku menjudge dirimu sebelumnya?"
"Yah tentu saja. Jika kau mau, aku bisa saja menyebutkannya sekarang," jawab Karin.
"Kau hanya mengada-ada. Aku bahkan tidak pernah seperti itu padamu sebelumnya," kataku padanya, "Jadi tolong Naomi, bisakah kau tidak berkata seperti itu padaku?"
"Baiklah karena kau yang bilang kalau kau belum pernah ngejudge aku sebelumnya, mari kita lihat bagaimana reaksimu dengan apa yang akan kukatakan ini!" jawab Karin. "Jadi, sebelum aku mendapat libur semester kemarin, Aku pergi membeli beberapa buku di toko buku. Dan seseorang mempromosikan sebuah Aplikasi padaku, yah sejenis aplikasi kencan, di mana kau bisa menghasilkan uang."
"Oke, tapi itu bukan aplikasi prostitusi, kan?" Aku bertanya sambil mengangkat alis.
"Lihat, sudah kubilang kan? Kau mulai menjudge diriku," Karin menunjuk ke wajahku, "itu bukan aplikasi prostitusi. Ini aplikasi kencan!"
"Apa?" Aku mulai tertawa, "Kau bergabung dengan aplikasi kencan? Hei kau Karin, sejak kapan kau sangat tertarik bergabung dengan aplikasi kencan?"
"Ini pertama kalinya aku mencobanya, aku bersumpah, ini sangat bermanfaat dan sangat memuaskan," kata Karin padaku, "Jadi, situs itu bernama, Sugar Dating."
"Apa? Astaga Karin," kataku menahan tawaku, "Itu aplikasi untuk pria dewasa yang sedang kesepian."
"Bisakah kau serius sedikit dan berhenti menertawakan diriku ?" Karin menuduh.
"Maaf. Aku tidak bermaksud," aku tertawa dan dia memelototiku, "Baiklah, baiklah, baiklah. Aku tidak akan seperti itu, kau bisa melanjutkan ceritamu. Aku janji aku tidak akan menertertawaimu atau menghakimi mu lagi? Ok Lanjutkan!"
"Terima kasih," Karin memutar matanya ke arahku. "Pokoknya seperti yang aku bilang sebelumnya, seseorang mempromosikan aplikasi itu padaku dan dengan mendengar penjelasannya, kedengarannya sangat bermanfaat dan berguna bagi mereka yang sudah bergabung. Jadi aku berpikir apa aku akan mencobanya. Aku sudah mendaftarkan diriku di situs itu beberapa minggu yang lalu dan sejauh ini aku sudah berkencan dengan empat orang pria yang berbeda. Saat ini aku dekat dengan seorang pria namanya Martin dia pekerja kantoran berusia 40 tahun. Naomi, dia masih sangat tampan dan memiliki tubuh yang sempurna untuk pria seusianya. Kami sudah lima kali lebih berkecan, aku bahkan belum melakukan apapun dengannya atau melakukan apa pun itu dan dia tiba-tiba sudah mengirimkan uang ke dalam rekening ku."
"Apa kau serius?" Aku bertanya dengan heran.
"Yah tentu sajalah Naomi, Kami baru saja bertemu sekitar seminggu yang lalu dan sejauh ini dia tampak sangat baik," kata Karin pada ku, "Kau tahu kan, aku orangnya sangat skeptis dan enggan berkencan secara online terutama dengan orang yang lebih dewasa. Naomi, Kau tahu, kita bisa saja mendapatkan pria dewasa yang menjijikkan. Tapi sebenarnya tidak semua pria yang lebih dewasa pasti bersikap seperti itu. Misalnya Martin, dia orangnya tidak menjijikan dan cabul. Dia tampan, pintar, lucu dan seksi."
"Wow, sepertinya kau sangat menyukainya," kataku padanya.
"Yah mungkin saja. Aku tahu ini masih terlalu cepat, tapi kupikir dia bisa berpotensi menjadi calon pacarku," Karin tersenyum.
"Jadi, kapan aku bisa bertemu atau melihat foto calon pacar potensial mu itu?" Aku tertawa.
"Ok tunggu, aku akan membuka profilnya sekarang, menunjukkan fotonya dan juga mendaftarkanmu juga kalau kau mau," Karin tersenyum.
"Tidak ahh, Daddy alias pria dewasa bukanlah tipe ku. Aku tidak tertarik dengan aplikasi itu," Aku menggelengkan kepala sebelum berbaring di bantal, "Tapi, aku penasaran ingin melihat Daddy mu yang seksi dan tampan itu."
"Oh astaga, Karin, dia masih terlihat tampan." Kataku pada Karin.
"Iya dong," Jawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
hadeeeh...! jok coba-coba, Nao..!
2021-08-14
0
Iins Colletion
lanjur ya....
2021-07-11
0
safik🆘𝕱𝖘 ᶯᵗ⃝🐍
aq suka baca kl peran wanita menyukai orang yg sudah diatas nya jauh... sugar dady...
2021-06-03
0